14. Pertarungan Singa

25 5 0
                                    


Hara berdiri di koridor kampus. Memegang selembar amplop berwarna putih bertuliskan namanya. Tangan kecilnya bergetar membuka isi amplop. Sesaat Hara memejamkan mata berharap ia bisa menenangkan degupan jantungnya. Amplop itu berhasil terbuka, ia kembali menatap sekitar. Semua teman-teman sekelasnya sedang bersorak merayakan kelulusan. Hara menggigit bibirnya kuat kuat, degupan jantungnya seolah bisa membunuh Hara saat itu juga. Ia sangat amat gugup tak terkendali. Selembar kertas berhasil ia keluarkan. Perlahan-lahan ia membuka kertas tersebut. hara mulai membaca kata demi kata. Seketika tubuhnya melemas, bahkan rasanya ia tak bisa menopang tubuhnya sendiri. Hara hampir terjatuh di lantai, namun ia segera berpegangan pada dinding di sampingnya.

Hara melihat isi surat itu lagi, membacanya sekali lagi. Berharap ia baru saja salah baca. Tapi sepuluh kali Hara ulangi dari awal hingga akhir, surat itu mengatakan hal yang sama. Hara tidak lulus dalam ujian. Dunianya seakan hancur, tatapannya kosong. Ia bahkan merasa kehabisan oksigen. Nafasnya semakin memburu. Tidak seorangpun perduli keadaan Hara sekarang. Ia ingin berteriak sekarang juga. Kenapa yang lain bisa hanya aku saja yang tidak. Sia sia aku belajar selama ini. aku harus mengulang sedangkan teman-temanku bisa melanjutkan ke tahap lebih jauh. Aku payah, aku sangat payah. Waktuku akan habis, semua orang sudah menjadi hebat sedangkan aku selalu menjadi pecundang.

..............................................

Hara mulai membuka mata secara perlahan. Ia bangun lebih dulu, ia masih duduk lalu memandangi sekitar. Dingin udara pagi mulai menusuk seiring kesadarannya mulai pulih setelah bangun. Ia mengusap kedua lengannya. Kedua lututnya terangkat kemudian dia peluk. Ia mulai merindukan selimut dan kehangatan rumah. Tanpa sadar sebutir air menetes dari pelupuk matanya, ini bukan embun. Hara menangis, mengingat mimpi buruk yang mengganggunya tadi malam.

"hemmhh" Baga membuka mata lalu meregangkan otot lengan. Cepat cepat Hara mengusap pipi serta menahan tangis berikutnya agar tidak berkelanjutan.

Baga bangun, ia memandang Hara sebentar lalu Philo yang masih tidur. Baga berjalan menjauh, meregangkan otot lengan, menariknya kekanan lalu ke kiri. Sekarang giliran pinggul dan badannya, hingga muncul bunyi bergemelatuk. Yang terakhir bagian pergelangan kaki, ia putar putar disana. Setelah dirasa cukup, Baga merentangkan kedua lengan, menutup mata lalu menghirup dalam dalam udara segar dan bersih ini. lalu menghembuskan secara perlahan. Baga sangat menyukai udara pegunungan terlebih ketika pagi hari.

"Ga mau buang air besar" suara yang merusak ketenangan Baga dan berhasil membuatnya kesal. Baga berbalik menatap si empu suara. Ternyata Philo yang melakukannya, dengan tangan kiri memegangi pantat serta mata yang belum terbuka sempurna

"ya terus ?" jawab Baga ketus dengan kedua alis saling bertaut menukik.

"dimanaa, caranya gimanaa ?" rengek Philo.

Baga berjalan menjauh dari sana dan masuk ke semak semak, Philo tentu saja mengikuti. "tuh disitu" perintah Baga menunjuk ke tempat yang dirasa sudah tertutup di kelilingi tumbuhan rimbun.

"terus caranya ?" tanya Philo lagi dengan wajah bingung.

"ya kaya biasanya lah gimana sih"

"jongkok ?"

"telentang"

"dih Baga judes. Yakan memang Philo ga pernah berak di hutan. Terus bersihinnya gimana ?"

"ga usah di bersihin"

"iiieeewwwh yang benerrr "

"pake daun" teriak Baga berjalan menjauh.

Hara melihat Baga kembali tanpa Philo, ia ingin bertanya apa yang sedang terjadi tapi Hara menyadari mungkin itu hal yang hanya boleh diketahui sesama lelaki, akhirnya Hara diam.

Amazing Camping (the secret of ecology)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang