11 Mipa 4 sedang free class. Maka dari itu yang cewek sepakat pergi ke lapangan rumput untuk melihat kelas lain yang sedang olahraga. Sedangkan yang cowok tetap di kelas bermain games dan tidur. Kecuali Alfa yang akan selalu setia dengan buku paket tebalnya.
Fia sebenarnya malas jika harus berurusan dengan dunia di luar kelas. Tapi berkat Dea yang menariknya, Fia jadi duduk di sampingnya. Di deretan tribune keempat.
Di lapangan rumput sudah ada kelas yang sedang bermain futsal. Banyak juga anak kelas lain yang ikut menonton karena free class juga sebab para guru sedang rapat.
Para cewek menyoraki anak-anak yang bermain futsal. Termasuk cewek Mipa 4 yang juga tak kalah keras menyorakinya.
Di lapangan, Cakra melepaskan seragamnya meninggalkan kaus putih yang dipakainya. Membuat para cewek kembali menyorakinya.
Sedangkan Sellindra menatap Cakra dengan tatapan tajam yang tentu saja tak bisa dilihat cowok berkaus putih itu.
Oky tak terima Cakra disoraki begitu. Ia ikutan membuka seragamnya menyisakan kaos putih oblong yang menampakkan otot lengannya. Membuat para cewek semakin keras menyorakinya.
Galang memijit pelipisnya melihat kelakuan teman-temannya. Ia menoleh ke arah tribune. Di sana ada Ruby yang menontonnya sambil memakan camilan berbungkus merah kesukaannya.
Permainan berhenti karena Naufal tiba-tiba saja duduk di pinggir lapangan. Yang lain jadi ikut duduk di sana dan menghentikan permainannya.
Para cewek adik kelas maupun kakak kelas langsung turun dan mengerubungi mereka, berniat memberikan sebotol air mineral. Jadi orang ganteng itu enak. Apa-apa dikit udah ada yang ngerubungin.
Sementara itu di tribune penonton, Fia sedang menulis sesuatu di bukunya. Kemudian merobeknya dan memasukkannya ke dalam sebuah amplop yang sudah disiapkan. Cewek itu bangkit dan pergi ke tempat yang berisikan loker-loker yang berjajar rapi milik para siswa.
Ia hendak menyelipkan suratnya ke sebuah loker.
Setelah memastikan keadaan sekitar aman, Fia berjalan pelan menuju salah satu loker di sebelah ujung.
“Ngapain lo?”
Suara itu. Suara itu membuat Fia membeku selama beberapa saat sebelum akhirnya cewek itu berdiri tegak dengan tangan di belakang tubuhnya menyembunyikan suratnya.
Cowok itu mendekat. “Ngapain lo?” Ia mengulang pertanyaannya kemudian menatap nomor loker di dekat cewek itu. “Ngapain lo di loker gue?”
Fia semakin gugup. “Ah. Eung. Gu-gue lewat sini, ke-kebetulan a-ada yang nyangkut di situ.”
Cowok itu semakin mendekat. Ia menyentak lengan Fia membuat Fia meringis dan melepaskan surat di genggamannya.
Cowok itu mengambil sebuah surat yang jatuh kemudian membuka amplopnya dan membaca isinya dalam diam.
Fia semakin tak karuan karena suratnya dibaca oleh orang di depannya yang selama ini tak bisa disapanya. Napasnya memburu seiring pergerakan bola mata Naufal yang membaca setiap untaian kalimat di kertasnya. Tangannya bergerak mencengkeram rok merah kotak-kotak selutut yang dia pakai. Sesekali Fia menggigit bibir mungilnya karena terlalu gugup.
“Jadi lo AN?”
Mata Fia membulat. Cewek itu ingin mengeluarkan bantahan tapi entah mengapa suaranya seakan tak mau keluar.
“Sebelumnya lo megang surat ini, jadi surat ini punya lo. Otomatis lo itu AN kan?”
Mendengar pertanyaan Naufal yang mungkin saja itu pernyataan membuat Fia menelan ludahnya gugup. Lidahnya kelu. Seharusnya, Fia tak mengirim surat itu saat ini ke Naufal. Pasti Naufal menyesal karena meladeni surat-surat darinya yang buluk ini.
Fia tetap diam. Merasa tak kunjung mendapatkan jawaban, Naufal menghela napasnya. Ia melirik name tag cewek di depannya yang terletak di dada atas sebelah kanan.
Mengetahui ke mana arah pandang cowok di depannya, Fia melotot. Refleks menyilangkan kedua lengan gemuknya di dada.
“Ngapain lo liat-liat dada gue? Dasar mesum!”
Naufal terkekeh. Tak disangka kalau cewek gendut di depannya ini sangat menggemaskan. “Mesum apanya? Gue cuma liat nama lo doang, kok.”
Fia dapat merasakan kalau pipinya memanas. Dia menundukkan kepala, tak berani menatap Naufal yang mungkin saja sedang tersenyum mengejek padanya. Berkat poninya yang panjang, Fia tak perlu repot-repot menyembunyikan muka karena malu.
Fia membuang napasnya pelan. Rasa-rasanya dia ingin tukar tambah muka saja sekarang. Lalu setelah itu dia akan menghilang dari cowok di depannya. Ternyata, ketahuan menjadi penggemar rahasia seseorang itu sangat memalukan.
“Gue percaya kalo lo itu AN, jadi bisa lo nyapa setiap kali kita ketemu?”
Mendengar perkataan Naufal membuat Fia yang menahan napasnya tanpa sadar jadi mendongak. Dia agak memundurkan langkah ketika Naufal mencondongkan tubuh ke arahnya.
“Gu-gue ….”
Naufal menarik dirinya. Tersenyum tipis pada Fia yang masih gugup. “Tenang aja. Ini akan jadi rahasia kecil kita berdua,” ucapnya sambil mengangkat jari kelingking gemuknya. Naufal mengedipkan sebelah matanya sebentar sebelum pergi.
Meninggalkan Fia yang kini jadi bersandar pada salah satu loker sambil mengipasi dirinya sendiri dengan tangan.
“Duh, ini kenapa jadi panas banget, sih?”
![](https://img.wattpad.com/cover/244812250-288-k606942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Teen FictionKatanya cinta itu buta. Tapi, kenapa fisik selalu jadi penentu utama? * Berawal dari terpaksa nonton futsal, Fia terpesona pada sosok cowok yang dijuluki wink boy dari Kelas Pangeran. Berkat saran dari Sellindra yang sudah terpercaya menjadi Mak Com...