Luka baru

263 29 0
                                    

Baru satu bulan, Kanaya tinggal bersama keluarganya. Permasalahan baru pun muncul kembali. Takdir seperti tidak mengijinkan Kanaya untuk merasakan kelegaan dalam hidupnya.

Pihak Bank malam itu datang ke rumah mereka dan memberitahukan, apabila tidak segera ditebus maka rumah yang Kanaya huni beserta keluarganya akan segera dilelang. Karena ternyata Kenan diam-diam telah menjadikan rumah mereka sebagai jaminan pinjaman Bank. Dan lebih buruknya lagi, pinjamannya sudah memasuki waktu tenggat pembayaran.

Kanaya mencoba menghubungi Kenan namun nihil tidak ada jawaban. Seperti biasa setelah membuat masalah besar Kenan menghilang tanpa ada kabar.

Disaat semuanya tengah kebingungan, Kakek Kanaya pun menawarkan solusi menenangkan.

"Kalian gak perlu khawatir, kan Kakek masih punya sawah kita jual aja dulu lumayan bisa ngurangin. Sisanya nanti biar kakek ikut cari kerja juga."

"Enggak Kek Kanaya gak setuju, itu punya Kakek, Kakek gak perlu ikut tanggung jawab sama masalah Kenan. Biarin aja dia yang selesain sendiri kalo perlu kita laporin aja sekalian ke polisi karena pencurian surat."

"Bisa-bisanya ya kamu ngomong gitu tentang kakakmu sendiri. Gitu-gitu dia juga keluarga kita jangan asal ngomong kamu." Sanggah Ibu Kanaya tidak terima.

"Ya kan emang dia diem-diem ngambil sertifikat kan, emang dia pernah bilang ke kita mau gadain rumah ini, pernah?"

"Ya mungkin dia emang lagi butuh banget uangnya."

"Yayaya belain aja terus belain, emang Kenan doang kan anak ibu yang paling berharga. Bangga-banggain aja dia terus."

"Gak usah ngait-ngaitin hal yang gak penting yaa."

"Hhhhhh sampe ibu gak punya apa-apa lagi juga gak bakalan berubah dia." Ujar Kanaya sembati menghela napasnya kasar.

"Ibu masih belum bisa liat semua masalah yang dia sebabin, apa pernah dia pulang minta maaf ke kita, gak pernah kan. Sekalinya gak tau diri ya bakalan tetep....

Belum selesai Kanaya melanjutkan omongannya, satu tamparan keras sudah mendarat di pipinya.

"Maafin ibu Nay ibu gak sengaja, ibu beneran gak sengaja." Ujar ibunya sembari mengusap pipi Kanaya merasa bersalah namun ditepis oleh Kanaya.

Kanaya yang begitu terpukul langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ia benar-benar kecewa dengan tindakan ibunya. Mungkin memang cara berpikir Kanaya salah tapi apakah perlu sampai harus menampar segala.

Malamnya, Kanaya langsung mengemasi pakaiannya dan mencari tiket kereta paling pagi via aplikasi. Tak lupa ia berpamitan kepada kakeknya sebelum ia berangkat.

"Maafin Kanaya yaa Kek, Kakek jadi harus jual sawah Kakek, padahal kan itu satu-satunya tempat yang bikin kakek gak kepikiran sama nenek kan, maafin Kanaya yaa." Ujar Kanaya sembari menangis.

"Apasihhh bukan salah kamu Nay, lagian Kakek kan juga masih bisa ngerjain sawah orang kalo Kakek bosen di rumah mahh."

"Jangan nyalahin diri kamu yaa Nay, Kakek beneran gapapa kok, yang penting rumah kita aman dulu."

Kanaya pun memeluk kakeknya erat tidak ikhlas untuk berpisah.

"Kamu gak bisa tetep disini aja, Kakek bisa kok cari kerja, Kakek masih kuat Nay buat bayar utang kita." Bujuk Kakek Kanaya supaya Kanaya tidak pergi.

"Kakek mau kerja apa Kek ada-ada aja ihhh, gak usah nanti Kakek kecapean. Di usia Kakek tuh udah bukan lagi tugas kakek buat ngurusin kita yang ada tuhh harusnya kita yang bahagiain kakek."

"Ohhh kamu ngatain kakek tua maksudnyaa." Jawab Kakek Kanaya mencoba membuat Kanaya tertawa.

