when the party over

81 8 3
                                    

Akhirnya project acara yang telah disiapkan berbulan-bulan oleh Kanaya dan rekan timnya pun tiba. Acara tersebut dapat dibilang sukses besar dan tidak menjumpai kendala yang berarti. Namun berbanding terbalik tidak demikian keadannya bagi Kanaya.

Dimulai dari kehadiran sosok yang sangat Kanaya kenal sebagai salah satu sponsor acara tersebut. Sponsor tersebut adalah Ayah Kanaya sendiri yang terlihat sangat bahagia bersama dengan keluarga barunya. Bahkan Ayah Kanaya juga memilih untuk pura-pura tidak mengenali Kanaya.

"Ka kaka yang jadi LO buat keluarga aku ya ka?" Tanya anak kecil disamping Ayahnya.

"Iya." Jawab Kanaya ramah memaksakan senyumannya.

"Nama kakak Kanaya? nama aku juga Kanaya lho kak. Ayah aku yang namain pasti kaka dinamain Ayah kaka juga ya ka." Ujar anak kecil tersebut saat melihat nama pada kartu identitas Kanaya.

Kanaya pun hanya tersenyum getir mendengar pernyataan gadis kecil tersebut.

Ternyata memang bukan sengaja melupakan anaknya, namun memang telah menggantinya dengan yang lain.

Selama acara, Kanaya hanya diam sibuk mengamati acara.

Di saat Kanaya tengah mengamati jalannya acara, Kanaya pun mendapat panggilan masuk dari kantor polisi sebagai wali dari Kenan.

Akhirnya Kanaya pun pergi ke kantor polisi dan menanyakan apa yang telah terjadi pada kakak satu-satunya itu.

Pihak kepolisian pun menjelaskan bahwa kakak Kanaya dilaporkan ke kantor polisi karena telah memukuli korban hingga masuk ke rumah sakit. Mendengar hal itu, Kanaya pun pergi menemui keluarga korban di rumah sakit untuk mencoba menyelesaikan masalah ini.

Setelah Kanaya pergi dari kantor polisi, Revan pun pergi mengunjungi saudara Kanaya.

Revan membawa pengacara keluarganya dan membantu Kenan agar pihak korban mau memilih jalur damai dan menarik tuntutan.

"Lo mau sampe kapan sih hidup kayagini. Lo itu udah bukan umurnya lagi, harus jadi tanggung jawab adek lo. Lo gak malu hidup dengan ngandelin adek lo. Kapan sih lo bisa berhenti jadi parasit buat hidup adek lo itu. Mau sampe kapan lo bikin dia banting tulang demi ngurusin lo doang. Lo gak punya rasa bersalah sama sekali yaa."

"Lo dengerin gue, dengerin gue baik-baik. Kalo bukan karena adek lo gak bakalan mungkin gue mau nolong lo. Gue ingetin sekali lagi, jangan pernah lo muncul di kehidupan Kanaya dan nyusahin dia lagi. Kalo lo berani bikin dia susah lagi gue yang bakal nyeblosin lo sendiri kesini."

Setelah mendengar kabar bahwa kakaknya telah bebas, Kanaya pun pulang ke rumahnya untuk menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Kenan pulang Bu?"

"Udah Nay biarin abang kamu istirahat ya, cukup jangan ungkit masalah-masalah kemarin lagi."

"Segampang itu Ibu bilang jangan ngungkit, Kanaya cuma mau tau yang sebenernya doang gak boleh."

"Kanaya udah ya cukup jangan mentang-mentang kamu lebih berpenghasilan, kamu bisa ngrendahin kakak kamu kaya gitu."

"Yang di pikiran Ibu cuma ada Kenan ya? Kanaya bukan anak kandung Ibu? Anak Ibu cuma Kenan sebenernya? Sekali aja Ibu berpihak ke Kanaya bisa?"

"Kapan sih Ibu gak berpihak sama kamu. Kapan Nay?"

"Bu perasaan anak tuh peka dia tau kapan diperlakuin beda."

"Oke Ibu minta maaf kalo selama ini kamu nganggepnya Ibu gak bisa adil sama anak-anak Ibu. Tapi Ibu cuma manusia biasa Nay."

"Ibu emang ibu kamu tapi ibu juga manusia."

"Emang sulit yahh? buat ngertiin perasaan ibu."

"Gak gampang Nay, gak gampang besarin anak sendiri sebagai orang tua tunggal."

"Ibu cuma bisa ngandelin kamu, emang gak bisa kamu coba ngertiin Ibu."

"Kamu tau kan Ibu ditinggal suami Ibu, yang Ibu punya cuma kamu sebagai anak Ibu. Makanya Ibu ceritain semua masalah Ibu ke kamu Nay. Apa Ibu salah?"

