40. Cuma Temen?

173 11 0
                                    

"Baik anak-anak, semuanya absen dulu setelah itu masuk ke dalam bus," kata Mr.Mino memberi instruksi pada anak-anak tim futsal.

Mr. Mino memanggil Galang dan memberinya secarik kertas untuk absensi yang langsung dikerubungi oleh tim futsal.

Setelah selesai, mereka semua langsung naik ke dalam bus. Sudah ada beberapa anak PMR yang berada di dalam.

"Mark!" Teriakan Jihan membuat Mark mengurungkan niatnya memasuki bus dan menghampiri temannya.

"Apa?" tanyanya begitu sampai di kumpulan temannya.

Sellindra menepuk bahunya agak keras. "Jangan jutek, dong, bosku."

Rocky datang dan memberikan tas serut sedang pada Mark. "Tuh, gue bawain camilan, dimakan, ya."

Mark mengangguk. "Kalian naik apa?"

"Wohoho, tenang, kita naik motor saling boncengan," jawab Juwi cepat.

Mark mendelik mendengar jawaban Juwi. "Udah, deh, mending balik aja, bahaya tahu kalau naik motor."

Felix datang dan langsung memukul punggung Mark. "Kita udah bela-belain mau dukung lo, dan lo malah nyuruh kita balik?"

"Cih, mending gue main ml di rumah, dah." Jeno menyahut.

"Ada yang naik mobil gue, kok, sans aja," kata Meisie.

Mark mengangguk. "Ya, udahlah, hati-hati, ya, jangan ngebut, bahaya ntar," katanya sebelum kembali ke dalam bus.

Disisi lain ....

"Gue nonton bareng anak sekelas."

"Bagus, deh, naik mobil, kan?"

Fia mengangguk.

"Oke, hati-hati, ya. Jangan lupa makan juga." Naufal mengusap pelan kepala Fia membuat pipi bulat cewek itu memerah.

"Gue balik dulu," lanjut Naufal sambil melambaikan tangannya.

Fia ikut melambaikan tangannya sampai Naufal tak terlihat ia kembali ke kumpulan anak kelasnya.


*


Fia pergi ke toilet sendirian saat sepuluh menit lagi pertandingan akan selesai. Ia mematut dirinya di cermin yang ada di toilet. Ingin memberi ucapan selamat pada Naufal, tapi itu pasti akan mempermalukan cowok itu karena dirinya jelek.

Fia menghela napasnya, kembali melihat pantulan dirinya di cermin. Ia mengernyit saat melihat seseorang yang tak asing memasuki toilet.

"Hm, kebetulan yang tak terduga."


*


"Woi, Fal, oper sini," kata Cakra. Naufal langsung mengoper bolanya ke cowok itu.

Cakra terus menggiring bolanya tapi berhasil direbut lawan. Galang berlari cepat, melakukan gerakan berputar mengecoh lawan dan berhasil merebut bolanya. Ia menggiringnya dan mengopernya pada Mark. Sementara Mark menggiringnya dan mengopernya pada Galang dan Naufal bergantian.

Kini bola ada pada Naufal. Cowok itu terus menggiring bolanya dan menendangnya kuat.

Dan GOLLL!!!!

Mereka berlari mendekat saling melakukan tos satu sama lain dan kembali melanjutkan pertandingan.

Bola berada pada Mark, cowok itu menggiringnya tanpa mengoper pada temannya. Sampai seorang lawan menubruknya keras membuat Mark terjatuh dan mengaduh kesakitan.

"Woi anjing, main sehat, lah!" Galang ingin menonjok seseorang yang menabrak Mark tapi dilerai oleh Cakra. Galang kalau sudah marah sangat berbahaya.

Tim medis datang membawa pergi Mark yang terbaring di tandu memegangi lututnya.

Wasit meniup peluitnya. Pertandingan kembali dimulai setelah Nathan memasuki lapangan menggantikan Mark.

Nathan mengoper bolanya ke Naufal. Cowok itu cerdik sekali bisa mengakali lawan. Naufal menggiring bolanya tapi dihadang lawan. Ia mengoper bolanya pada Galang yang langsung menendang bolanya kuat.


Dan lagi, Smart High School mencetak gol.


*


"Woi, Fal, itu oper bolanya!"

"Woi, dikit lagi, dikit lagi!"

"Yes. GOLL!!"

"Mantap goal!"

"GOLL!!"

"Ayo, Mark, oper bolanya!"

"Aww, Mark kasian! Jahat banget itu lawannya."

"Heh, lo gak punya mata, hah? Main tubruk seenak jidat!"

"Heh, itu si Mark kasian."

"Tim medis mana, sih, kagak turun juga?"

"Woah, gila, penggantinya itu si Nathan!"

"Uhuy, ahli strateginya keluar."

"Nathan! Oper! Oper!"

"Ayo, Fal! Oper bolanya!"

"Woah! Galang ayo dikit lagi dikit lagi yes!"

"GOLL!!"

"GOLL!!"


*


"Hm, kayaknya lo masih ngedeketin Kak Naufal, ya?"

Fia menggeleng. "Udah gu-gue bilang berapa kali, sih, ki-kita cuma temen."

"Iya, awalnya temen, lama-lama jadi demen!" jerit Yuan tak terima.

"Gu-gue nonton karena Mark lagi main." Fia mencoba menjelaskan agar kejadian di gudang itu tak terulang lagi.

Yuan memukul tembok di sebelah Fia membuat Fia bergetar ketakutan. "Iya sekalian biar lo bisa modus!" Yuan menjambak rambut Fia sampai cewek itu mengaduh kesakitan.

"Lo, tuh, gak pantas bersanding sama kak Naufal!" Yuan kembali menjambak rambut Fia bahkan sampai mencakar wajah cewek itu.

"Sa-sakit, le-lepas!" Fia memegangi kepalanya yang berdenyut sakit karena jambakan Yuan terlalu kuat.

"Lo, tuh, emang harus diginiin biar kapok!" Yuan terus menjambak rambut Fia bahkan sampai menampar cewek itu.

Fia menangis. "Gu-gue ada salah apa sama lo?" tanyanya lirih.

"Banyak! Dengan lo deket sama kak Naufal aja udah salah! Apalagi sekarang lo makin lengket sama dia itu salah besar!" raung Yuan.

Yuan melepaskan tangannya di rambut Fia membuat Fia terduduk lemas di toilet. Cewek itu mengambil ember berisi air kotor yang kebetulan ada di salah satu bilik toilet. Lantas ia segera menyiramkannya ke tubuh Fia yang bergetar.

Yuan tertawa melihat penderitaan Fia, ia menepuk-nepuk tangannya menghilangkan debu dan pergi keluar.

Sementara Fia menangisi kehidupannya. Ia bangkit. Hendak berjalan keluar meminta bantuan temannya yang membawa baju ganti. Tapi ia jatuh terduduk lemas tak kuat berjalan. Fia menunduk. Wajahnya sudah basah oleh air mata sementara poninya jatuh meneteskan bulir-bulir air yang tersisa.




BalloonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang