Galan kembali ke tenda. Belum ada satupun yang bangun. Galan memegang kamera dibalik badannya, berusaha menyembunyikan agar tak diketahui siapapun. Mata galan terus mengawasi sekitar, melirik kanan kiri bergantian. Ia bergerak cepat memasuki tendanya. Perlahan ia membuka resleting tenda. Baga masih tertidur pulas, tapi tunggu dimana Philo. Selimutnya sudah tersingkap. Galan memperhatikan belakang takut tiba-tiba Philo datang, kamera dibawanya kedepan. Galan bergerak sangat pelan. Ia melewati Baga yang masih mendengkur.
KRRKK !!!
Gerakan tubuh Galan seketika berhenti ketika suara itu mengagetkannya. Kaki kirinya masih ada disamping Baga yang baru saja dia lewati. Kegugupan semakin menyelimuti Baga membuat keringat bercucuran di pelipis. ia masih merunduk dengan tangan mendekap kamera di perut. Tangan Galan bahkan mencengkram kamera dengan kuat. Kepalanya menengok kebelakang dengan perlahan, sangat perlahan. Setidap detiknya terasa mencekam, Galan takut bagaimana jika Baga menanyakan apa yang dia bawa. Atau Philo tiba-tiba memergokinya. Apa yang akan Galan jelaskan. Pasti semua akan panik masalah semakin rumit.
Setelah kepala Galan sepenuhnya bisa melihat kondisi belakang, dia tidak melihat apapun yang aneh. Lalu dari mana asal suara itu ?. Baga tidak mau berpikir panjang dan memutuskan untuk segera mendekati ransel miliknya. Ketika kaki kirinya akan beranjak tiba-tiba Baga bergerak memeluk kaki Galan dalam keadaan masih terlelap.
Huuuuffffff
Galan menghela nafas panjang. Ia mengumpat dalam hati. sialan Baga. Ia segera melepaskan kakinya, tapi sial semakin ditarik Baga semakin kuat mencengkeram kaki. Galan menggoyang-goyangkan kakinya berulangkali. Belum lepas juga selama lima menit. Kesabaran Galan hampir habis kini ia menggerakkan kaki lebih kencang.
"kenapa sih ?" Baga bangun, matanya belum sepenuhnya terbuka.
Galan masih berusaha menghadap ke depan agar Baga tidak melihat dia membawa kamera ini.
"lepasin" ucap Galan.
"jangan naroh kaki disini makanya" Baga memutar Badan dan kembali tidur lagi.
Kaki Galan berhasil terbebas, ia segera memasukkan kamera kedalam tas. Ke bagian paling dalam paling tersembunyi. Setelah itu ia segera keluar dari tenda untuk menenangkan degupan jantung yang seperti naik roller coaster.
Galan berusaha bersikap sewajar mungkin. Dia mendekati meja kecil yang mereka pakai semalam untuk makan malam. Ia membersihkan sisa sampah yang berserakan memasukkan ke dalam kantong plastik.
"Lan, Baga mana ?" Xena baru saja keluar dari tendanya.
"tenda"
Xena memasuki tenda laki-laki yang ditempati Baga tidur. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Baga memaksanya untuk bangun. Tak mendapat jawaban Xena mulai membuka selimut Baga.
"apasih Xeeen" Baga mengeluh dan menarik selimutnya lagi.
"anterin mandi"
"15 menit lagi deh" jawab Baga.
Xena memperhatikan raut wajah Baga yang aneh, bibirnya biru dan pucat secara keseluruhan. Xena memegang kepala lalu leher Baga memeriksa suhu tubuhnya. Xena kembali menarik selimut Baga lebih tinggi menutupi semua tubuh Baga kecuali kepala.
"Lan, kayanya Baga demam, anterin aku mandi tolong" Xena keluar meminta bantuan Galan.
"sakit ?"
Xena mengangguk lalu Galan segera masuk ke dalam tenda. Ia mengambil kotak p3k di dalam tas miliknya. Kotak itu berisi obat dan alat kesehatan. Galan mengeluarkan termometer digital, meletakkan di telinga Baga. Setelah itu Galan membuka salah satu obat, membangunkan Baga menuntunnya untuk meminum obat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Camping (the secret of ecology)
Science FictionBaga, Galan, Philo, Xena, Kalya dan Hara berkemah di Gunung. Ketika mereka merapikan tenda untuk pulang tiba-tiba sekawanan babi hutan menyerang tenda mereka. Saking paniknya semua berlari ke sembarang arah, membuat mereka terpisah dan hilang di da...