Cewek gendut itu sengaja berdiam diri di kursinya setelah bel pulang berbunyi beberapa detik yang lalu. Dari sini dia melihat teman sekelasnya yang berebutan untuk keluar lebih dulu.
Meski dalam hati Fia merutuki mereka. Kalau pagi saja datangnya lama-lamaan, sedang pas pulang langsung rebutan. Dasar Azerus gak tahu diri!
Tak sampai 10 menit kelas bernuansa hijau muda itu sudah kosong, menyisakan Fia yang duduk di depan bangku pojok dekat jendela. Dia tak mau duduk di bangku pojok karena itu akan membuatnya kesulitan melihat papan di depan. Tapi, mau bagaimana lagi saat dia yang dulunya datang mepet bel masuk jadi harus dapat tempat duduk di depan bangku pojok yang paling dihindarinya itu.
Fia membereskan buku-bukunya, memasukkannya ke dalam tas dengan cepat. Kemudian keluar dari sana. Kakinya melangkah pelan sambil menyanyikan lagu yang akhir-akhir ini disukainya. Milik salah satu boyband Korea yang terkenal.
“Left and right.” Fia menggerakkan tangannya seperti meniru gerakan tarian yang ada di klip musik video tersebut.
“Left and right.” Kembali kali ini Fia menggerakkan tangan kirinya ketika menuruni tangga.
“Left and right.”
“Ripped it ripped it.”
Saat turun cewek gendut itu berhenti. Menolehkan kepala ke kanan ke kiri sebelum lanjut berjalan. Kali ini tak lagi menyanyi karena dia lupa liriknya.
Di tengah-tengah koridor, Fia menghentikan langkahnya. Dia menunduk sebentar dengan tangan memegang sisi pinggir perutnya. Melirik kursi kosong di koridor, akhirnya Fia pergi ke sana. Duduk sebentar sambil mengatur napas. Dilihatnya koridor yang tampak sepi, pasti kebanyakan murid lain memilih langsung pulang daripada terus berada di sekolah.
Fia terus duduk di sana selama beberapa menit untuk istirahat. Risiko menjadi orang gendut yang akan selalu kelelahan setelah bergerak sebentar saja. Padahal dirinya hanya berjalan dari kelasnya sampai ke koridor kelas 10 saja. Lagi pula jarak kelasnya menuju tangga juga dekat karena kelasnya tepat berada di samping tangga.
Tapi tetap saja Fia merasa kelelahan. Bulir-bulir keringat mengalir dari keningnya. Fia mengusapnya dengan punggung tangan pelan. Setelah mengambil napas panjang, cewek gendut itu melompat untuk berdiri. Tangannya mengepal kuat meninju udara.
“Ayo, Fia. Lo pasti bisa!” serunya, menyemangati diri sendiri. Cewek berpipi bulat itu berjalan. Kali ini tujuannya adalah perpustakaan. Bibirnya tersenyum tipis membayangkan bagaimana kalau orang itu membalas suratnya tadi pagi? Tanpa bisa dicegah, hatinya berbunga-bunga.
Fia melotot kecil ketika sampai di depan tangga menuju perpustakaan. Entah ini hanya perasaannya saja atau bukan, tetapi tangga di depannya seolah-olah sangat tinggi. Dia membuang napasnya sebentar sebelum menaiki anak tangga satu persatu dengan gontai. Langkahnya malas, tangannya berpegangan pada pembatas besi. Bibirnya mencuat kesal. Dalam hati sudah merutuki diri sendiri.
Seharusnya dia tak memilih perpustakaan sebagai tempat untuk menaruh balasan suratnya. Fia menyesalinya sekarang. Berkat tubuh gemuknya, dia kesusahan saat menaiki tangga.
Sesampainya di atas, cewek berpipi bulat itu ngos-ngosan. Mukanya sudah memerah seperti tomat bahkan sampai menjalar ke telinganya. Fia menepuk-nepuk pipi bulatnya sebelum memasuki perpustakaan sore itu.
Perpustakaan yang tampak kosong itu menyambut indra penglihatannya ketika menginjakkan kaki ke dalam. Gadis berseragam pramuka itu mengangguk kecil dan menyapa petugas perpustakaan sebelum masuk lebih dalam.
Kaki pendeknya melangkah, menyusuri rak-rak tinggi yang mampu membuatnya menghilang. Diambilnya sebuah majalah Smarties edisi 17, majalah keluaran semester satu, tahun lalu.
Matanya berbinar ketika menemukan sebuah lipatan kertas. Tak tahan Fia memekik senang, sebelum harus membekap mulutnya sendiri agar tidak mendapat omelan dari Mrs. Selvia, petugas perpustakaan yang tadi disapanya. Kemudian cewek itu menoleh kanan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat tindakannya barusan.
Fia membawa kertas itu menuju salah satu meja dengan pembatas di sisi kanan kiri maupun bagian depannya. Dia membukanya perlahan penuh kehati-hatian. Bibirnya tak tahan untuk tersenyum lebar sampai matanya tenggelam di antara pipi bulatnya.
Fia mengambil kertas dari sebuah buku kosong yang selalu dibawanya untuk saat-saat seperti ini ketika sedang membutuhkan kertas. Dia mengeluarkan pulpen juga. Lalu tangan kecilnya bergerak aktif menuliskan kata demi kata.
Beberapa menit dia habiskan untuk menulis balasan surat. Pikirannya berkelana, dia seperti sedang berada di masa lalu saja. Saling berbalas surat tanpa mengerti bagaimana rupa si pengirim, tapi itu pengecualian untuk dirinya karena Fia tahu dengan jelas bagaimana rupa Naufal. Hanya cowok itu saja yang tidak tahu tentangnya.
Senyum terlukis di wajah bulatnya. Fia mengangkat kertas itu, menatapnya merasa puas. Dia melipatnya menjadi segitiga, yang kemudian dilipat lagi hingga membentuk sebuah hati dan menyimpannya ke dalam saku kemeja cokelat yang ia kenakan.
Dengan cepat Fia membereskan pulpennya. Lalu dia segera keluar dari sana. Fia menarik napas dalam sebelum menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Hitung-hitung olahraga untuk mengurangi berat badan, pikirnya.
Setelah memastikan keadaan sekitar aman tanpa adanya orang, Fia melangkah masuk menuju loker milik kelas 11 IPS 4. Dia berhenti di salah satu loker besi berwarna merah yang tertempel banyak stiker di pintunya.
Fia menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. Dia mengeluarkan kertas yang sudah dilipatnya itu, lantas memasukkannya melalui celah kecil di bagian bawah.
Perempuan gendut itu kembali tersenyum. Kemudian berlalu dari sana. Fia merenggangkan tangannya ke atas. Rasanya dia ingin segera pulang dan rebahan di kasurnya yang kecil itu.
*
Left and right
Left and right
Ripped it ripped itAku bikin cerita ini waktu lagi demam Left and Right nya Seventeen muehehe

KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Fiksi RemajaKatanya cinta itu buta. Tapi, kenapa fisik selalu jadi penentu utama? * Berawal dari terpaksa nonton futsal, Fia terpesona pada sosok cowok yang dijuluki wink boy dari Kelas Pangeran. Berkat saran dari Sellindra yang sudah terpercaya menjadi Mak Com...