"Bukannya ibu gak sayang ke kamu. Tapi Ibu yakin ke kamu. Ibu percaya kamu lebih bisa diandelin dan lebih dewasa dari kakak kamu. Emang gak bisa ya kamu lebih ngertiin perasaan Ibu?"

"Ibu minta Kanaya buat ngertiin Ibu? Sekarang kalo Kanaya balik, Kanaya kurang ngertiin Ibu dari sisi mana, Kanaya pernah ngeluh gak ke Ibu, Kanaya pernah protes gak selama ini. Kanaya diem kan Bu, Kanaya gak pernah nyalahin Ibu soal keadaan kita."

"Kanaya ngerti, Kanaya paham, ibu ancur karena ditinggal suami ibu. Kanaya paham gimana sakit dan capeknya hati ibu karena harus besarin anak sendirian. Berjuang sendirian Kanaya paham Bu."

"Tapi, Ibu coba ngertiin perasaan kanaya juga gak? Bukan cuma Ibu yang sakit, Kanaya juga sama sakit hati kaya ibu, hati Kanaya juga ancur bu karena sosok bapak yang dulu kanaya kagumi pergi gitu aja gak ada kabar."

"Kanaya tau rasa sakitnya gak sebesar Ibu tapi Kanaya juga sama Bu bisa ngrasain sakit juga. Ibu bisa bergantung ke Kanaya, tapi Kanaya gak punya siapa-siapa Bu."

"Gak usah jauh-jauh soal hsl itu. Soal hal kecil aja, Ibu pernah gak nanyain keadaan Kanaya gimana atau perasaan Kanaya gimana selama ini. Pernah gak ibu nanya sekaliii aja, kabar Kanaya gimana, gak usah jauh-jauh soal kabar. Nanya Kanaya udah makan belum atau hal sederhana lain pernah gak? Atau pas aku kecapekan atau aku sakit pernah gak Ibu nanya. Pernah gak ibu luangin waktu buat Kanaya."

"Bukannya itu yaa yang biasanya dilakuin ibu-ibu di luar sana?"

"Kanaya bukan dewasa Bu, lingkungan ini yang memaksa Kanaya buat memaklumi semuanya."

Kanaya pun langsung pergi setelah mengutarakan semua perasaannya dan rasa sakit hatinya selama ini ke ibunya.

Sesampainya di Jakarta lagi, Kanaya pun pergi menghabiskan waktunya bersama Revan.

Saat mereka tengah duduk berdua di taman, Kanaya pun mengisengi Revan menakut-nakutinya.

"Apaan tadi yakk? apa jangan-jangan setan kan katanya dulu taman ini..

"Nay ih ngomongnya jangan ngaco gitu entar dateng beneran gimana."

"Hah ha ha." Ujar Kanaya pura-pura ketakutan sembari memelototkan matanya.

"Apaan sih apaan jangan bikin gue takut."

"Pfft aduhhh capek bat gue muka lo mood parah sumpahh."

"Oh lo ngerjain gue, gitu yaa."

Kanaya pun terus saja tertawa sejadi-jadinya sampai akhirnya ia menangis meluapkan semua kesedihan yang selama ini ia tahan.

"Nay."

Kanaya pun masih saja menangis

Revan pun memeluk Kanaya sembari menepuk-nepuk pundak Kanaya menenangkan.

Sampai ia mengantarkan Kanaya pulang, Revan tidak berani menanyakan apapun keaadan Kanaya.

Ia tau yang Kanaya butuhkan hanya seseorang yang bersedia ada di sampingnya.

"Lo kenapa suka sama gue sih Van? Lo tau sendiri gue gak pantes buat lo bahkan kalo lo mau nyari yang lebih juga gampang banyak yang mau sama lo."

"Simple jawabannya, aku cuma maunya kamu bukan orang lain."

"Trus ini kenapa lo beliin gue eskrim tengah malem gini."

"Ya kan katanya kalo lagi sedih tuh bisa cair kalo makan yang manis-manis. Walaupun sebenernya kalo kamu liat aku juga nanti sedihnya ilang. Kan aku juga gak kalah manis."

"Huekkk."

Dilain sisi

"Gue kerjasama sama lo, yakali."

"Lo pengen ngeliat Revan sama Kanaya putus kan? lo sadar kam selama ada Kanaya di kehidupan Revan baik lo ataupun gue gak bakalan bisa dapetin Revan, menurut gue ini menguntungkan kita berdua, lo tetep gak mau?"

Diandra pun tertarik dengan ajakan kerjasama dari Vira.

"Okke deal gue setuju,

Diandra dan Vira pun merencanakan semua siasat busuk untuk menghancurkan hubungan Kanaya dan Revan.

Damn My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang