02

639 132 36
                                    

Ia melangkah dengan ogah-ogahan menuju ruang guru, menghampiri pak Doyoung yang kata Guanlin sedang mendekam disana. Sejujurnya Haechan alergi dengan ruang guru, pak Heechul yang tua itu sering kali mengejeknya halu karena mengaku sebagai seorang detektif.

Haechan menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal, mengundang tatapan heran juga pekikan gemas dari orang-orang yang dilewatinya.

"Haechan-ah?"

Langkahnya terhenti, menoleh ke belakang dan mendapati kakak kelasnya menatapnya heran.

"Ada apa, kak Jaehyun?"

Jaehyun mendekat, "kamu kenapa berjalan menghentak begitu? Mau kemana?"

Haechan mendengus sebal, mencebikkan bibirnya dan membuang pandangan ke kanan. "Disuruh nemuin pak Doy di ruang guru, males banget kesana, ntar ketemu si bigos."

"Bigos?"

"Biang gosip, si Heechul."

"Hush. Gak boleh gitu ih." Jaehyun menijitak pelan kepala yang lebih muda, membuat si korban tambah semakin memajukan bibirnya dan mengundang kekehan geli dari Jaehyun.

"Memangnya kenapa, kamu kan lagi gak bolos."

"Yaiyalah lagi gak bolos, kalau bolos kan aku gak bakal ada di depan kak Jaehyun sekarang." Ia memutar bola mata malas.

Iya juga, batin Jaehyun.

"Yaudah sana, nanti jam istirahat habis, telat lagi kamu masuk kelas."

"Iyaaaaa."

Haechan menjauh lebih dulu, melangkahkan kakinya kembali menuju ruang guru yang tinggal beberapa langkah lagi. Sesampainya ia, dengan tidak rela dibukanya pintu hingga menimbulkan suara keras yang jelas saja mengangetkan orang-orang di dalamnya.

"Lee Haechan! Astaga, buka pintu yang benar, nanti pintunya rusak kamu mau ganti rugi, hah?!" Itu dia, si bigos kalau kata Haechan, orang nomor satu di sekolahnya yang senang sekali membicarakannya dan merendahkan kepercayaan dirinya yang sering mengaku jadi detektif.

"Nyenyenye, perihal pintu doang ribet. Pak Doy mana?"

"Saya disini, Haechan."

Lantas Haechan mengabaikan pak Heechul yang hidungnya sudah kembang kempis menahan marah. Ia berdiri di depan meja Doyoung yang penuh dengan buku ini itu.

"Ada apa?" Tanyanya ketus.

Doyoung membuang napas pelan, menatap si murid yang juga menatapnya dengan tatapan datar.

"Saya mau minta maaf perihal pagi tadi. Ucapan saya berlebihan."

"Hm."

Rasanya Doyoung ingin mengelus dada, menyemangati diri untuk bersabar.

"Nanti pulang sekolah biar saya antarkan kamu ke tkp."

Alis Haechan naik sebelah, "gak usah."

Doyoung menatapnya lekat.

"Kamu perlu orang dewasa untuk ikut campur, Haechan. Biarpun kamu sudah dikenal kebanyakan polisi, tapi kamu tetap tidak bisa bertindak sendirian."

Alis si murid semakin naik, "Sok ikut campur banget sih, pak. Lagian kalaupun saya harusnya di temani, bukan sama guru juga kali."

Doyoung menghela napas, ia sendiri sadar betul kalau dirinya terlalu ikut campur dengan urusan si murid. Tapi mau bagaimana lagi, Doyoung rasanya tidak tenang membiarkan anak itu kesana-kemari sendirian.

Melihat sang guru nampak berekspresi aneh, Haechan ikutan menghela napas, "kalau bapak khawatir, yasudah, terima kasih. Tapi saya gak perlu di temani bapak, hubungan kita cuman sebatas guru dan murid, bapak tidak perlu terlalu mengkhawatirkan saya."

Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang