Karena hari sudah mulai petang, mereka memutuskan untuk membuka tenda di sana. Ketika semua sibuk menata tenda, Baga hanya mondar mandir. Isi pikiran Baga dipenuhi oleh smilodon. Ia tidak menemukan alasan kenapa masih bisa hidup hewan itu. Apalagi di tempat seperti ini, sangat tidak mungkin. Awalnya tadi dia pikir ia sedang berhalusinasi, tapi ternyata yang lain juga sama-sama melihat.
"Baga !" seru Xena.
"hem ?" Baga berhenti dan memandang Xena.
"kau ini kenapa ? apa engga pusing mondar-mandir dari tadi ?"
"mm.. sepertinya aku mau ke sungai lagi"
"eh. Untuk apa ? apa tidak bahaya ? bagaimana kalau dua hewan tadi masih disana ?" tanya Philo, ia sedang mengikat tenda.
"aku mau buang air besar" Baga langsung pergi.
"buang air saja ribet. Eh apa dia akan baik-baik saja ?" tanya Philo kepada Xena.
"biarlah, sejauh ini nyatanya dia yang melindungi kita dari pada sebaliknya"
"yaa itu karena dia tahu banyak hal tentang hutan. Untung penyakitnya bukan amnesia, bisa runyam" Philo masuk ke tenda lalu merebahkan diri.
....................................................................................
Baga pergi ke sungai bukan karena ingin buang air besar. Ia ingin melihat smilodon lagi. Rasa penasarannya semakin menguasai diri. Ia ingin memastikan lagi spesies apa itu tadi. Ia ingin mengamati lebih jauh, agar dia bisa memecahkan teka-teki ini.
Semakin dekat dengan sungai, Baga berjalan perlahan. Ia berhati-hati. kepalanya memandang awas ke kanan-kiri. Ia memutar badan untuk memeriksa belakangnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya Baga juga takut. Jika benar itu smilodon maka itu spesies kucing paling kuat. Gigi taring yang berbentuk seperti pedang itu bahkan bisa menembus tengkorak mangsanya dan membuat mangsanya tewas seketika. Membayangkan kekuatan smilodon saja sudah membuat merinding ketakutan. Bagaimana jika berhadapa langsung.
Semakin dekat dengan sungai, Baga berjalan mengendap-endap. Lokasi sungai sudah terlihat. Ia bersembunyi di balik pepohonan. Tidak terdengar suara geraman dari pertarungan hewan buas. Baga masih awas, tidak mau gegabah langsung mendekat.
Semakin dekat dengan sungai ia belum melihat adanya sosok spesies smilodon maupun serigala. Baga mendekat lagi apa mereka bersembunyi disana ? apa aku tunggu sebentar saja mungkin akan keluar dari persembunyiannya.
Lama Baga menunggu tidak ada tanda-tanda hewan itu keluar. ia semakin mendekat tapi ia berbalik karena takut. Tapi kemudian Baga kembali ingin mendekat karena penasaran. Kembali lagi lalu balik lagi sampai akhirnya Baga memutuskan mendekat.
Ketika berada di tepi sungai, betapa terkejutnya ia melihat potongan tubuh serigala yang sudah hancur. Sangat hancur mengenaskan, organ tubuhnya keluar dan tidak lengkap. Kepalanya hilang sebelah. Tujuh puluh persen bagian tubuhnya hilang. Ini pasti sudah berada di perut smilodon.
Baga menutup mulut dan hidungnya secara reflek. Ia menggelengkan kepala melihat sisa makan siang smilodon.
"whaaa siapa yang melakukan ini. Dia pasti sangat kuat bisa memakan serigala" si bayi macan tiba-tiba datang dan berdiri di samping kaki Baga.
"apa belum pernah ada yang seperti ini ?"
"selama ini serigala dengan macan seimbang. Tidak ada yang lebih unggul. Tidak ada raja hutan. Kadang kami bertengkar kadang kami bersatu. Belum pernah ada yang saling memakan. Apa kau sempat melihat siapa yang melakukan ini ? dia bisa menjadi raja hutan, akhirnya raja hutan kembali lagi. Aku ingin merasakan bagaimana punya raja hutan. Pasti kita semua bisa rukun. Tidak ada pemburu liar"
"apa smilodon bisa menjadi raja hutan ?"
"hewan apa itu ?"
Langit semakin gelap. Baga memutuskan untuk kembali ke tenda. ia tidak bisa menemukan smilodon itu lagi.
Si bayi macan mengikuti Baga. di tengah perjalanan Baga terkesiap ketika di kejauhan dia melihat smilodon itu lagi. Ia segera berlari sembunyi. smilodon itu berjalan pelan, dengan mulut sesekali terbuka lebar menunjukkan gigi taringnya. Bulu kudu Baga berdiri. Sepertinya dia sedang mencari tempat peristirahatan untuk malam ini.
"apa itu yang namaya smilodon ?"
Baga mengangguk
"dia terlihat keren sekali. Belum pernah aku melihat yang memiliki taring seperti itu"
"aku juga belum pernah. Apa kau tidak takut ?"
"aku menyukainya. Dia keren. Terlihat hebat dan garang"
Baga memuaskan matanya untuk melihat dengan lamat-lamat. Ini pengalaman yang langka. Hewan purba bisa dia lihat secara langsung. Rasanya tidak mungkin tapi nyatanya ini ada. Tubuh smilodon terlihat lebih kuat dan besar di banding macan yang biasanya. Bulunya juga lebih lebat.
Setelah puas melihat, Baga pergi dengan perlahan. Meskipun jaraknya jauh tapi dia berusaha tidak mencuri perhatian smilodon.
"Bagaa kenapa kau jalan pelan sekali ?" ucapan si bayi macan mebuat kesal Baga karena terdengar keras.
"kau bisa bicara pelan tidak. Ini bahaya sssttt" bisik Baga kesal.
"bahaya ?"
"iyaa bahaya. Si smilodonbisa mendengarmu lalu melih—aku lupa kau halusinasi. Hm" Baga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia melanjutkan jalan mengendap-endap sampai dirasa sudah tidak terlihat oleh smilodon baru Baga berjalan normal. Sampai di tenda, matahari sudah hilang berganti dengan bulan. Api unggun sudah menyala. Xena dan Galan masih duduk diluar tenda.
"kau dari mana saja ?" teriak Xena kesal melihat Baga. lebih tepatnya dia khawatir.
"kan aku sudah ijin" Baga duduk di samping Galan
"apa kau mengeluarkan sesuatu yang sangat besar huh ?" tanya Galan.
Baga tidak menjawab dia justru tertawa terbahak-bahak.
Mendengar suara tawa Baga, Hara segera keluar dari tenda. Raut wajahnya terlihat khawatir.
"apa kau baik-baik saja ? apa kau sakit perut ? huh ?" tanya Hara yang masih berdiri di depan pintu tenda.
"mm aku baik-baik saja" Baga merasa senang mendapat perhatian dari Hara. marahnya hanya sebentar ternyata. Hati Baga berteriak kegirangan.
"kau bisa bilang jika butuh sesuatu atau merasakan sesuatu. Jangan pura-pura baik-baik saja" Hara bersungut-sungut.
"iyaaa"
Hara kembali masuk ke tenda. di dalam tenda terdengar Philo memberi protes. "kenapa sih Ra heboh banget. Galan aja santai, Baga tuh akan selalu baik-baik aja"
Philo membandingkan perlakuan Hara dengan Galan yang sama-sama selaku tim medis diantara mereka. Hara lebih over protective sedangkan Galan biasa saja.
"soalnya Baga beda" Hara kembali merebahkan tubuhnya.
"iya beda, sakitnya beda. Jarang ada" Kalya memberi penguatan atas jawaban Hara.
...........................................................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Camping (the secret of ecology)
Ciencia FicciónBaga, Galan, Philo, Xena, Kalya dan Hara berkemah di Gunung. Ketika mereka merapikan tenda untuk pulang tiba-tiba sekawanan babi hutan menyerang tenda mereka. Saking paniknya semua berlari ke sembarang arah, membuat mereka terpisah dan hilang di da...