Kaki mengayun dengan tangan memegang es krim strawberry kesukaannya, Jungkook duduk dengan tenang di bangku taman belakang rumahnya. Merasakan ketenangan hati setelah bergelut dengan kegundahan akan status dirinya yang bukanlah anak kandung ayahnya sendiri. Sejenak menikmati indahnya hidup, bolehkah Jungkook merasakan hal itu setiap waktu?
Bak amnesia dengan kejadian lalu, remaja manis itu tetap tersenyum puas. Hingga seseorang datang menghampiri, manik bulatnya membesar sempurna.
"K-kak Taehyung, d-duduklah..." Pintanya sembari menepuk bangku disamping tubuhnya yang masih lenggang.
Taehyung tersenyum tipis, berjalan semakin cepat lalu mendudukkan pantatnya di samping tubuh adik tirinya.
"Kau menikmati es krim mu sendiri?" Tanya Taehyung, bibirnya sengaja ia buat monyong seakan merajuk.
Jungkook yang melihat hal itu lantas tertawa riang. Tak sadar ada noda es krim di sudut bibirnya.
"Kalau makan, jangan belepotan! Bagaimana jika kau berada di tempat umum lalu makanmu seperti ini? Bisa-bisa kau dibully oleh teman-temanmu." Taehyung segera menyekanya dengan ibu jari, Jungkook segera terdiam dan menatap lekat netra sang kakak.
Mendengar tuturan Taehyung, tatapan Jungkook berubah sayu lalu menunduk , "A-aku memang s-sering dibully."
Taehyung berubah gelagapan, bukan maksudnya ia mengatakan hal itu untuk mengingatkan kesedihan di hati Jungkook.
"A-aku memang p-pantas dibully. A-aku cacat, a-aku bukan a-anak ayah, a-aku lemah, m-makan saja b-belepotan, a-aku.. Hiks..." Jungkook terisak dibawah tundukannya. Es krim yang ia genggam terjatuh di rerumputan samping kakinya.
"Hssstt! Kau tidak seperti itu! Semua yang mereka katakan itu bohong... Jangan dengarkan kata mereka!" Taehyung mengelus kepala belakang Jungkook yang tertunduk.
"Mana Jungkook yang dulu? Yang selalu menghiraukan omongan orang? Jungkook yang tidak akan pernah menggubris ucapan mereka? Mana, kakak ingin melihatnya!" Taehyung mengangkat dagu Jungkook, tampaklah wajah sembab penuh air mata yang membuat hati Taehyung terisis.
Sesakit inikah Jungkook selama ini? Taehyung bahkan tak mau tahu bagaimana perasaan Jungkook disaat ia dibully oleh teman-temannya. Bahkan sampai Jungkook terluka. Rasa sakit itu baru ia rasakan sekarang dan entah karena apa.
"Hiks... K-kakak, m-maafkan aku... Hiks... Maaf, k-karena sudah m-menjadi a-adik yang me-memalukan bagimu... Hiks... A-aku patut dijauhi..." Tatapan Jungkook begitu dalam, Taehyung semakin merasa bersalah.
Ia kini sadar, dirinya begitu jahat dengan anak yang sama sekali tak memiliki salah. Jungkook bocah yang sangat polos, Taehyung seharusnya tahu itu. Seharusnya ia tak selalu menyalahkan Jungkook karena cacat dan menjadi adiknya. Seharusnya ia tak merasa malu dengan keadaan Jungkook. Lihatlah, anak ini bahkan sangat tertekan meski selama ini ia tak pernah menunjukkannya.
"Aniya, kakak yang meminta maaf padamu. Maafkan kakak, Jungkook-ie. Karena kakak, kau jadi kesepian. Aku selalu mengabaikanmu dan aku tak pernah peduli pada perasaanmu. Maafkan kakak, Jungkook-ie." Taehyung memeluk tubuh Jungkook yang kini terhentak-hentak di dadanya. Tangisnya semakin keras namun terendam di dada bidang Taehyung.
***
Dua lelaki seumuran tengah gelisah menunggu hasil tes DNA yang telah mereka lakukan sehari sebelumnya. Tak ingin satu diantaranya memanipulasi data sehingga semuanya menjadi kacau. Namjoon selalu melirik kearah Seokjin yang tengah meremat jemarinya seraya memanjatkan doa. Mencebikkan bibir sepele, Namjoon membuang muka ke lain arah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow (I'm Living On)
Fiksi PenggemarAnak yang memiliki keterbelakangan mental, akankah diperlakukan dengan tidak manusiawi? Ukuran seberapa besar kasih sayang manusia bukan karena fisik maupun psikisnya. Semua anak berhak atas kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Begitupula deng...