27

349 85 39
                                    

Haechan mendengus keras, menghentikan langkahnya di tengah koridor sembari menutup kembali berkas kasus yang kemarin diberikan oleh Johnny.

Ia tolehkan kepalanya ke belakang, mendapati sosok wali kelasnya yang tengah membuang muka sambil bersiul-siul tidak jelas.

Ditatapnya pria itu dengan tajam, lalu kembali melangkah dengan cepat.

Doyoung menghentikan siulannya, turut mengiringi kecepatan langkah Haechan, namun tetap berada di belakang pemuda itu. Melirik sedikit berkas kasus yang kembali dibuka.

"Pak Doyoung maunya apa sih?"

Sekali lagi Haechan berhenti, kali ini langsung berbalik dan menatap Doyoung dengan tatapan sebal.

"Tidak ada tuh."

"Pak Doyoung dari tadi ngikutin aku terus, maunya apa sih?"

"Loh siapa bilang saya ngikutin kamu?"

Haechan memutar mata malas, membalikkan ponselnya yang sedari tadi ia pegang dan memperlihatkan pada Doyoung apa yang baru saja ia rekam.

Isinya hanya Doyoung yang terus-terusan berada di belakang pemuda itu dan sesekali melirik berkas yang tengah dibaca. Doyoung terkekeh pelan, membuat Haechan sekali lagi menatapnya dengan sebal.

"Ada kasus lagi?"

"Enggak, ini kasus udah selesai, mau kubaca ulang aja."

"Oh."

"Memangnya kenapa?"

"Kalau kasus baru, saya mau ikut menyelidiki."

Haechan menatap pria itu dengan tajam, bertanya-tanya dalam otaknya, kenapa wali kelasnya yang satu ini jadi begini. Yah, sedari dulu memang kadang kali meminta ikut, tapi tidak sampai mengintilinya begini.

"Bapak kenapa, sih?"

"Gak ada, saya cuman mau ikut aja. Saya mau lihat penyelidikan kamu."

"Dih."

Pemuda itu lalu memilih abai, kembali melangkah menuju kelasnya sambil membaca berkas kasus di tangan, mengabaikan Doyoung yang tetap mengikutinya.

Tak lama, ponsel Doyoung berbunyi, dengan segera diangkatnya setelah melihat nama si penelpon. Haechan melirik melalui sudut matanya, mendapati Doyoung berhenti mengikutinya dan terdiam di tempat.

"Ada apa, Yu-" Doyoung merutuk, menggigit bibirnya sambil melirik ke arah Haechan yang tetap berjalan, setelahnya ia berbalik, melangkah ke arah yang berlawanan.

Haechan mendengarnya, lantas menghentikan langkahnya dan berbalik, menatap punggung Doyoung yang menjauh darinya. Keningnya ia kernyitkan, menatap curiga punggung Doyoung

"Yu? Yuta? Mereka baikan?"

Ia berdecak kesal, apa yang dua orang itu sudah bicarakan hingga Doyoung tak lagi menaruh kebencian pada Yuta dan karir detektifnya. Semenjak kejadian di Jepang, Doyoung tak lagi memarahinya saat ia sibuk dengan berkas kasus, tapi justru meminta untuk ikut dilibatkan. Jelas saja Haechan menolak, untuk apa juga ia menerima permintaan wali kelasnya itu.

Aneh. Wali kelasnya itu aneh.

Tapi bagi Doyoung itu bukanlah hal yang aneh, ia hanya ingin terus berada di dekat muridnya itu. Entah karena rasa khawatir, atau karena ia ingin tahu bagaimana Haechan menyelidiki kasus militer.

"Ngomong-ngomong, Haechan belum tahu kan kalau itu kasus militer?" Gumamnya, berpikir kalau seharusnya Haechan belum tahu jelas kasus apa yang menewaskan kakaknya.

Langit berhias awan itu sudah mulai berubah warna menjadi jingga, tanda kalau malam akan segera datang, dan di sinilah Doyoung berada. Di cafe yang sama saat ia bertemu Yuta pertama kali, dan kali ini pun ia akan kembali bertemu Yuta.

Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang