First love

337 28 24
                                    

Hari-hari berikutnya, Kanaya menjalani rutinitas kehidupannya seperti biasa. Namun, mungkin minggu-minggu ini bisa dibilang agak sedikit melelahkan bagi Kanaya. Entah sampai kapan, daya tahan tubuh Kanaya mampu bertahan dengan rutinitas kegiatan yang harus dilaluinya.

Apalagi Kanaya juga mendapat kabar, bahwa kakeknya dirawat di rumah sakit karena kebiasaan buruknya yang sangat susah dihilangkan. Kakek Kanaya sangat gemar meminum kopi tanpa tau batasan. Bahkan dalam 1 hari, bisa 3 kali ia mengonsumsi kopi. Tahun lalu saja kakeknya juga pernah dioperasi karena hatinya bermasalah.

Sejak diberi kabar tentang kakeknya, sebenarnya Kanaya sudah ingin pulang saat itu juga. Kanaya takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa kakeknya. Namun kakek Kanaya melarangnya, kakeknya bersikeras, bahwa dirinya baik-baik saja dan menyuruh Kanaya agar tidak khawatir dan tetap fokus pada kuliahnya. Ya siapa yang bisa fokus setelah mendapat kabar seperti itu. Apalagi dirinya juga tidak berada di samping kakeknya.

Beberapa minggu ini, Kanaya tidak dapat fokus sama sekali dengan perkuliahan. Mungkin hanya raganya saja yang ada di kelas, jiwanya entah berpergian kemana.

**
Hari itu, dosen yang seharusnya mengisi perkuliahan, kebetulan tidak dapat datang dan digantikan oleh asistennya, Rendy.

Selama asistensi, Rendy terus menatap ke arah Kanaya sesekali. Rendy sadar sedari tadi Kanaya terlihat tidak memperhatikan kelas dan pandangannya kosong entah sedang memikirkan apa.

Pasti ada sesuatu yang membebani pikirannya, pikir Rendy.

Seusai kelas, saat semua mahasiswa lain sudah keluar dari ruangan, Kanaya tetap diam melamun di kursinya. Pasalnya setelah kelas ini juga masih ada kelas lain, jadi Kanaya tetap stay di ruangan tersebut.

Rendy pun berinisiatif untuk menghibur Kanaya. Ia mengambil gitar yang berada di ruang HMD dan kembali ke kelas menghampiri Kanaya.

Sebenarnya ruangan HMD awalnya digunakan untuk rapat anak-anak himpunan departemen, namun sekarang sudah alih fungsi menjadi tempat penyimpanan barang para mahasiswa dan tempat strategis untuk tidur atau sekadar nongkrong, menunggu pergantian kelas.

"Ekhmmmm." Sapa Rendy yang berhasil membuat Kanaya tersadar dari lamunannya.

"Ehhh ka Rendy." Jawab Kanaya sopan.

"Badung yaa, hadir di kelas tapi nyawanya gak tau kemana." Sindir Rendy.

"Gue perhatiin kok kak, aslii. Bahas Ketidakpastian Heissenberg kan tadi." Jawab Kanaya menjelaskan materi tersebut. Pasalnya Kanaya sudah mempelajari materi tersebut malam sebelumnya. Jadi dia tidak kesulitan untuk menjelaskannya.

"Okke okke gue paksa buat percaya." Jawab Rendy mengalah. Toh Kanaya juga sudah mengerti materi tersebut.

Kanaya pun merapikan catatan kuliahnya sembari mendengarkan Rendy yang terus mengajaknya bicara .

"Btw nihh Nay, kok lo gak ikut ukm apa kepanitian apa-apa gitu, hmd juga gak, bem apalagi lebih gak mungkin." Tanya Rendy penasaran.

"Kan udah waktu maba." Jawab Kanaya singkat.

"Lahh ada yaa gitu?" Tanya Rendy bingung.

"Emmmm, mungkin prioritasnya udah lain kalii yaa kaa, dulu waktu maba kan masih idealis pengen ngerti seluk beluk kehidupan fakultas nahh kalo sekarang lebih tertarik ke yang menghasilkan uang kak hahahha."

"Ada-ada aja nay nay, organisasi tuh penting tauu Nay biar dapet punya banyak temen punya banyak relasi, kan gak ada yang tau mungkin salah satu dari temen itu bisa bantu lu di masa depan." Nasehat Rendy.

"Maksud ka Rendy gue gak punya temen, ansos gitu maksudnya, to the point aja kaa udah biasa kok dibilang gitu hemmmm"

"Ya gak ansos-ansos banget sih setengah mungkin hahahah. Ledek Rendy berniat melucu namun Kanaya tetap memasang muka datar.

Damn My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang