Setelah berjalan cukup jauh, Philo mulai kehabisan tenaga. Ia berjalan sangat pelan, bisa dibilang dia menyeret kakinya. Dengan bantuan sebuah ranting pohon besar yang ia jadikan tongkat penyangga untuk menahan tubuhnya. Pikirnya ia tengah berjalan kembali ke tenda tapi entah bagaimana Philo sekarang berada di tengah Hutan dan tak mengenali arah mana yang harus dia ambil.
Pasalnya setelah bangun tadi pagi Philo bergegas menelusuri jalan sendirian untuk mencari kameranya yang hilang. Ia pikir takkan jauh tapi kenyataannya malah ia berjalan jauh dan tidak tau jalan untuk kembali.
Peluhnya terus bercucuran karena lelah dan takut. Bibirnya mulai kering, berulang kali menelan saliva tapi tidak merubah apapun. Kalau lapar bisa ia tahan tapi manusia akan lemas jika kekurangan cairan.
Brugh
Badan Philo akhirnya jatuh juga, penglihatannya mulai kabur. Ia mulai bingung "toooloooong, siapapun toloong sayaaa" ia berteriak dengan sisa tenaga.
Philo menyeret tubuhnya untuk bersandar di bawah pohon besar. Ia mulai mengatur nafas, menahan mata untuk tetap terjaga meskipun sangat sulit. Ia tidak boleh pingsan disini, sepertinya ini bukan daerah yang biasa dilewati pendaki. Kelihatannya ini daerah yang jauh ke dalam hutan. Jika Philo terpejam tak sadarkan diri bisa saja hewan buas mengira dia santapan siang.
Srrkk
Sesuatu bergerak mengenai kaki kanan Philo yang masih berbalut calana panjang. Ia hanya menggerakkan sedikit untuk melihat apa yang membuatnya kegelian.
"WHAAA. WHAAAAAA" philo melompat, ia segera merangkat menjauh. Ia berusaha mengumpulkan tenaga lagi untuk bisa berdiri. Philo berlari sejauh mungkin.
"hah ular apa itu tadi ?" Philo berhenti setelah ia menjauh dari tempat tadi.
"siapapun tolong, tolong aku udah gak sanggup lagi. Ya Tuhan tolong jangan kasih karma seperti ini, aku janji bakalan jadi lebih baik lagi meskipun orang lain jahat ke aku"
Tidak sadar Philo mulai menitikan air mata. Ia benar-benar di titik putus asa sekarang.
"mama papa maafin semua salahku, maaf belum bisa jadi anak baik, maaf belum bisa balas budi ke kalian"
Philo mengusap air mata dengan punggung tangannya.
Philo masih tetap berdiri bersandar dengan pohon berbatang yang tidak terlalu tebal seperti sebelumnya. Ia enggan untuk duduk di tanah, takut ular menggerayanginya lagi.
"Ya Tuhan pleasee, pleasee kumohon, otakku terlalu berharga jika aku harus mati sia sia disini" Philo berteriak menghadap ke atas.
"apa Tuhan bahkan mendengarku ? kurasa, Tuhan akan mendengarkan manusia yang sering berdoa, bukan orang sepertiku yang hanya berdoa ketika susah saja" ia kembali menangis.
Philo meneruskan perjalanan. Ia kesulitan untuk berjalan karena sudah meninggalkan tongkatnya di samping ular.
.........................................................
"semua berpencar mencari Philo, ada yang ikut Galan atau aku. Jangan lupa kasih tanda ke pohon yang dilewati, agar kalian bisa kembali tanpa tersesat" perintah Baga yang mendapat anggukan dari semua teman-temannya.
Baga masuk ke tenda mengambil ransel miliknya yang berisi benda tajam yang bisa membantunya di tengah hutan. Galan juga masuk tenda mengambil ranselnya, berbeda dengan Baga, Galan lebih percaya diri ketika membawa kotak P3K, sebab hanya itu hal yang dia kuasai.
Kalya mengikuti Baga berjalan memasuki hutan, Baga berjalan cepat dengan langkah panjang. Terlihat Baga sangat tegas dan siap melakukan ini.
Hara dan Xena mengikuti Galan ke arah berlawanan, Galan lebih berjalan tenang tapi tidak juga lelet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Camping (the secret of ecology)
Научная фантастикаBaga, Galan, Philo, Xena, Kalya dan Hara berkemah di Gunung. Ketika mereka merapikan tenda untuk pulang tiba-tiba sekawanan babi hutan menyerang tenda mereka. Saking paniknya semua berlari ke sembarang arah, membuat mereka terpisah dan hilang di da...