15 [Gengsi]

1.9K 186 7
                                    

Namjoon nampak berkacak pinggang didepan jendela besar ruang kerjanya. Menempelkan ponsel mahalnya ke depan telinga kirinya.

"Undur saja jadwalnya, anakku sedang sakit, aku tidak bisa meninggalkannya."

Setelah itu sambungan telepon langsung dihentikan olehnya sendiri. Tak ingin orang seberang sana membombardirnya dengan banyak pertanyaan yang menurutnya tak penting.

Nafasnya terlihat dihembuskan kasar, seolah ia tak rela akan penundaan jadwal peresmian dan peletakan batu pertama pabrik barunya. Jika bukan karena Taehyung, ia tak mungkin sudi mengundurnya.

Saat itu Namjoon mengajak Taehyung untuk ikut bersamanya ke Daegu. Tetapi Taehyung justru tak berminat sama sekali. Ia malah memilih menemani Jungkook di rumah sakit. Namjoon pun dengan tak rela menerima keputusan anak sulungnya dan berakhirlah menunda jadwal walaupun banyak kolega bisnisnya yang sudah diberi undangan.

Sementara Seokjin merasa kesal dengan Namjoon. Ia ingin menanyakan siapa anak yang dimaksudnya sedang sakit? Apakah benar itu Jungkook? Tetapi Namjoon segera menutup teleponnya tanpa mendengar tanya darinya.

***

Empat hari terdiam di rumah sakit, Jungkook baru saja siuman. Kini ia sudah berpindah di ruang rawat inap biasa ditemani Taehyung.

Suasana ruangan yang mereka tempati nampak hening. Tak ada pergerakan apapun dari Jungkook maupun Taehyung.

"K-kak?" Panggilan lirih Jungkook yang tengah duduk sambil menunduk terdengar jelas di telinga Taehyung. Taehyung yang juga tengah merasakan canggung berada di dekat adiknya semakin gelisah tak karuan. Apa yang harus ia lakukan sekarang, setelah semua yang ia abaikan dari Jungkook?

Taehyung melirik gugup Jungkook dari ekor matanya.

"Hm?" Gumamnya hampir tak terdengar.

Jungkook memutar-mutar bola matanya. Kedua jari telunjuknya ia mainkan, beberapa kali ia remas sendiri.

"K-kak Taehyung t-tidak pulang?" Tanyanya malu dan ragu. Taehyung sontak melotot meski sebelumnya ia merasa kasihan pada Jungkook.

"Kau mengusirku?!" Ucapnya tak terima. Jungkook segera menatap Taehyung yang kini wajahnya berubah mengerikan.

"B-bukan begitu. A-aku h-hanya heran p-padamu. K-kau t-tidak pernah s-seperti ini s-sebelumnya." Jungkook membela diri. Jujur, Jungkook merasa risih berada dekat dengan sang kakak. Takut bila saja Taehyung menemaninya disini karena terpaksa. Ia tahu jika kakaknya tak suka padanya, dari pertama kali mereka bertemu. Taehyung bahkan tak pernah berada dekat bersama Jungkook atau berbicara padanya.

Namun kini yang pertama kali Jungkook lihat selama ia di rumah sakit adalah wajah Taehyung. Jungkook merasa sangat senang, namun ia juga khawatir jika hal itu bukanlah keinginan tulus Taehyung untuk menemaninya. Ia masih ingat bahwa Taehyung selalu melarang agar dirinya tak pernah dekat dengannya, dan menyuruhnya agar bersikap seolah tak mengenalnya dimanapun mereka berada.

Taehyung sontak bungkam, malu, mau dibawa kemana wajah Taehyung yang garang ini? Sembari berpikir, bola matanya beredar kesegala arah, tak ingin jujur pada perasaannya sendiri bahwa selama Jungkook tak sadar, ia gelisah setengah mati.

"K-kalau K-kak Taehyung i-ingin pulang dan ber-istirahat di r-rumah, a-aku tidak m-masalah. A-aku disini s-sendiri juga t-tidak apa-apa. M-maaf, sudah me-repotkanmu."

Taehyung segera bangkit dari kursi, "Baiklah jika itu maumu! Sebenarnya tidak sudi sekali aku disini! Asal kau tahu, aku hanya terpaksa karena bibi tidak sempat menemanimu."

Setelah perkataannya barusan, pemuda berusia hampir tujuh belas tahun itu melenggang keluar dengan langkah yang cepat. Jungkook hanya mampu memandang punggung tegap itu yang semakin menjauh dan tertelan oleh pintu kamar inapnya.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang