05

581 125 74
                                    

Pagi ini Haechan berangkat sekolah dengan aura berseri-seri, jika diibaratkan anime, sudah ada bunga melayang-layang di sekelilingnya, membuat Taeyong tertawa melihat kelakuan anaknya itu.

"Seneng banget kamu?"

Haechan yang sedang mengoles roti dengan selai coklat sambil bersenandung riang menghentikan kegiatannya, "iya dong, hari ini kan kasus kemarin pasti diberitain, mau nyombong dulu sama pak doyoung dan yang lain."

Taeyong menggelengkan kepalanya, "ada-ada aja, pak Doyoung itu wali kelas kamu?"

Si anak mengangguk, masih bersenandung riang, bahkan sambil menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan kanan.

"Papa beberapa kali di sms-in beliau lho, perihal kenakalan kamu."

Haechan merengut, "jangan percaya, fitnah tuh pak Doyoung, secara kan Haechan ini anak baik nan ramah di sekolah."

Taeyong tertawa lepas, moodnya jadi bagus sekali pagi ini.

"Kamu mau naik bis atau papa yang anter?"

"Papa mau nganter?"

Sang ayah mengangguk, mengundang pekikan yes! mau! dari si anak.

"Ayo, ntar telat."

Haechan mengangguk, menyuap sisa rotinya ke dalam mulut, membuat mulut kecilnya mengembung bulat. Taeyong tertawa, benar-benar merasa gemas dengan anak semata wayangnya itu.

"Ayo pa!"

"Susunya minum dulu."

"Oh iya, kelupaan, hehe."

Taeyong merapikan kursi terlebih dahulu, melangkah meninggalkan anaknya dan pergi ke garasi, berniat menunggu Haechan di mobil.

Tak lama Haechan datang, duduk di kursi penumpang samping kemudi, kembali dengan senandung riang yang tadi ia gumamkan. Keduanya menikmati perjalanan, terlebih lagi Taeyong, hampir satu tahun ia tidak berjumpa dengan anaknya, dan hari ini Haechan terlihat amat sangat senang, tidak ada yang lebih membuat Taeyong lebih bahagia daripada situasi saat ini.

Lima belas menit berkendara dengan kecepatan sedang, keduanya sampai di sekolah, Haechan lantas pamit dengan sang ayah, bahkan sempat menyematkan kecupan singkat di pipi Taeyong sebelum berlari menjauh  sambil melambaikan tangan kearahnya. Taeyong terkekeh, lalu kembali melajukan mobil.

Haechan baru saja menaruh tas diatas meja saat Renjun dengan tidak sabaran datang dan memukul keras mejanya.

"Lee Haechan!"

"Apasih?! Pagi-pagi udah teriak aja, ngajak berantem?"

"Ayok!"

"Ayok sini!"

Jeno menepuk jidat, dua temannya ini kenapa sering sekali sih ribut karena alasan tidak jelas seperti itu.

"Udah-udah," lerai Jeno. "Kita kesini kan mau nanyain masalah kasus kemarin."

Renjun akhirnya tenang, setelah sebelumnya sudah bersiap mencekik Haechan, begitu pula Haechan, anak itu memutuskan duduk setelah tadi menjambak rambut Renjun.

"Jadi?"

"Jadi apa?" Tanyanya pada Jaemin.

Jaemin menatap datar Haechan, "kasus kemarin."

"Bukannya udah diberitain?"

"Iya emang."

"Terus kenapa nanya, pintaaaarrrr?"

"Ya kan kita mau tau kronologi tepatnya, bodoooohhh." Balas Renjun.

Haechan menatap kesal Renjun, "Aku muji pintar ya, kenapa kamu malah ngatain bodoh?!"

Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang