Buat AN,
Kenapa rasanya gue kayak diputusin sama pacar?
Kenapa lo gak berjuang?
Apa sebenernya salah gue ke lo?
Kalau aja lo kasih tahu nama lo siapa, gue yang bakalan berjuang. Gue bakalan minta maaf kalau ada salah sama lo.
Gue udah ngerasa kita klop dan gue udah berencana nembak lo kalau lo mau nunjukin diri lo.
Apa di sini cinta gue bertepuk sebelah tangan?
Dari Naufal.
Naufal memanyunkan bibirnya setelah menaruh suratnya di antara lembaran kertas berwarna tersebut. Kemudian dia menuju ke kelasnya sambil menggerutu sebal di sepanjang perjalanan.
Sesampainya di kelas, Naufal langsung melipat tangannya di atas meja dan menelungkupkan kepalanya di sana. Tak peduli meski keadaan kelasnya sangat berisik karena isinya cowok-cowok bobrok yang punya kelebihan di wajah.
“Nah, kan. Udah gue duga kalau lo itu lagi galau,” cibir Lucky. Cowok kurus itu duduk di depan Naufal.
Nathan datang menghampiri dengan satu tangan yang diletakkan dalam celana abu-abu. “Minta ajarin Ojan sana. Biar gak lembek gini,” kata Nathan mencibir.
Naufal melotot. Bibirnya mencuat sudah akan protes tapi selanjutnya dia hanya bisa diam merapatkan bibirnya saat tatapan tajam Lucky mengarah padanya. Sekarang, Naufal terlihat seperti anak kecil yang takut dimarahi.
“Kelas berapa, sih? Sini biar gue liat anaknya dulu.”
“Gak!” seru Naufal cepat. Cowok gembul itu agak gelagapan saat Lucky menatapnya penuh selidik. Dia segera mengalihkan pandang ke sembarang arah. Sampai matanya menatap Yohan yang mau beranjak keluar, Naufal berdiri cepat sampai kursinya berdecit keras dan hampir jatuh.
“Han! Mau nyebat, kan? Gue ikut.”
Yohan yang berada di ambang pintu jadi berhenti. Menolehkan kepala sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Masih tak mengerti dengan keadaan. Dia mendelik pada Naufal yang seenaknya merangkul bahunya dan membawanya pergi.
“Sttt, diam,” bisik Naufal pelan saat merasa Yohan yang hendak protes. Akhirnya cowok yang jago taekwondo itu diam, menurut saja ketika Naufal membawanya pergi entah ke mana.
*
Yohan menghela napas kasar. Dilihatnya Naufal yang menendang beton pembatas dengan bersungut-sungut. Yohan menyandarkan punggung pada beton pembatas di sisi lain. Dia memang berniat ke rooftop nanti, tapi untuk tidur. Bukan untuk melihat kekesalan Naufal seperti sekarang yang sedang beralih menendang pintu kayu yang mereka lewati tadi.
Yohan mendelik ketika tiba-tiba saja Naufal sudah ikut duduk di sampingnya sambil bersandar. Dia mengernyit ketika Naufal mengulurkan tangan kiri padanya.
“Mana rokok lo?”
Yohan mengumpat. Tapi juga memberikan rokok yang tersimpan di balik jas biru tuanya dengan aman.
Naufal menerimanya. Lantas meletakkan benda pipih bulat tersebut di antara kedua bibirnya. Tangannya kembali terulur pada cowok di sampingnya.
“Apa lagi?” balas Yohan jengah. Dia bahkan memberikan sekotak rokoknya yang masih penuh pada cowok pendek itu. Apa masih kurang?
“Koreknya, lah! Lo pikir apa lagi?” Naufal membalasnya ketus.
“Gak ada.”
“Sialan, lo!” Naufal langsung membuang rokoknya yang bahkan belum terbakar sedikit pun dan menginjaknya. Yohan menatapnya nanar. Hei, dia bahkan membeli rokok itu menggunakan uangnya secara sembunyi-sembunyi. Dan Naufal membuangnya begitu saja sebelum terbakar.
“Rugi gue ngajakin lo bolos gini,” gerutu Naufal, kembali menyandarkan punggungnya di tembok pembatas.
Yohan mendelik. “Salah lo main rangkul gue gitu aja. Gue, kan, tadinya mau ke warungnya Bu Pita minjem kompor terus tiduran di sini,” cecar Yohan tidak mau disalahkan.
Naufal bangkit. Kali ini memukulkan tangannya pada dinding beton yang sebelumnya jadi tempatnya bersandar beberapa detik yang lalu. Yohan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Dia tetap diam di sana dengan mata yang fokus pada benda pipih di tangan.
*
Naufal memasuki perpustakaan yang tidak terlalu ramai siang itu. Kebanyakan siswa memanfaatkan istirahat kedua untuk makan di kantin, itu sebabnya tidak banyak anak yang ke perpustakaan saat ini.
Pagi tadi Naufal memang sudah menaruh suratnya, tetapi dia datang lagi sekarang untuk menaruh surat keduanya hari ini.Hatinya merasa gelisah ketika dia tidak mendapat surat balasan. Naufal bahkan tidak percaya pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia merasakan perasaan tertarik pada orang yang tidak dia kenal. Jangankan wajahnya seperti apa, bahkan dia tidak tahu siapa namanya.
Buat AN,
Kenapa lo gak bales? Kenapa surat gue cuma lo ambil aja?
Gue ada salah ke lo? Oke, gue minta maaf.
Sebelumnya gue gak pernah minta maaf ke siapa pun, tapi demi lo gue rela.
Hari-hari gue terasa muram karena gak bisa baca surat dari lo. Gue bahkan marahin temen-temen gue karena mereka bikin mood gue hancur.
Gue harap lo mau bales surat dari gue ini.
Dari Naufal.
*
Sudah sangat lama.....
Gatau udah berapa bulan:')
Huhuhu maaf ya
Sedang mengasingkan diri di dunia jadinya menghilangKali ini mo double update!
Makasih buat yang masih setia tungguin apdetan cerita ini:')
Btw jangan lupa follow+vote+komen. Jangan lupa juga baca ceritaku yang lain!
Kuy mootualan di Ig @/rieztniverse sama @/quiriezt
*
Masih ada yang baca kah???
KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Teen FictionKatanya cinta itu buta. Tapi, kenapa fisik selalu jadi penentu utama? * Berawal dari terpaksa nonton futsal, Fia terpesona pada sosok cowok yang dijuluki wink boy dari Kelas Pangeran. Berkat saran dari Sellindra yang sudah terpercaya menjadi Mak Com...