37 [Mengaku]

2.2K 191 26
                                    

Namjoon gelisah setengah mati didepan pintu UGD. ketakutannya semakin membuncah saat teringat Jungkook sudah tak bernafas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tangannya yang gemetar terus ia tatap. Ia menggeleng tak percaya akan apa yang sudah ia lakukan. Semuanya terlalu kelewat batas.

"Jungkook-ie, bertahanlah... Ayah mohon, bertahan untukku..." Ucapnya saat ia dengan kesetanan terus menginjak gas dalam-dalam dengan tatapan takut kearah Jungkook yang terkulai disampingnya.

Air matanya menetes deras hingga ke dagu. Mengingat kejadian beberapa menit yang lalu yang mampu membuat bulu kuduknya meremang takut. Ia tak mau Jungkook kehilangan nyawa. Anak itu tak bersalah, dirinya yang salah.

"Maafkan ayah, nak. Maaf... Hiks.."



***

  

 

Pagi hari pun tiba. Sesosok tubuh masih terlihat tengkurap diatas paha Jungkook. Namjoon tertidur sembari menggenggam tangan sang anak.

Suara bising peralatan rumah sakit yang dibawa suster membangunkannya. Perawat wanita itu memberikan sebuah baskom berisi air hangat dan handuk bersih. Namjoon membungkuk berterima kasih lalu menerima pemberian perawat itu.

Ia menatap sejenak dua benda di tangannya. Berfikir, lalu ia mulai mengerti keadaan.

Namjoon meletakkan baskom dan handuk diatas nakas. Tangannya tiba-tiba gemetar saat hendak menyentuh pakaian yang Jungkook kenakan. Ia ragu, akan melakukannya atau menyuruh perawat saja. Tapi, ia ingin melakukannya sendiri.

Perlahan tangan gemetarnya mulai membuka kancing seragam rumah sakit yang dikenakan Jungkook. Terlihat kulit putih bersih milik sang putra, tanpa cacat sedikitpun atau bekas goresan lain.

Hatinya bergetar. Baru kali ini ia bisa menyentuh tubuh anak tunggalnya hingga bagian terdalam. Namjoon tak pernah sekalipun menyentuh Jungkook, meskipun hanya tangannya. Ia terlalu jijik, dan itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Namja empat puluhan tahun itu membuka pakaian Jungkook lebar-lebar. Membiarkan bagian lengan kirinya tetap tersampir karena terhalang infus. Namjoon mencelupkan handuk biru muda itu ke dalam air hangat. Memerasnya lalu mulai menyentuh area dada sang anak. Mengusap-usap dengan lembut, tanpa melukai kulit Jungkook.

Saat ia mengelap leher Jungkook, dadanya sesak melihat bekas merah akibat ulahnya. Bekas itu masih jelas terlihat, menandakan betapa kuatnya Namjoon mencekiknya hingga ia dapat merasakan aliran nafas Jungkook tersumbat. Namjoon kembali meneteskan air mata. Sakit melihat perbuatannya sendiri.

Lambat laun gemetar tangannya mulai tenang. Ia mulai menikmati caranya membersihkan tubuh sang anak.

Bagian leher hingga perut sudah ia bersihkan. Kini saatnya ia memiringkan tubuh Jungkook untuk menjangkau area punggung.

Dengan perlahan dan penuh kelembutan, Namjoon membaringkannya menyamping. Ia terkejut saat melihat lebam biru kehitaman yang membekas di punggung atas sang anak. Ia tak tahu anaknya mendapat luka itu dari mana. Namjoon amat bodoh dan masa bodoh hingga sakitnya Jungkook tak ia ketahui.

Semuanya telah selesai. Namjoon menatap lekat-lekat sosok remaja dihadapannya. Wajah sendunya nampak sedih. Namjoon amat sangat merasa bersalah telah berbuat buruk pada Jungkook selama ini. Padahal ia tahu, Jungkook memanglah anaknya. Hasil tes DNA itu seharusnya menyadarkan dirinya namun egonya membumbung terlalu tinggi.

***




Seokjin dan Taehyung melajukan mobil mencari tempat yang memungkinkan Namjoon membawa Jungkook setelah mendapat kabar dari Ahn bahwa semalam Namjoon murka lagi. Ahn melihat kejadian dimana Namjoon mencoba membunuh Jungkook dengan tangannya sendiri. Namun ia tak sanggup untuk menghentikan, hanya dapat bersembunyi di balik tangga.

Shadow (I'm Living On) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang