"bagaiamana, kalian sudah siap ?" Prof Banter berdiri, namun hanya lebih tinggi 1 cm dari kepala Baga dan Galan yang masih duduk. Mereka berdua tidak perlu mendongakkan kepala.
"sebentar Prof, saya ajak rekan-rekan saya" Baga berdiri untuk masuk ke tenda, Galan menyusul
"untuk apa ? tidak perlu, kita saja cukup. Kasihan mereka" Galan mencegah mereka.
"tempat smilodon itu tidak jauh dari sini, ada kemungkinan hewan buas itu lari kesini. Lalu bagaimana kalau tiba-tiba menyerang mereka yang sedang tidur. Bukankah lebih baik jika ikut, jadi bisa menghindar, atau bisa membantu juga"
Akhirnya Galan menyetujui rencana Baga, ia membiarkan Baga membangunkan semua orang.
"hei hei bangun, kita bisa pulang sekarang "
"maksutmu ?" Xena masih menutup mata meski sudah duduk.
"kita bisa pulang setelah membantu Profesor menangkap smilodon. Hewan buas itu hasil karya dia"
"kalau tidak ditangkap kita tidak bisa pulang ?" tanya Kalya yang sudah setengah sadar.
"bisa. Kita tetap bisa pulang, hanya saja Profesor butuh bantuan menangkap smilodon"
Mereka merenggangkan otot-otot, memutar kepala ke kanan kiri. Meluruskan tangan, merenggangkan otot pinggang.
"eh ?" Philo keluar lebih dulu. Ia terkejut melihat Profesor Banter.
"ha ?" Kalya menutup mulutnya yang menganga.
Xena hanya mengerutkan kening. Hara juga membuka mulut ketika terkejut.
"apa semua manusia tidak pernah melihat orang seperti saya ? lain kali saya akan membuat rekayasa genetika manusia kerdil, agar semua orang terbiasa melihat keberadaan manusia kecil" kesal Prof Banter.
Baga segera keluar meminta maaf "maaf Prof. maafkan ketidak sopanan mereka"
Melihat bahwa manusia ini Profesornya, semua langsung meminta maaf. Mereka merundukkan kepala.
Baga memimpin jalan, dibelakangnya ada Prof Banter lalu di belakang Profesor, teman-teman yang lainnya bergerombol. Baga membawa satu kayu yang diujungnya terbakar api. Untuk pencahayaan di tengah malam gulita.
Baga masih ingat betul, tempat terakhir dia melihat smilodon. Ketika si hewan buas itu membuat posisi nyaman untuknya tidur.
"Baga kau mau kemana malam begini ?" dari arah tak terduga si bayi macan mengejarnya. Ia menyusul berjalan di samping kaki Baga.
"mengejar raja hutan. Bantu aku menangkapnya"
Semua terdiam kaku ketika mendengar Baga bergumam sendiri. Mereka menyadari halusinasi Baga kambuh lagi. Xena memberikan tatapan khawatir ke Galan. Galan hanya menggelengkan kepala. sementara Prof Banter masih diam saja.
"Baga, apa kau yakin arahnya kesini ?" tanya Galan dari barisan belakang.
Baga menoleh kebelakang, "aku yakin. Aku masih ingat dengan jelas" Galan meragukan yang dilihat Baga. ia menduga itu bagian dari halusinasi Baga.
"kita jalan perlahan, jika tidak salah smilodon ada di sana" ucap Baga.
"aku tidak melihat apapun" Galan mulai membenarkan kekhawatirannya.
"apa kau yakin Baga ?" tanya Hara.
"kau meragukanku ?" ucapan sarkas dari Baga membuat hati Hara sedih, padahal Hara bertanya dengan nada baik tadi.
Profesor Banter mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kacamata. Terlihat luar biasa, kacamata tanpa bingkai, tidak berwarna. Bagian tengah yang dekat dengan hidung berbentuk melebar, hanya lekukan kecil sebagai tempat hidung. Bahkan gagangnya juga terbuat dari kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Camping (the secret of ecology)
Science FictionBaga, Galan, Philo, Xena, Kalya dan Hara berkemah di Gunung. Ketika mereka merapikan tenda untuk pulang tiba-tiba sekawanan babi hutan menyerang tenda mereka. Saking paniknya semua berlari ke sembarang arah, membuat mereka terpisah dan hilang di da...