"Ckckck enggak gitu lhoo maksudnyaa. Kakek mahh kan jadi ketawa udah dapet lohh tadi sedihnya."

Kakek Kanaya pun hanya mengusap puncak kepala Kanaya.

"Kakek jangan sedih ya kalo Kanaya pergi, nanti Kanaya bakal telpon Kakek tiap hari kok Kanaya janji."

"Iyaa kamu ati-ati ya disana, jaga diri baik-baik, makan yang bener jangan sampe telat, gak perlu mikirin hutang keluarga kita Nay, kakek beneran masih mampu kok buat lunasin. Kamu pikirin buat masa depan kamu aja yaa."

Kanaya pun memeluk kakeknya begitu erat tidak rela harus berpisah.

Ya bagaimana mungkin Kanaya tidak memikirkan masalah keluarganya. Jika dia memang tidak peduli dengan keluarganya, mungkin sudah semenjak dulu dia egois dan bodoamat dengan segala permasalahan keluarganya.

Pagi-pagi sekali dengan menggunakan kereta paling pagi, Kanaya pergi ke Jakarta. Bahkan ia hanya berpamitan kepada kakeknya tanpa mengucapkan sepatah apapun kepada ibunya karena masih sangat kecewa. Walaupun ujung-ujungnya di perjalanan ia merasa amat bersalah sendiri karena tidak berpamitan dengan ibunya.

Sesampainya di Jakarta, ia langsung menghubungi tempat kerjanya dulu agar dapat bekerja kembali.

Dan keesokannya dia langsung pergi ke minimarket tempat ia dulu bekerja. Sesampainya di sana, Kanaya langsung mencabut selebaran di pintu masuk yang bertuliskan membutuhkan pegawai baru dan tersenyum simpul ke arah pemiliknya.

"Assalamualaikum Ka Mira cantik." Sapa Kanaya ramah.

"Lohh bukannya masih 2 bulan lagi liburnya, kok kamu udah balik aja?" Tanya Ka Namira bingung.

"Emmmm setelah saya pikir dan saya renungkan, saya gak bisa lama-lama jauh dari ka Mira ternyata, kek ada yang kurang gitu dalam hidup." Jawab Kanaya asal.

"Halahh bisa aja kamu. Yaudah kamu mau mulai kerja kapan?"

"Diterima nihh kaa langsung, gak pake interview lagi nihh?"

"Ohhh kamu mau diinterview?"

"Enggak lahh, kan udah fix lolos hehe."

Kanaya pun langsung membersihkan minimarket dengan rajin dan memulai pekerjaannya seperti biasa.

"Selamat datang di...

Belum sempat Kanaya melanjutkan tagline sapaannya, muncul pengunjung yang amat sangat Kanaya kenal.

"Kanaya?? Kamu kerja disini? sejak kapan?"

"Iyaa nihh kak mumpung gabut."

"Ehh bentar gue gak salah denger kan yakk tadi dia bilang kamu, duhhhhh mimpi apaan gue semalem yaallah." Gumam Kanaya kesenengan dalam hati.

"Abis jogging kak?" Tanya Kanaya balik.

"Iya alhamdulillah produktif nihh. Tapi asli gue kok bego banget yaa baru dateng kesini sekarang, kalo tau pegawainya secantik ini mah tiap hari gue dateng."

"Yahh percuma kak memuji, lagi gak ada promo nihh sayangnya bulan ini."

Rendy pun hanya tertawa menanggapi gurauan Kanaya.

Sepeninggal Rendy, Ka Namira yang sedari tadi menyaksikan interaksi antara keduanya pun menghampiri Kanaya.

"Ohhhh itu gebetan kamu Nay? jeli juga nyarinya."

"Dihh apasihh kaa orang kenalan biasa."

"Kenalan biasa kok salting."

"Ihhh ka Mira mahhh."

"Tapi ganteng sihh, umur berapa sihh Nay dia?

"Dihh dihhh apaan nihh kenapa tanya-tanya umur, apanihh maksudnya?"

"Ya elahh nanya doang, posesif banget astagfirullah belom juga jadi."

"Bukan posesif nihh ka, mohon maap cuma mencegah terjadinya kasus pedofil ajaa."

"Yeuuu ngatain saya pedofil kamu."

"Canda ka canda, PEACE."

Damn My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang