Epilog-You're still the one

154 11 5
                                    

"Nay bapak kamu di Manado. Mau ketemu kamu katanya." Ujar Ibu Kanaya.

"Bapak Siapa?"

"Bapak kamu Nay, dia pengen ketemu katanya."

"Hhhhh selama ini kemana aja, baru sekarang mau ketemu."

"Temuin bentar ya Nay, ini alamatnya ibu kirim, kayagitu kan dia juga Bapak kamu."

Kanaya pun akhirnya memutuskan untuk pergi menemui Ayahnya. Ia ingin tau hal apa yang ingin dibahas oleh Ayahnya setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu satu sama lain.

Di tengah pertemuan mereka berdua, suasana canggung pun meliputi keduanya.

"Kabar kamu gimana Nay?" Tanya Ayah Kanaya basa basi karena tidak tau harus berkata apa kepada putrinya.

"Baik." Jawab Kanaya datar.

"Kamu bakalan menetap disini apa pergi lagi."

"Gak tau."

"Ohhh, kamu tau Nay. Bapak seneng banget kamu masih mau ketemu sama Bapak."

Kanaya pun hanya tersenyum getir.

"Bapak pengen banget Nay, kita bisa tinggal sama-sama lagi kaya dulu. Kamu inget kan dulu kita bahagia banget. Trus kamu inget gak dulu juga setiap kali Bapak mau pergi kamu gak pernah ngebolehin dan selalu udah ada di jok motor Bapak. Kamu inget kan?"

"Kamu mau kan kita bisa bareng-bareng lagi. Ibu kamu sama kenan juga udah setuju Nay biar kita bisa sama-sama lagi."

Kanaya pun menghela napasnya sebelum menjawab pertanyaan Ayahnya.

"Kita hidup masing-masing aja ya kaya sebelumnya. Waktu itu keliatannya Bapak juga udah bahagia sama keluarga baru Bapak. Dan aku juga bahagia dengan kehidupan aku yang sekarang."

"Bapak udah pisah sama mereka Nay. Bapak pengen banget kita bisa sama-sama lagi kaya dulu. Bapak pengen perbaikin semuanya. Bapak yakin kok kita bisa bahagia kaya dulu."

"Menurut Bapak, Bapak bisa bahagia dengan Bapak ngelakuin hal yang sama ke keluarga Bapak yang lain. Bapak gak mikirin perasaan mantan istri dan anak bapak yang pasti juga sama terluka kaya dulu wakti Bapak ninggalin keluarga Bapak buat mereka."

"Itu kan masa lalu Nay. Kita masih bisa memperbaiki semuanya kok. Kamu kan juga masih butuh Bapak Nay. Nanti siapa yang bakalan jadi wali kamu kalo kamu mau nikah."

"Gelas aja pecah mau disatuin pake lem apapun masih keliatan retakannya Pak, apalagi hubungan sama manusia. Dan urusan perwalian nikah. Bapak tenang aja saya gak butuh wali. Jadi Bapak gak usah repot-repot mikirin buat jadi wali nikah saya. Saya juga gak ada pikiran buat nikah kok."

Jika dilihat dari sudut pandang seorang Ayah. Bukan dari sudut pandang Kanaya. Hati seorang Ayah mana yang tidak sakit mendengar hal tersebut keluar dari mulut putrinya sendiri. Tapi memang pada dasarnya Ayah Kanaya salah, setelah pergi meninggalkan keluarganya ia tidak pernah sekalipun  berinisiatif menemui anaknya. Bahkan saat mereka bisa bertemu kembali, Ayahnya juga memalingkan muka pura-pura tidak mengenal Kanaya. Dan sekarang setelah Kanaya sudah tidak berharap lagi akan kehadiran seorang Ayah. Dia muncul tanpa merasa bersalah seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Seusai menemui ayahnya, Kanaya pun pergi menghadiri pesta pernikahan Namira dengan Raka yang diadakan di Manado.

"Masa pengantin mukanya tegang gitu ntar calonnya kabur lho." Ucap Kanaya lalu duduk di samping Namira.

" Ucap Kanaya lalu duduk di samping Namira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Damn My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang