"Revan sebentar ayah mau bicara."
Revan pun berhenti sejenak untuk mendengarkan hal apa yang ingin dibahas oleh Ayahnya.
"Udah cukup kan kamu main-mainnya. Putusin pacar kamu sekarang ya, Ayah udah cukup bersabar selama ini sama kamu."
"Enggak, Revan gak bakal pernah mutusin Kanaya."
"Apasih yang kamu liat dari gadis kelas rendah kayagitu. Kamu mau ngancurin image keluarga kita dengan berhubungan dengan dia."
"Apasih yang ancur yah, image apa sih yang Ayah bangga-banggain itu. Ini hidup Revan, Revan yang ngejalanin bukan Ayah jadi stop buat ikut campur sama kehidupan Revan."
"Ayah cuma mau yang terbaik buat anak Ayah. Salah emang? Kenapasih kamu gak pernah mau nurut sama perintah Ayah. Kamu mau ngikutin jejak Kakak kamu, jatuh cinta sama perempuan dengan latar belakang gak jelas. Kamu mau hidup kamu berantakan kaya Kakak kamu."
"Oh Ayah masih inget sama ka Raka? Emang pantes Ayah nyebut dia setelah semua yang Ayah lakuin."
"Maksud kamu apa."
"Cukup ya yah gak usah pura-pura gak tau. Revan tau semuanya, Revan tau yang bayar reporter buat beritain Raka bukan anak kandung ayah itu ayah sendiri kan. Yang bikin pernikahan ka Raka gagal juga Ayah kan. Revan tau Revan denger semua pembicaraan ayah saat itu."
Bunda Revan yang mendengar percakapan antara Revan dan Ayahnya itu seketika shock dan menjatuhkan gelas yang ia bawa.
"Maksudnya apa."
"Bunda." Ujar Revan shock saat mengetahui Bundanya ikut mendengarkan pembicaraannya dengan Ayahnya.
Bunda Revan pun meminta Revan untuk pergi ke kamarnya dan berbicara berdua dengan Ayah Revan. Setelah mengetahui semuanya, Bunda Revan akhirnya meminta Ayah Revan untuk pergi karena ia ingin mencerna semua masalah tersebut sendiri.
Dan malam itu, setelah kepergian Ayah Revan, Bunda Revan pun menangis dan mengurung diri di dalam kamar. Hal ini merupakan kali pertama Revan melihat Bundanya menangis sejak kepergian Raka.
Ia merasa sangat bersalah karena telah mengingatkan luka yang begitu dalam kepada Bundanya sekali lagi.
Setelah melihat Bundanya sudah tenang. Revan pun pergi ke club malam guna melampiaskan segala amarahnya.
"Hallo, Mba. Mba beneran pacarnya yang punya ponsel ini?"
"Kenapa emangnya mas? Mas lagi dimana sih kenceng banget musiknya."
"Iya mba saya lagi di club ini trus pacar mba tepar kebanyakan minum."
"Hah?"
"Mba kesini aja ya alamatnya saya kirim."
Sesampainya Kanaya di club, ia mencoba membangunkan Revan yang sedang dalam keadaan mabuk berat.
"Van Revan."
Revan pun masih saja tertidur pulas.
"Hhhh Revan bangun." Ujar Kanaya sembari menggoyang-goyangkan badan Revan.
Revan pun akhirnya terbangun dan mulai berbicara tidak jelas.
"Mas dia siapa cantik banget." Tanya Revan kepada bartender club tersebut.
"Pacarnya mas."
"Hah bercanda masnya masa pacar saya secantik ini."
Kanaya pun menghela napasnya dan memutuskan untuk memapah Revan keluar dari club.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn My Life
Teen FictionKeluarga harusnya menjadi tempat sandaran apabila kita terlalu lelah. Keluarga harusnya menjadi tempat bergantung apabila kita akan menyerah. Keluarga harusnya membawa ketenangan dan kedamaian. Hal yang terlihat normal bagi keluarga pada umumnya me...