Karin dan Kanaya

157 21 3
                                    

Seperti tidak memiliki rasa malu, perempuan yang sekarang telah resmi menjadi kakak ipar Kanaya mencoba untuk menemui Kanaya kembali. Ia menunggu Kanaya di halte depan fakultas Kanaya sembari menggendong gadis kecil cantik yang sepertinya baru berusia satu tahun.

Kanaya yang kebetulan masih terdapat kelas di hari itu, harus berpapasan dengan kakak iparnya tersebut.

"Mo ngapain lo kesini." Tanya Kanaya malas sembari menghela napasnya.

"Gue mau nyari abang lo? Dia gak nemuin lo?"

"Enggak."

"Gak usah boong, dia nemuin lo kan pasti."

"Ya terserah lo mau percaya apa enggak, orang nyatanya gue gak ketemu sama dia."

"Gue nanya baik-baik kali gak usah nyolot. Bilangin tuh ke abang lo kalo ketemu, udah gak bisa nafkahin gue sama anaknya gak usah jadi beban keluarga gue juga anjir. Bikin malu doang bisanya."

"Kan itu keputusan lo sendiri ya buat nikah sama dia. Ya lo selesein sendiri lah urusan rumah tangga kalian."

"Kalo gue tau hidup gue bakal kek gini gue juga ogah nikah sama dia."

"Gue juga udah ngajuin cerai kok ke pengadilan, gak sudi gue punya suami gak bertanggung jawab kaya abang lo."

"Okke terserah lo itu bukan urusan gue."

"Gak sopan banget sih lo dari tadi, gini-gini gue masih kakak ipar lo anjir."

"Ohh."

Istri Kenan pun menampar pipi Kanaya cukup keras hingga menimbulkas bekas kemerahan di pipi Kanaya.

"Gue sabar karena ada anak lo ya. Jangan mancing gue lebih dari ini." Ujar Kanaya hampir terbawa emosi yang membuat kakak iparnya mundur beberapa langkah karena takut.

Sebelum pergi, kakak ipar Kanaya masih saja membicarakan hal buruk tentang keluarga Kanaya di depan Kanaya.

"Bilangin juga ke nyokap lo jangan berani-berani dia ketemu anak gue atau nganggep dia cucunya. Gak sudi gue berhubungan sama keluarga lo. Dan lo bilangin juga ke abang lo yang gak tau diri itu, nafkahin anaknya anjir."

Kanaya yang sudah sangat malas mendengar ocehan kakak iparnya pun tidak menghiraukan ucapan kakak iparnya tersebut dan langsung pergi meninggalkannya.

Dan tak lupa sebelum memasuki kelas, ia pergi ke kamar mandi guna membasuh wajahnya.

Setelah itu baru Kanaya masuk ke kelas untuk mengikuti perkuliahan seperti biasa.

"Pipi lo kenapa Nay." Tanya Laila dan Lia bingung saat mengetahui Kanaya memasuki kelas dengan pipi lebam.

"Gapapa jatoh gue dari kasur." Jawab Kanaya singkat.

"Bisa-bisanya astaga sumpah speechless gue, gak tau mau komen apa."

"Bukan hal baru bukan." Jawab Kanaya santai seperti tidak terjadi apa-apa.

"Btw Karin gak masuk La?" Tanya Kanaya khawatir karena akhir-akhir ini Karin jarang terlihat.

"Gak tau gue dia gak ada ngabarin gue samsek. Malahan gue kira dia ngabarin lo."

Semenjak kejadian di acara anniversary Ian dan Laila, Karin memang sudah tidak pernah muncul lagi. Bahkan dia juga tidak membalas satupun chat dari teman-temannya. Jangankan membalas dibukapun tidak.

Seusai kuliah, Kanaya pergi ke perpusat guna mencari literatur tambahan untuk skripsinya. Karena entah mengapa draft usulan penelitiannya, dipenuhi tinta merah revisi dari dosen pembimbingnya yang membuat Kanaya mau tidak mau harus meninjau literatur lagi.

Damn My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang