15. Terlambat Lima Belas Menit

154 17 2
                                    

Buat AN,

Halo AN.

Gue kesel waktu Jumat gak bisa tahu siapa lo karena banyak yang pake kaus biru tua. Yah, karena biru tua itu warna kaus futsal jadi banyak yang pake buat nyemangatin tim futsal. Mana waktu itu lapangan penuh banget!

Gue pengin ketemu lo. Tahu siapa lo.

Jadi, jangan lupa nunjukin diri waktu kita ketemu.

Dari Naufal.

*

Naufal sudah senyum-senyum sendiri setelah menaruh kertasnya di antara lembaran kertas majalah. Dia segera berbalik untuk keluar sebelum dihadang Mrs. Selvia.

“Naufal?” Mrs. Selvia berhenti berkacak pinggang di depannya. Matanya yang dibingkai kacamata bulat itu menatap Naufal dari ujung kepala sampai kaki.

Naufal meloncat mundur ke belakang. Agak kaget ditatap Mrs. Selvia sampai sebegitunya. “Kenapa, Mrs.?”

“Ini beneran Naufal anak 11 IPS 4?” Naufal mengangguk polos.

Mrs. Selvia meletakkan tangannya di dagu. Kemudian bergerak mencondongkan tubuhnya ke depan membuat Naufal melotot kecil. “Ini mencurigakan,” katanya dengan nada yang mirip kartun robot kucing yang terkenal.

Naufal merapatkan bibirnya. Lebih baik diam daripada kembali dicurigai.

“Tumben.” Mrs. Selvia mulai menegakkan tubuh langsingnya. Masih dengan menatap Naufal yang diam.

“Saya kira saya salah lihat karena akhir-akhir sering banget lihat kamu keluar masuk perpustakaan. Tapi ternyata beneran kamu.”

“Ya kenapa Mrs.? Ada yang salah?” ceplos Naufal begitu saja. Dia langsung mengatupkan bibirnya ketika Mrs. Selvia memberinya tatapan tajam.

“Salah! Salah besar!” sembur Mrs. Selvia.

Naufal agak mengernyit sambil menutup matanya. Kalau ini film, pasti akan ada angin yang menerbangkan rambutnya seakan-akan teriakan Mrs. Selvia yang keras mampu membuatnya terbang.

“Setahu saya, anak IPS terutama kelas kamu itu paling anti sama perpustakaan. Lebih suka nangkring di UKS sana,” celetuk Mrs. Selvia membuat Naufal mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Memang ya, anak IPS, tuh, punya julukan anak nakal walau gak semuanya yang seperti itu. Contohnya saja Nathan sama Nata, duo kembar tapi gak kembar itu padahal ambisius, tapi anehnya malah masuk IPS 4 sarangnya anak nakal. Jadi berlian seperti mereka malah ketutupan.

Anak kelasnya memang suka pergi ke UKS meski tidak sakit. Selain karena di sana wifinya kencang, di sana juga ada Mbak Mitha, cewek cantik lulusan keperawatan yang bekerja di sekolah elit ini. Jadi buaya kesepian seperti temannya selalu pergi ke sana untuk modus dan melihat Mbak Mitha. Naufal tidak termasuk, sih, karena dia lebih memilih pergi ke rooftop buat nyebat sama Yohan.

Suara bel berbunyi membuat Mrs. Selvia mengerjapkan matanya. Lalu menyuruh Naufal kembali ke kelas. Cowok gembul itu mengangguk dan pergi tanpa banyak kata. Daripada kena semprot lagi.

Langkah kakinya tidak cepat, cenderung santai. Sesekali Naufal melirik kanan kiri dan mengedipkan sebelah matanya pada cewek yang lewat. Beberapa adik kelas yang sedang berjalan cepat di koridor jadi berhenti sebentar dan hampir mimisan ketika Naufal mengedipkan sebelah matanya.

Begitu sampai di depan pintu kelasnya, Naufal masuk dan berseru, “Yo! Naufal yang imut kesayangan dedek gemes ini datang!”

“Ekhem!”

Mendengar suara batuk seseorang dan respons anak kelasnya yang tidak seperti biasanya, Naufal jadi berhenti. Menggerakkan kepalanya pelan untuk melihat meja di pojok depan yang sudah diisi oleh seorang guru.

Naufal menelan ludahnya susah payah. Tiba-tiba cowok itu merapatkan kakinya. Tangan kirinya bergerak memegang seragam putih yang dikeluarkan. Sementara tangan kanannya dia angkat dan melambai. “Halo, Mr.,” sapanya sambil memberikan senyum lebar yang dipaksakan.

Guru muda yang masih lajang itu menatapnya tajam. Kemudian melihat jam di pergelangan tangannya. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan cepat. Siswa 11 IPS 4 menahan napas mereka begitu merasakan atmosfer yang berubah.

“Kamu terlambat lima belas menit.”
Begitu suaranya yang berat jatuh, Naufal menjadi gemetar. Pesona guru muda di depannya tidak bisa dibantah. Selalu mengintimidasi muridnya meski dia bukan termasuk jajaran guru killer di Smart High.

Dalam hati Lucky terus mengumpati Naufal. Dia sudah mencarinya di kantin tadi, tapi Naufal malah tidak ada. Kini, dia hanya bisa bernapas sepelan mungkin karena takut menyinggung guru matematika tersebut.

Nata yang duduk di bangku depan memelototi Naufal diam-diam. Tangannya mengepal di bawah meja. Dia harus bergerak sekarang, kalau tidak maka nilai Naufal menjadi taruhannya. Nata tidak mau dirinya kembali berurusan dengan wali kelas dan guru BK karena nilai anak kelasnya tidak lengkap.

Beberapa menit kelas itu hanya diisi dengan keheningan yang mencekam. Nathan yang biasanya suka tidur di kelas itu kini duduk tegak sambil melipat tangannya di meja merasa kedinginan.

“Mr. ....” Nata mencicit pelan. Dia mengangkat tangan kanannya untuk mendapat perhatian.

Mr. Romeo, guru matematika yang khusus menangani anak IPS itu mengalihkan perhatiannya pada Nata. Satu-satunya perempuan berambut panjang di kelas itu. Kemudian satu alisnya terangkat, menyuruh ketua kelas itu melanjutkan kalimatnya.

Nata menelan ludah gugup. Dia dapat merasakan punggungnya yang basah. Dengan pelan Nata mendongak dan berucap, “Mr. Katanya hari ini kita mau bahas soal ulangan minggu kemarin.”

Mr. Romeo terkejut, tetapi raut wajahnya tetap datar. Dia mengiyakan ucapan Nata dan menyuruh Naufal duduk di kursinya. Kemudian mulai membahas soal ulangan minggu kemarin seperti yang dia janjikan. Kali ini dia membiarkan Naufal untuk mengikuti kelasnya, tetapi tidak ada kata lain kali jika dia terlambat lagi.


*

Update spesial 20!

BalloonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang