19 [Mulai Sayang]

2K 182 3
                                    

"A-ah... P-perut K-kookie.... Hiks...."

Jungkook terus menggeliat dalam tidurnya, tangannya sibuk meremat perutnya sendiri yang terasa melilit.

Ini sudah tengah malam, dan Jungkook tidak tahu ia terkena apa? Sejak tadi perutnya sakit, seperti diaduk-aduk dari dalam. Ia mual namun tak dapat memuntahkannya.

Seokjin dan Rose tentu tak mendengar ringisannya, mereka sudah tertidur lelap di kamar lain.

Dengan sekuat tenaga, tangan bergetarnya hendak meraih sebuah gelas kaca di atas nakas. Namun, tak berhasil dan malah membuat gelas itu jatuh dan pecah.

Pyarrr

Suara keras itu berhasil membangunkan Rose. Matanya membelalak, otaknya mencerna suara apa itu. Ia menoleh kesamping, suaminya masih sangat lelap. Jelas saja, seharian ini Seokjin menghabiskan waktu untuk bekerja.

"Sayang...?" Panggilnya lembut, takut mengejutkan Seokjin. Ia menggoyang-goyangkan lengan Seokjin pelan, dengan begitu ia berhasil membuat Seokjin menggeliat.

"Bangunlah... Sayang...?"

Seokjin sempurna membuka mata, dibalik remangnya lampu meja, manik mereka saling bersitatap.

"Wae?" Tanya Seokjin dengan suara serak.

"Aku mendengar suara benda terjatuh lalu pecah. Tidakkah kita mengeceknya?"

Seokjin menguap, lalu ia mengangguk dan mulai bangkit dari kasur yang menjadi tempat ternyamannya sekarang, demi permintaan istri tercinta.

Rose pun mulai mengikuti Seokjin dari belakang. Keluar kamar dan menyetek saklar lampu ruang tengah motel ini.

"Tidak ada apa-apa." Ucap Seokjin setelah meneliti keadaan ruangan.

"Aduhh... Hiks... S-sakit..."

Mata mereka membelalak tiba-tiba saat mendengar suara ringisan dari dalam kamar Jungkook. Mereka saling tatap yang kemudian melesat masuk ke kamar paling depan ini.

"Kookie?!" Seokjin dan Rose nampak panik setelah melihat Jungkook kesakitan dan gusar dalam selimutnya. Bocah berpiyama kebesaran milik Seokjin itu masih meremat kuat perutnya sampai air mata membasahi wajah merahnya.

"Kau kenapa, Kookie?!" Tanya Rose yang mulai mendekat mengikuti langkah Seokjin yang lebar.

Jungkook tak berbalik sama sekali, ia fokus pada rasa sakit luar biasa di perut kirinya hingga kini menjalar ke ulu hatinya.

"S-sakit.... Hiks... P-panas..." Adunya membuat pasutri ini kebingungan sekaligus panik. Seokjin meletakkan punggung tangannya di kening Jungkook, tidak demam sama sekali.

"Katakan, dimana yang sakit?"

Dengan susah payah, Jungkook menjawab, "P-perut K-kookie... S-sakit... Hiks..."

"Ya Tuhan, dia kenapa sayang? Aku takut..." Rose mulai bergerak gelisah karena perasaan takut. Ia menggigit kukunya sendiri tanpa mengalihkan pandang dari bocah kecil itu.

"Aku akan bawa dia ke rumah sakit terdekat, kau mau ikut?" Rose segera mengangguk.

Jalanan sepi dengan angin dingin yang membuat bulu kuduk meremang tak menghalangi Seokjin untuk melajukan mobil sedini hari ini. Waktu menunjukkan pukul dua pagi, waktu yang sempurna untuk tertidur pulas. Tetapi berkat Jungkook, kedua pasutri ini rela keluar rumah mencari rumah sakit untuk mengobati sakit yang Jungkook rasakan.

Laju mobil memelan saat terlihat sebuah papan lampu menyala yang memberi keterangan nama sebuah rumah sakit. Kendaraan beroda empat itu masuk area gedung bertingkat empat itu dan berhenti tepat didepan pintu UGD.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang