32 [Terungkap]

1.8K 176 4
                                    

"Segera putuskan kontrak kita dengan perusahaan kontraktor sialan itu!" Namjoon menginterupsi salah satu asistennya dengan serius. Asisten Lee kebingungan tentu saja, tak ada angin tak ada hujan, Namjoon pemilik perusahaan memutus kontrak begitu saja dengan rekan bisnisnya.

"T-tapi, pak. Proyek kita sudah berjalan hampir tujuh puluh persen. Selama ini pun tidak ada masalah yang berarti dengan perusahaan tuan Kim Seokjin. Jika kita memutuskan begitu saja, tanpa adanya alasan yang dibenarkan, bisa saja mereka tidak terima." asisten Lee mencoba menimbang keputusan Namjoon yang begitu mendadak.

"Aku kurang suka dengan mereka!" Ketus Namjoon.

Asisten Lee sempat mengerutkan dahi bingung. Yang ia lihat tuan Seokjin sangat lihai memimpin proyek. Ia sangat menguasai bahkan selalu memberi solusi yang terbaik disertai bukti.

Namjoon yang merasa asistennya hendak menampik lagi, mencebikkan bibir.

"Lakukan jika kau masih mau bekerja disini, Lee!" Kemudian pergi meninggalkan asistennya yang mengiyakan dan membungkuk berkali-kali.

~~~

Seokjin tengah menyelesaikan laporan proyeknya di ruang kerja. Tiba-tiba sebuah notif email masuk berbunyi. Segera ia membukanya. Satu nama perusahaan Hybe muncul menjadi pengirim pesan terbaru.

Dibukanya email itu. Ia sontak tercengang. Surat pembatalan proyek dikirim untuk dirinya. Ia mencoba mencermati dan mencerna, apakah surat ini benar dikirim untuk dirinya?

Dengan segera, tangannya menyambar ponsel yang tergeletak tak terurus diatas meja. Melayangkan satu panggilan untuk pemilik perusahaan Hybe rekan seproyeknya.

"Yoboseyo? Namjoon! Apa yang kau lakukan?!" Tanyanya emosi. Namjoon disana tertawa puas.

"Kau gila?! Proyek kita sudah berjalan dan hampir selesai. Tidak ada masalah apapun selama ini. Tapi kenapa kau memutus hubungan sepihak seperti ini? Kau pikir proyek ini hanya main-main?" Sulut Seokjin menggebu-gebu. Ia tak terima, jelas. Karena sejak proyek itu ditandatangani diatas materai, Seokjin mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk itu. Ia tak ingin menyepelekan sebuah hubungan kerja dengan siapapun, tak mau terpengaruh hanya karena masalah lain selain pekerjaan.

"Hey Kim sialan! Rupanya kau lupa kalau aku itu pemilik perusahaan yang sedang kau bangun gedungnya? Aku berhak atas pemberhentian bisnis proyek kontraktormu itu. Meskipun sudah sembilan puluh sembilan persen pun, jika aku memutuskan untuk batal, ya batal. Hahahaha..." Namjoon tertawa sangat renyah. Merasa puas dengan apa yang ia lakukan. Ia pun menutup telepon karena dirasa tak berguna mengurusi orang seperti Seokjin.

Sedangkan Seokjin sudah meremat kuat ponsel dan tangannya. Wajahnya merah padam penuh amarah. Ia kesal dan marah. Padahal ia sudah mengatakan pada mertuanya jika ini akan menjadi proyek terbesar pertama yang ia ambil. Ia harus menyelesaikannya, tidak berhenti di tengah jalan seperti ini.

Tapi Namjoon memutusnya begitu saja. Mau tak mau, proyek ini selesai sebelum saatnya.

***

Sudah lima hari Taehyung tidak berangkat ke sekolah. Teman-temannya sibuk berdiskusi tentang alasan Taehyung yang tak masuk akal. Setiap ditanya oleh teman akrabnya, Taehyung selalu mengatakan bahwa dia sedang berlibur ke luar negeri. Namun, siapa yang percaya, seorang Kim Taehyung mengesampingkan bangku kelasnya hanya untuk berlibur. Taehyung bahkan tak mengikuti ulangan harian, tentu teman-temannya curiga akan sikap Taehyung saat ini.

"Menurutmu, apa Taehyung itu benar-benar pergi berlibur?" Tanya salah satu dari mereka penuh selidik. Mereka sekarang tengah duduk melingkar di bangku paling belakang.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang