1. Halo, Naufal!

334 48 0
                                    

Buat Naufal,

Cowok yang gue suka pake banget sejak pandangan pertama beberapa minggu lalu.

Halo, Naufal!

Kaget gak pas buka loker nemuin surat ini? Maaf, gue gak tahu harus gimana ngungkapinnya secara langsung. Gue bingung banget. Banget pake banget!

Gue udah lama suka sama lo. Sejak lo main futsal bareng temen lo di lapangan.

Waktu itu, kelas gue lagi kosong. Jadi, gue sama temen gue ke lapangan rumput buat ngeliat anak yang lagi olahraga. Enggak gitu, sih, lebih tepatnya gue diseret sama temen gue ke sana. Maksa banget dia, tapi gue bersyukur, sih, karena hal itu gue jadi ngeliat lo dan boom!

Lo keren banget pas main futsal. Banyak cewek yang teriak ngasih lo semangat, termasuk gue meski pelan.

Saat lo selesai main, lo langsung dikerumuni cewek-cewek yang mau ngasih minum. Saat itu juga gue sadar, kalau dibandingkan mereka gue bukan apa-apa. Cuma remahan rengginang. Uhh, banyak pikiran jahat yang langsung nyerang ke otak gue.

Gue suka sama lo, tapi kalau lo gak suka gak apa-apa, kok.

Karena gue anak baik dan tidak sombong, jadi gue gak perlu balasan lo.

Biarin aja gue suka sendirian, karena ini udah jadi risiko buat gue karena udah suka sama lo yang punya banyak penggemar di mana-mana.

Tapi, jangan larang gue buat terus ngeliatin lo dari jauh, ya? Karena cuma itu satu-satunya cara yang bikin gue seneng.

Dari AN,

Yang berharap semoga suratnya dibalas.

Note : kalau lo mau bales surat ini, taruh aja di buku majalah Smarties edisi ke 17 yang ada di rak perpus bagian umum. Soalnya kalau ditaruh di loker lo, gue, kan, jadi gak bisa ngambilnya. Jadi taruh di sana aja karena udah gue jamin, perpustakaan adalah tempat teraman sejauh ini. Di sana juga sepi, loh, hihi, jadi pasti bakalan aman.

Yakin, deh, sama gue.

*

Naufal mengernyit. Ditatapnya secarik kertas hasil sobekan dari buku itu di tangan. Matanya kembali bergulir, membaca kalimat demi kalimat yang ditulis dalam hati.

Naufal terus menatapnya. Sampai-sampai dia tak sadar kalau Lucky mendekat. Sedikit mencondongkan tubuh kecilnya pada Naufal yang masih berdiri diam. Matanya melirik berniat melihat sesuatu di tangan Naufal.

"Apaan, tuh? Gue gak bisa liat," bisiknya. Lucky menderita rabun jauh. Apalagi tulisan di kertas itu kecil-kecil, mana bisa dia mengintip sebentar saja.

Naufal terkejut. Cowok itu sampai melompat ke samping saking kagetnya. Lantas mengumpat pelan begitu tahu kalau Lucky lah yang membuatnya kaget.

"Apaan, sih, biasa aja kali. Gue gak bisa liat juga," cibir Lucky. Cowok kurus itu menatap Naufal menyelidik. "Jangan-jangan itu dari pacar lo, ya?"

Sedetik kemudian setelah tersadar akan ucapannya, Lucky memukul kepalanya pelan. "Lupa gue kalau lo gak punya pacar," katanya membuat Naufal tak tahan untuk kembali mengumpat.

Lucky menatapnya dengan kerlingan polos. "Bener, kan?"

Naufal memukul kepalanya agak keras sampai cowok kurus di depannya itu mengaduh memegangi kepala kecilnya. "Ya, gak usah diperjelas juga kali, bego!" serunya sebal.

Lalu Naufal beranjak pergi dari tempat khusus loker tersebut. Lucky membuntutinya. Naufal melotot mengancam pada cowok itu, membuat Lucky menipiskan bibir dan mundur beberapa langkah. Baru setelahnya Naufal kembali melangkah dengan Lucky yang berjalan beberapa meter di belakangnya.

Sesampainya di kelas, Naufal langsung melempar tas ransel hitamnya begitu saja ke atas meja. Buku tulis tipis yang hanya beberapa itu langsung tercecer ke atasnya. Naufal tak peduli, dia malah berjalan santai ke meja Fauzan di pojok belakang. Langsung mendudukkan diri di dekatnya setelah menarik salah satu kursi.

Tanpa basa-basi, Naufal langsung mengambil buku tulis milik Fauzan di atas meja. Menyobek selembar kertas dari sana tak peduli kalau sobekan kertasnya itu tidak rapi.

Kemudian Naufal mengambil pulpen yang dipegang Maria dengan paksa dan mulai menulis sesuatu di atas kertas. Tak memedulikan umpatan cewek itu yang ditujukan padanya.

Buat AN,

Halo, AN. Thx buat suratnya.

Jujur, ini pertama kalinya gue dapet beginian. Biasanya cewek-cewek ngasih cokelat atau permen di loker, atau bahkan gak segan-segan langsung ngasih ke gue secara langsung. Haha, se-famous itu gue sampe mereka ngasih begituan. Tapi gue seneng, kok.

Tapi, pas gue buka loker pagi ini, justru surat dari lo yang bikin gue penasaran.

Di antara banyaknya cokelat, permen sama surat dalam amplop, surat dari lo yang berbentuk hati bisa narik perhatian gue.

Gue ngerasa tersanjung waktu baca surat dari lo. Lo bukan orang pertama yang ngungkapin perasaan lo ke gue.

Tapi, tulisan di surat yang jelasin lo gak perlu balasan perasaan dari gue itu aneh. Lo cuma pengin gue ngebales surat lo aja. Fix! Gue jadi penasaran sama lo.

Mungkin di surat berikutnya lo bisa kasih tahu identitas lo secara lengkap biar gue gak bingung. Siapa tahu kita bisa kenalan.

Dari Naufal.

Setelahnya Naufal menatap tulisan tangannya yang mirip seperti cakar ayam itu. Dia tersenyum puas sebelum keluar, berniat menuju perpustakaan.

BalloonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang