“Loh, By? Sama siapa?” Naufal bertanya saat tidak sengaja papasan dengan Ruby yang lagi berdiri sendirian di kantin. Sudah terlihat seperti anak hilang.
“Gue mau beli susu cokelat, tapi lagi nunggu Fia.” Ruby mengerucutkan bibirnya karena sosok yang ditunggunya lama sekali.
Nathan menghampirinya, menuntun Ruby agar duduk di kursi mereka. “Tunggu sini aja bareng kita.”
Ruby menurut. Cewek itu mengedarkan pandangannya pada cowok di sekelilingnya mencari sesuatu. “Galang mana?” tanyanya begitu sadar tak ada Galang di situ.
Kenzie datang dengan Cakra dan langsung duduk di sana. Kenzie menyodorkan sekotak susu cokelat ke Ruby yang diterima cewek itu dengan senang hati. Membuatnya teralihkan dari pertanyaannya sebelumnya.
Seorang cewek gendut datang, ia menghampiri meja di mana Ruby berada sambil menundukkan kepala. “Permisi,” ucapnya pelan.
Ruby langsung menoleh begitu temannya sudah selesai, ia segera bangkit dan menarik cewek itu agar ikut duduk bersamanya.
“Heh, lo cewek gendut! Ngapain ke sini?” Oky meluncurkan kata-kata pedasnya.
Cakra menendangnya membuat Oky jadi mengumpat nyaring dengan Nathan yang segera menutup telinga Ruby agar tak mendengarkan kalimat sampah milik Oky.
Niken mendesis memperingatkan agar tak berbicara macam-macam karena ada Ruby bersama mereka.
“Nathan, kenapa telinga gue ditutup?” tanya Ruby setelah Nathan melepaskan tangannya dari telinga Ruby. Matanya berkerlip polos.
“Ada polusi tadi.”
Fia terus menunduk karena ada banyak macan di depannya yang sudah siap memakannya kalau ia berbuat salah. Dia tak nyaman dalam duduknya karena ia merasa terus diawasi seseorang atau mungkin banyak orang.
Fia mengangkat wajahnya dan matanya yang bulat bertatapan dengan Naufal. Segera dia mengalihkan tatapannya menyusuri kantin dengan rona merah mulai menjalari pipi.
Seseorang meraih tangannya, Fia segera menoleh dan menemukan Ruby yang memegang tangannya. Ruby mengajaknya kembali ke kelas dan Fia menurutinya karena ia tidak mau berlama-lama di kantin.
Ruby melambaikan tangannya pada teman-temannya yang dibalas mereka dengan lambaian dan senyuman. Fia segera menarik Ruby keluar karena dirinya tak nyaman.
Sedari tadi Naufal terus menatap Ruby dan temannya yang kini keluar kantin.
*
Buat Naufal,
Yang keliatan keren.
Lo tadi keren waktu main futsal! Gue suka ngeliatnya.
Lo selalu baik sama Ruby, ya? Gue jadi ngerasa minder karena kayaknya Ruby punya tempat spesial di hati lo.
Gue jadi ragu mau nunjukin diri gue.
Dari AN,
Yang udah ragu dan semakin ragu.
*
Buat AN,
Sampai kapan lo ragu terus?
Gimana kalo misalnya waktu lo nunjukin diri ke gue, gue nya B aja karena udah terlalu lama nunggu dan perasaan gue jadi berubah.
Tunjukin aja diri lo. Gak perlu takut karena gue gak gigit.
Dari Naufal.
*
Surat itu dibacanya ketika sudah sampai di rumah. Gadis yang kini memakai sweter kebesaran warna oranye dengan celana kulot jumbo itu menggulingkan tubuhnya di atas kasur secara acak. Bibirnya mengeluarkan suara-suara aneh yang tertahan.
Lalu cewek dengan potongan rambut pendek sebahu itu mengubah posisinya menjadi duduk memeluk lutut. Sedetik kemudian, dia menggulung tubuh gendutnya pada selimut tebal biru muda bermotif bunga-bunga.
Dia kembali berguling-guling di atas kasur dan terus meracau. Sesekali mengacak rambut pendeknya hingga berantakan dan menutupi wajah.
“Tadi siang aja lo gak peduli dan gak mau tahu, terus kenapa sekarang malah kepo, ha? Kenapa?!”
Puas berguling di atas kasur, Fia mendudukkan dirinya di pinggiran kasur kecil tersebut. Matanya bergerak mengelilingi kamar yang tak terlalu besar. Warna pink muda membuatnya merasa tenang selama beberapa menit sebelum Fia memilih bangkit dan mengambil HP-nya yang tersimpan dalam tas.
Dibukanya sebuah aplikasi hijau lalu Fia menekan chat teratas. Grup kelasnya, Azerus. Meski terkadang grup itu sangat sepi seperti tak berpenghuni, terkadang juga bisa jadi sangat ramai seperti sekarang jika manusia bobroknya sudah keluar.
Fia membuang napas sambil kembali menggulung tubuhnya. Dibacanya satu persatu pesan yang masuk dalam hati. Sesekali cewek chubby itu mengulum bibirnya untuk menahan senyum.
Azerus – Group Chat
Mark : ekhem ekhem
Jeno : tes tes satu dua tiga
Juwita : empat
Joe : lima
Febrina : enam
Felix : seratusss
Juwita : dih @felix apaan dah
Dea : kenapa kapten @mark
Sellindra : gak penting, awas aja lo besok
Meisie : gw lg tdr jgn brsk!
Felix : mau ah tidur sama @meisie
Yena : heh astagfirullah @felix!
Rocky : mamah @elina lihat kelakuan anak lo
Elina : ngapa jadi gue? Anaknya si ibun nih @dea
Ruby : mau dong tidur bareng @meisie juga
Lia : hah?
Alfa : serius….
Ellina : lo jangan gila @ruby
Sellindra : wah, lo dikatain gila By, nih liat atas gue^
Febrina : ayo By ribut! @sellindra jadi wasit prit prit
Dita : jangan By, itu adalah bisikan setan
Ruby : padahal kan kalo ada Felix, Meisie jadi kalem
Chantika : OHHHHHH
Jeno : begitu
Meisie : lo bilang apa By ^___^
Meisie : eh @fia sama @jihan kemana ni anak
Jihan : nyimak bos gue lagi makan
Felix : dah balik huruf vokal di keyboard lo
Meisie : dih apaan sih
Meisie : bukan urusan lo
Dita : dih ngalihin pembicaraan °3°
Fia : wah ada ribut-ribut rumah tangga nih
Fia : mana yang mau retak?
Fia : @juwita sinii
Juwita : AKHIRNYA @fia GUE ADA SEKUTU
Mark : gue cuma mau bilang kalo besok kita latihan buat upacara
Meisie : WHAT
Sellindra : gila!
Febrina : kulit gueeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Teen FictionKatanya cinta itu buta. Tapi, kenapa fisik selalu jadi penentu utama? * Berawal dari terpaksa nonton futsal, Fia terpesona pada sosok cowok yang dijuluki wink boy dari Kelas Pangeran. Berkat saran dari Sellindra yang sudah terpercaya menjadi Mak Com...