Naufal tertawa mendengar lawakan Kenzie yang menurutnya konyol. Cowok itu terus tertawa keras sampai sudut matanya tak sengaja menangkap Fia yang memasuki kantin. Ia menghentikan tawanya dan langsung menghampiri cewek yang selama ini dicarinya.
“Fi!” Teriakannya mampu membuat Fia berhenti. Ia segera menghampirinya dan membalikkan badan Fia agar menghadapnya.
Ia menatap Fia dengan perasaan campur aduk dan memutuskan untuk memeluk cewek gendut di depannya ini. Membuat seisi kantin jadi heboh dan mulai berbisik-bisik dengan keras.
“Woah, bidadarinya Naufal balik.”
“Dih, dasar cewek ganjen!”
“Asyik gak galau lagi.”
“Syukur dah kagak kena omel mulu.”
“Apa, sih, yang diliat Naufal dari cewek gendut kayak dia?!”
“Akhirnya muncul juga itu cewek.”
Naufal melepaskan pelukannya setelah dirasanya cukup. Ia menunduk menatap Fia yang kini terdiam. “Gue kangen lo, Fi.”
Fia mendongak. “Maaf.” Kemudian cewek itu berlalu pergi keluar kantin. Naufal sampai melongo dibuatnya.
Teman-temannya juga melongo melihat Naufal ditinggalkan cewek incarannya. Tapi langsung tertawa keras karena melihat kejadian yang langka. Biasanya Naufal lah yang meninggalkan cewek-cewek yang mendekatinya, tapi kali ini justru dialah yang ditinggalkan.
Naufal mengejar Fia dengan langkahnya yang lebar dan menarik tangannya sampai membuat cewek itu berbalik. “Kenapa, Fi? Gue ada salah sama lo?” tanyanya cepat.
Fia menggeleng. “Gue gak suka jadi pusat perhatian,” jawabnya sambil melihat sekeliling.
“Jangan peduliin mereka, lo cukup peduli sama gue aja.”
Fia melepaskan genggaman tangan Naufal pada tangan kirinya. “Maaf, lo terlalu sempurna buat gue. Dan gue gak pantas bersanding sama lo.”
“Gue bilang jangan dengerin perkataan mereka.” Naufal kembali menggenggam tangan Fia.
“Gue gendut, jelek, pendek, ansos, gak punya banyak temen, cengeng, gen–“ Naufal membungkam mulut Fia dengan mulutnya. Ia tak suka jika Fia selalu merendahkan dirinya sendiri.
Sedangkan Fia, tubuhnya membeku seakan tak bisa digerakkan. Dia hanya mematung sampai Naufal melepas pagutannya.
Fia menatap Naufal tak percaya dengan bibir yang sedikit terbuka. Kemudian setetes cairan bening jatuh dari sudut matanya.
Fia mulai menyesal dekat dengan orang yang tak seharusnya dia suka. Harusnya waktu itu ia cukup menjadi pengagum rahasianya yang hanya mengirimkan coklat atau permen. Harusnya ia cukup tahu kalau semua tak akan merestuinya dengan Naufal si sempurna. Mereka berdua ibarat seperti Handsome and the beast.
*
“Naufal. Apa yang kamu lakukan pada Fia di kantin adalah hal yang buruk,” ucap Miss Winda selaku guru BK.
Naufal hanya duduk santai sambil memegang tangan Fia.
“Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu pada Fia?” tanya Miss Winda sambil membetulkan letak kacamatanya.
“Karena saya gak suka Fia nangis,” jawabnya tenang.
Miss Winda mendelik, beliau memperhatikan Fia yang sibuk mengusap matanya. “Hm, sepertinya Fia malah menangis karena kelakuan kamu.”
Naufal menolehkan kepala melihat Fia, ia panik saat Fia masih sesenggukan. “Fi, jangan nangis lagi, lo bisa pukul gue tapi jangan nangis, Fi,” katanya panik.
“Hm, pukul dia Fia! Pukul. Dia minta pukul, kan?” kata Miss Winda menyemangati. Naufal sampai mendelik mendengarnya.
Fia mengusap matanya pelan. “Saya gak papa, kok, Miss.”
Naufal menyeringai menatap Miss Winda. “Tuh Miss, dia bilang dia gak papa.”
“Naufal, jangan diulangi lagi. Kali ini saya hanya mencatat nama kamu di buku hitam,” kata Miss Winda sambil menulis sesuatu di buku hitam, buku khusus untuk pelanggaran, “kalau kamu melakukannya lagi, orang tua kamu akan dipanggil,” lanjutnya.
Naufal mengangguk-angguk tenang.
“Jangan diulangi lagi karena itu membuat Smart High School menjadi jelek,” tambah miss Winda.
Naufal kembali mengangguk.
“Kamu ini paham tidak, sih, apa yang saya sampaikan dari tadi?” tanya Miss Winda jengkel menghadapi kelakuan Naufal.
“Paham, kok, Miss,” jawab Naufal sambil cengengesan. Cowok itu cool dari mananya? Yang ada pengin ngehujat mulu karena tingkah bobroknya.
“Ya sudah kalian bisa kembali ke kelas,” kata miss Winda sambil mengibaskan tangannya menyuruh Naufal dan Fia keluar.
Naufal menarik tangan Fia keluar. Tapi mereka berhenti di depan ruang BK. Fia mengernyit menatap Naufal bingung kenapa malah berhenti.
“Sorry, gue sama Yuan gak ada hubungan apa-apa,” ucap Naufal menjelaskan.
Fia tetap diam. Naufal menghela napasnya. Tak melihat respons dari Fia, ia kembali melanjutkan.
“Gue pernah main ToD bareng anak-anak, dan dare-nya gue harus ngedeketin Yuan karena mereka bilang Yuan itu cantik dan cocok dijadiin dedek gemes. Gue ngelakuin dare itu sampai surat dari lo ngebuat gue penasaran,” ucapnya kembali menjelaskan.
Fia tetap diam. Kini cewek itu mendongak menatap Naufal.
“Dan selamat, lo berhasil bikin gue jatuh cinta sama lo,” lanjutnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Teen FictionKatanya cinta itu buta. Tapi, kenapa fisik selalu jadi penentu utama? * Berawal dari terpaksa nonton futsal, Fia terpesona pada sosok cowok yang dijuluki wink boy dari Kelas Pangeran. Berkat saran dari Sellindra yang sudah terpercaya menjadi Mak Com...