Bimbang

138 18 6
                                    

Setelah mendapat pernyataan suka dari Revan, Kanaya menjadi sangat gelisah akhir-akhir ini karena ia masih tidak tau harus menjawab apa jika bertemu langsung dengan Revan. Entah apa yang membuat dirinya bingung, padahal dia sendiri sudah mengetahui dengan jelas seberapa besar rasa sakitnya karena kehilangan Revan. Tapi, Kanaya masih terus saja tidak yakin dengan isi hatinya.

Bahkan saking takutnya ia bertemu dengan Revan, membuatnya harus selalu keluar lebih pagi karena tidak ingin berpapasan dengan Revan. Sebab, ia paham betul kebiasaan Revan yang sering kali tiba-tiba muncul di sekitarnya. Namun, bukan Revan namanya jika ia hanya menyerah, Revan yang merasa amat sangat  susah untuk bertemu dengan Kanaya akhir-akhir ini, juga memutuskan untuk menunggu sejak pagi buta agar dapat memergoki Kanaya yang tengah menghindari dirinya.

Seperti hari-hari sebelumnya, Kanaya keluar dari apartemennya pagi-pagi sekali dan mengendap-endap melihat sekeliling, memastikan tidak ada tanda-tanda keberadaan Revan di sekitarnya sembari bersembunyi di balik vas pohon.

"Mba mba lagi ngumpet yaa?", tanya Revan berbisik di belakang Kanaya.

"Sst jan brisik kek'', respon Kanaya sembari terus melihat sekeliling, belum sadar bahwa yang berada di belakangnya adalah Revan.

Revan pun terus menjahili Kanaya dengan terus menepuk bahunya beberapa kali hingga membuat Kanaya marah.

"Apaan sih mas, ngajak berantem ya", ujar Kanaya marah sembari berbalik menghadap ke arah Revan.

Kanaya pun hanya tersenyum seperti orang bodoh, saat melihat orang yang sedang dihindarinya malah berada persis di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanaya pun hanya tersenyum seperti orang bodoh, saat melihat orang yang sedang dihindarinya malah berada persis di depan matanya.

"Lo ngehindarin gue yaa?", tanya Revan.

"Eng-gak, ngapain juga gue ngehindar? Orang gue lagi....eeee....ee.. nyari kalung gue jatoh. Siapa tau jatoh disekitar sini, kemarin gue abis nyiram pohon ini soalnya", ujar Kanaya terbata-bata sembari menggaruk-garuk lehernya memikirkan alibi apa yang harus ia katakan kepada Revan.

"Ohhhhh, tapi emang lo biasanya pake kalung yaa?'', jawab Revan mempermainkan Kanaya mengikuti alur cerita Kanaya.

"Iya gue biasanya pake.. gue emang suka kalung soalnya."

"Ohhhh, emang kalungnya bentuknya kaya gimana? Gue bantuin cari yahh."

"Hahhh?''

''Kan katanya lo nyari kalung tadi, kalungnya kaya gimana bentuknya, biar gue bisa bantuin cari.''

''Ohh gak usah gak usah, eee setelah gue inget-inget bukan jatoh disini keknya, kayanya ketinggalan di wastafel kamar mandi. Gue duluan ya udah buru-buru, bye", pamit Kanaya sembari mempercepat langkahnya.

Setelah berhasil menemui Kanaya, Revan pun memutuskan untuk mampir sebentar ke salah satu toko pehiasan.

Setelah berjam-jam memilih kalung, Revan langsung menuju ke basecamp tempat ia dan teman-temannya biasa berkumpul. Kebetulan selama Revan di Indonesia, ia belum sempat menemui teman-temannya. 

Damn My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang