Buat Naufal,
Yang suratnya panjang.
Gue senang kalau lo suka baca surat dari gue. Pokoknya senang banget!
Apalagi yang bisa gue ceritain tentang gue? Gue suka makan, makanan apa pun yang penting bisa dimakan. Tapi pengecualian buat makanan pedes, karena gue gak bisa makan dia.
Gue suka nonton drama Korea karena waktu itu temen gue ngajak nonton di laptopnya. Jadinya gue berakhir suka sama drakor. Sejak itu, gue selalu nonton drama Korea bareng temen-temen. Enggak banyak, sih, cuma 2 doang di kelas yang bener-bener suka drama dari negeri ginseng itu.
Lo pasti bisa nebak, orang yang suka drama Korea itu gimana. Yah, begitulah. Pasti langsung mikirin yang aneh-aneh. Gak apa-apa, kok. Lagian itu juga hak setiap orang, kan, buat mikirin pendapatnya tentang orang lain.
Mungkin sekali-kali, gue harus berani nyapa lo duluan biar kita bisa ngobrol bareng. Biar lo bisa ngeliat gue itu kayak gimana.
Tapi, itu susah.
Dari AN,
Yang seneng suratnya Naufal panjang. Lo gak bakal nyangka kalau gue udah pengen guling-guling di lantai kamar mandi kemarin siang pas nemu surat balasannya!
*
“Muggunghwa kkoci pieot seumnida.”
Fia sudah gigit jari sendiri di kamarnya malam itu. Ketika suara boneka besar berbaju oranye itu terdengar.
Game pertama dimulai, membawakan red light green light. Semua orang tampak bingung saat mereka dibawa ke labirin aneh, kemudian dibuang ke lapangan dan mulai bermain.
Padahal itu hanya film, tapi melihat beberapa pemain yang langsung ditembak mati membuat Fia merasa ngeri sendiri.
Tok! Tok!
Mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya, Fia segera menjeda film yang dia tonton. Cewek yang mengenakan piama cokelat bergambar beruang itu turun dari kasurnya dan melangkah menuju pintu. Ia membuka pintunya sedikit kemudian mengintip melalui celah tersebut.
“Gak makan?” tanya sosok pria paruh baya berkacamata kotak tersebut. Satu kancing teratas kemeja biru mudanya itu terbuka dengan dasi yang tidak terpasang dengan benar. Wajahnya menunjukkan gurat kelelahan, tetapi pria itu menyunggingkan senyuman lebar pada putri semata wayangnya.
“Papa beli ayam goreng buat kamu. Malam ini kamu makan sendiri, ya? Papa udah makan tadi, sekalian mau bikin laporan.”
Fia menganggukkan kepala. Ketika sang Papa pergi, cewek itu kembali menutup pintunya. Fia langsung melompat ke atas kasur dan membungkus dirinya dengan selimut biru muda bermotif bunga-bunga. Lanjut menonton drama Korea yang sedang naik daun itu.
Satu jam kemudian Fia menghembuskan napas lega begitu drama yang ia tonton selesai. Cewek itu segera menutup laptopnya dan beranjak turun menuju meja makan di dapur.
Sesampainya di sana sudah ada sebuah kotak berwarna merah. Fia menghampirinya, langsung duduk di salah satu kursi dan membuka kotak itu.
Seketika matanya berbinar begitu menemukan dua paha ayam berikut nasinya. Fia merasa air liurnya akan menetes kalau hanya memandangi ayam tersebut. Cewek itu menggosokkan kedua telapak tangannya tidak sabar dan pergi menuju wastafel untuk mencuci tangan. Hal yang ia lakukan selanjutnya adalah menyantap ayam goreng dalam diam.
Pipinya yang bulat semakin terlihat bulat dan hampir tumpah ketika ia terus saja menyuapkan nasi. Matanya berbinar semakin cerah. Terkadang Fia menggelengkan kepalanya sambil bergumam tidak jelas untuk mengekspresikan perasaannya.
Melihat ada sambal di kotak, cewek berpiama cokelat muda itu terdiam. Fia berpikir sejenak, sayang sekali kalau sambal itu dibuang. Kalaupun tidak, siapa yang akan memakannya? Fia adalah tipe yang suka berhemat hingga tidak mau menyisakan makanan barang sedikit pun. Karena ia merasa sedih ketika dirinya membuang-buang makanan sementara di luar sana banyak yang kelaparan.
Jadi Fia memutuskan untuk mengambil sambal itu dan memakannya bersama ayam.
“Hah!” Fia memejamkan matanya kuat sambil membuka mulutnya lebar-lebar.
Ia tidak berpikir sebelumnya kalau sambal yang dimakannya sangat pedas. Kini raut wajahnya berubah menjadi merah karena kepedasan. Keringat sebesar biji jagung menghias keningnya. Sesekali Fia mengusapnya menggunakan tangan kirinya yang bebas.
Ia tidak bisa makan pedas, tapi demi sambal yang sayang dibuang, Fia rela memakannya meski kini harus merasa gerah karena kepedasan.
Ketika menyelesaikan makannya, Fia buru-buru mencuci tangan dan langsung membuka kulkas. Mencari keberadaan air dingin di dalam sana. Namun, nihil. Hanya tinggal botol-botol kosong di sana.
“Aduh, ini kenapa air dinginnya gak ada?” gumamnya panik. Sesekali cewek itu mengerutkan hidungnya guna menarik ingus agar tidak keluar.
Merasa tidak ada pilihan lain, Fia mengambil air yang ada di teko di kompor. Merasa yakin dalam hati kalau air itu belum sepenuhnya mendingin. Tapi ia harus meminumnya untuk meredakan rasa pedas yang menyebalkan.
“Ah!” Fia mendesah lega dan meletakkan gelasnya dengan agak kuat di meja. Cewek itu mengusap air yang menetes dari sudut bibirnya. Kemudian bersendawa dengan keras dan refleks menutup mulutnya sendiri. Matanya sudah bergerak liar memandangi sekitar, takut-takut ada yang memperhatikan perbuatan tidak sopannya barusan. Kemudian cewek itu terkikik geli seolah-olah yang dia lakukan itu lucu.
*
Hari ini, Fia kembali datang lebih pagi seperti biasanya. Dia yang suka molor akibat maraton drama Korea tiap malam jadi bangun pagi cuma karena seseorang.
Dengan senyum mengembang di wajah bulatnya, Fia melangkahkan kakinya ke perpustakaan, bukan ke kelas. Karena dia mau mengambil sesuatu dulu di sana. Sesuatu yang berharga yang membuatnya harus menunggu seharian dengan tidak sabar.
Sesampainya di atas, Fia berhenti sebentar. Bersandar pada pagar besi pembatas sambil mengatur napasnya. Diliriknya pintu perpustakaan yang sudah terbuka sepagi ini. Pukul 6.30 pagi, biasanya perpustakaan masih tutup dan buka pukul 7 tepat nanti.
Fia masuk ke dalam. Langsung menuju salah satu rak yang menyimpan majalah tahunan Smarties.Senyumnya menghilang. Dilihatnya majalah di tangan. Dia juga membalikkan lembarannya berulang kali. Tapi nihil, surat yang dicarinya tak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons
Teen FictionKatanya cinta itu buta. Tapi, kenapa fisik selalu jadi penentu utama? * Berawal dari terpaksa nonton futsal, Fia terpesona pada sosok cowok yang dijuluki wink boy dari Kelas Pangeran. Berkat saran dari Sellindra yang sudah terpercaya menjadi Mak Com...