37. Perkara Gawang

82 9 0
                                    

"Woi! Ruby!"

Ruby menoleh. Berlari mendekati Naufal di tepi lapangan. "Kenapa, Fal?"

"Fia masuk, gak?" tanyanya sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok Fia di kumpulan kelas Mipa 4 yang lagi olahraga.

Ruby menggeleng. "Belum."

"Kenapa dia gak masuk?" tanyanya lagi. Mungkin dia harus menginterogasi Ruby untuk mendapatkan jawaban.

"Katanya Naufal mau cari tahu sendiri." Ruby merengut tak senang. Kemudian berlari masuk ke barisan teman-temannya yang lagi melakukan pemanasan.

Naufal berdecak. Kenapa di saat genting seperti ini Ruby sulit sekali dimintai tolong.

Ia memanggil Mark, cowok yang biasanya ikutan gabung bareng kelasnya. Naufal jadi ingin merekrutnya jadi anak IPS 4.

"Fia masih gak masuk?" tanyanya begitu Mark sampai di depannya.


Mark mengangguk. "Kenapa emang?"

"Gue pengin tahu dia kenapa," jawab Naufal pelan.

Mark menatap Naufal dengan tatapan menghujat. "Gak usah peduliin Fia lagi. Urusin Yuan degem kesayangan lo, tuh," katanya kemudian berlari kembali ke tengah lapangan.

Naufal mengumpat.

Apa karena Yuan yang mengaku dekat dengannya, Fia jadi menjauh?


*


"Woi! Fal! Yang serius anjing." Galang berteriak kesal karena sedari tadi Naufal tak fokus menggiring bolanya.

"Heh, Fal! Jangan dioper ke Cakra." Fardhan ikutan berteriak karena Naufal malah mengoper bolanya ke lawan.

"Tahu Cakra temen kita, tapi kalau futsal dia jadi musuh." Niken ikut berteriak kesal.

Naufal hanya mengerjap polos, kemudian berlari ke pinggir lapangan dan menidurkan dirinya di sana.

"Lah, pundung dia," sahut Yohan.


Semuanya jadi ikutan berlari ke pinggir lapangan dan merebahkan dirinya di atas rumput mengikuti Naufal.

"Kenapa bro?"

"Masih belum ada kabar?"

"Duh cemen banget, sih, temen gue, nyamperin cewek aja takut."

"Langsung samperin rumahnya aja."

"Ada Mr. Mino, jadi lo harus fokus latihan biar bisa jadi tim inti. Jangan mikirin cewek mulu, saat ini pikirin futsal dulu, ntar lo boleh mikirin itu cewek sepuasnya," kata Nathan bijak. Cowok itu selalu punya banyak kata-kata bijak yang entah didapat dari mana.

Naufal menghembuskan napasnya, kemudian bangkit. Kembali berlari ke tengah lapangan.

Nathan ada benarnya. Ia harus fokus agar bisa jadi tim inti yang mewakili futsal ke luar kota. Agar Fia bisa menjadi salah satu suporter yang akan menyemangatinya nanti.

Setelah menarik napas panjang, Naufal kembali berlari ke tengah lapangan. Tangannya mengambil bola dan menaruhnya tepat di garis putih. Naufal berjalan mundur dan mulai mengambil ancang-ancang untuk menendang bola.

Dalam hitungan ketiga, cowok yang memakai seragam olahraga itu mulai berlari dan menendang bola. Yohan yang menjadi kiper merasa tak siap karena serangan dadakan Naufal hanya bisa melongo saat bola itu menembus gawang perawannya.

Naufal mengepalkan tangannya senang. "Yes!" pekiknya.

"He! Gak adil! Gue masih benerin nih kaus kaki lo malah main tendang gitu aja," geram Yohan. Dia tadi sedang membetulkan kaus kakinya yang melorot sebelah.

"Tanggung jawab gak lo?! Gawang gue udah gak perawan lagi!" jerit Yohan murka. Tak biasanya ada yang berhasil menembus gawang perawannya. Padahal Yohan sudah menjaga gawangnya dengan baik dan tak pernah membiarkan seorang pun membobol keperawanan gawang yang dijaganya. Membuat Smart High School memiliki kiper tangguh yang dapat dibanggakan karena tak ada yang pernah berhasil membobol gawangnya ketika turnamen futsal.

"Mana ada. Dengan lo berdiri di situ gawangnya udah gak perawan goblok!" sembur Naufal tak terima.

Yohan melotot. Bersiap berlari untuk baku hantam dengan Naufal tapi kedatangan Cakra menghentikannya. Yohan menoleh pada Cakra yang melangkah dengan tenang.

"Kumpul, guys!" teriak Cakra ketika sudah berada di dekat Yohan.

Fardhan mengumpat tapi juga berlari mendekat. Niken juga tak jauh beda dengannya. Sementara Naufal berjalan ogah-ogahan mendekati gawang.

"Kenapa gak kumpul di tengah lapangan aja, sih?" protes Niken ketika sampai.

"Males, di sana panas."

Jawaban singkat itu mampu membuat Niken menutup rapat mulutnya. Dia mendudukkan diri di tiang gawang dan bersandar di sana dengan kaki berselonjor.

"Galang mau ikut katanya," ucap Cakra pelan. Sedangkan yang disebut malah tidak ikut berkumpul dan lebih memilih duduk di tribune dengan seorang gadis manis yang mereka kenal.

"Ha? Terus gue jadi apa kalau Galang ikut?!" Fardhan memprotes. Tiap kali Galang ikut futsal, dia pasti akan jadi pemain cadangan saja. Karena Fardhan tak pernah lulus seleksi tim inti.

"Mark ikutan, dipilih langsung sama Mr. Mino. Galang jadi kapten, gue, kan, wakilnya doang. Terus Yohan jadi kiper dan lo," Cakra menatap Naufal dan menunjuknya, "lo juga masuk tim inti."

Kenzie berdecak. Hal seperti ini sudah dapat dipastikan. Galang yang menjadi kapten menggeser posisi Cakra membuat yang lain jadi kena imbasnya. Dalam hati Kenzie sudah merutuki Galang yang tak bisa membuatnya bahagia sebentar saja.

"Jadi kita bakal latihan sesuai instruksi Galang. Mulai nanti sore, sih, katanya," ucap Cakra memberitahu. Cowok itu memandang jauh ke depan pada Galang yang tertawa dengan Ruby di tribune kedua. Cowok satu itu selalu saja santai dalam hal apa pun kecuali yang menyangkut kekasihnya.




BalloonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang