Titik balik

289 27 5
                                    

Setelah seharian menemani Revan membeli kado untuk Bundanya, Revan pun mengantar Kanaya sampai gang depan kosannya. Karena jalan menuju kosan Kanaya terlalu sempit untuk dapat dilewati oleh mobil.

Dan di depan kos Kanaya sudah terdapat abangnya dengan tampilan urakan yang telah menunggu Kanaya sedari tadi.

"Baru nunjukin muka sekarang lo." Sarkas Kanaya kepada kakaknya yang tanpa kabar apapun tiba-tiba muncul tanpa perasaan bersalah.

"Dengerin gue dulu Nay."

"Apa yang bisa gue denger, lo mau jelasin apa."

"Tasya dia masuk rumah sakit Nay, dia gak mau balik ke keluarganya, gue selama ini ngilang karena keluarganya nyari-nyari gue."

"Lo gilakk yaa, ya wajar lah keluarganya nyariin lo, bisa-bisanya lo bawa kabur anak orang."

"Lo gak tau masalahnya gak usah ngomong yang enggak-enggak."

"Apaan emang masalahnya? lo hamilin anak orang sampe tuh anak gak berani pulang ke rumahnya sendiri."

"Lo gak bisa ngomong baik-baik sama abang lo sendiri."

"Lo masih berani nyebut diri lo abang gue hahh."

Kenan pun menampar pipi Kanaya dengan amat keras.

"Gue udah sabar dari tadi ya lo yang keterlaluan."

"Hhhhhhh." Kanaya pun hanya menghela napasnya kasar.

"Lo itu kenapa sih harus dikasarin dulu baru ngerti. Gue udah ngomong baik-baik gue butuh uang, Tasya masuk rumah sakit."

"Lo kira gue bank apa, lo tuh udah dewasa ya udah bisa nentuin jalan hidup lo sendiri."

"Gue bilang gue butuh Nay, gue tunggu sore ini kirim ke rekening gue. Dimintain abang sendiri susah banget."

Untung saja suasana kosan masih sangat sepi karena memang masih masa liburan. Para penghuni kos yang rata-rata anak kuliahan belum banyak yang balik lagi ke kosan. Apabila ramai yang melihat, entah apa yang ada di pikiran para penghuni kos Kanaya nanti menyaksikan perdebatan antara Kanaya dan abangnya.

Setelah kepergian Kenan, Kanaya langsung terduduk lemas tidak mempunyai daya tenaga apapun untuk menopang dirinya. Semua pertahanan dirinya, rasa tidak ingin dianggap lemah langsung luruh seketika. Frustasi, sedih, kecewa entah kalimat apa yang mampu menjelaskan perasaan Kanaya. Lagi-lagi karena kakaknya, air mata Kanaya terjatuh lagi.

 Lagi-lagi karena kakaknya, air mata Kanaya terjatuh lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di mobil Revan

"Pake ketinggalan lagi nih jepit rambutnya." Ujar Revan lalu pergi keluar mobil untuk mengembalikan jepit rambut milik Kanaya.

Revan pun melihat Kanaya yang sedang menangis sendirian. Revan hanya mengamati Kanaya dari kejauhan karena Revan tau betul harga diri seorang Kanaya sangatlah tinggi.

Damn My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang