Doyoung duduk dengan gelisah, memainkan pin sekolah Haechan yang memang sedari tadi masih ia pegang. Guru bahasa Jepang yang turut ikut dalam trip kali ini sudah menghubungi polisi, tapi Doyoung tetap tak bisa tenang, apalagi kepolisian menolak dirinya yang ingin ikut serta dalam pencarian.
"Pak Doyoung."
Ia menoleh, mendapati teman-teman Haechan berlarian menghampirinya, menghela napas, disambutnya murid-murid itu.
"Pak, Haechan mana?"
Doyoung menggeleng, memberi isyarat kalau terjadi sesuatu pada Haechan sekaligus isyarat bahwa ia tidak tahu apa yang terjadi, membuat murid-muridnya itu akhirnya hanya bisa diam menonton kepanikan para guru.
"Pak, Haechan meninggalkan sesuatu?" Tanya Mark. Doyoung mengangguk, memperlihatkan pin sekolah milik Haechan yang tadi ia temukan di gang.
"Boleh saya lihat?" Kali ini Jeno yang meminta, menyambut pin tersebut dari Doyoung dan memutar-mutarnya.
"Ah, ada kawat."
Doyoung ikut melihatnya, mengambil alih pin tersebut dari tangan Jeno dan menarik kawat yang tertempel di bagian belakang pin itu.
"Wah, rupanya jadi seperti antena," celetuk Hendery, seketika membuat Doyoung berpikir.
Apa maksudnya? Jadi, Haechan menjatuhkan pin ini bukan hanya untuk memberi tahu keadaannya tapi juga hal lain? Tapi apa?
Doyoung berpikir dengan keras. Iya, Haechan itu anak yang cerdas, anak itu seorang detektif, pasti ada maksud tersembunyi dari pin dan kawat yang ia jatuhkan.
Pin dan kawat? Antena? Apa?!
Bahkan saking kerasnya Doyoung berpikir, semua orang yang mencoba bicara dan bertanya padanya berakhir ia bentak dengan keras karena begitu menganggu.
Kedua alisnya menekuk dengan tajam, rambutnya sedari tadi ia usap ke belakang karena terasa begitu menganggu, auranya mendadak menjadi sangat menakutkan.
Antena. Antena. Komunikasi. Panggilan. Sinyal. Sinyal?
Sinyal? Sinyal ponsel?
AH!
"Apa warna case handphone yang biasa Haechan pakai?"
Jeno dan yang lain saling tatap, tapi lalu anak itu menjawab bahwa case handphone Haechan berwarna bening dan penuh dengan berbagai macam stiker.
"Beda, case handphonenya beda, kalau tidak salah tadi warna merah," gumam Doyoung.
"Apa Haechan punya dua handphone?" Tanya Mark entah pada siapa.
"Kau berniat melacaknya, Doyoung?" Tanya Taeil, Doyoung mengangguk.
"Tidak bisa, kepolisian sudah mencoba melacak handphonenya, tapi dari tempat terakhir handphonenya bisa dilacak pun ia tidak bisa ditemukan."
Doyoung membuang napas panjang, berarti bukan itu, bukan itu maksud Haechan. Lalu apa?
"Pak, Haechan beneran punya dua handphone," ujar Renjun tiba-tiba sambil menyerahkan handphone Haechan yang memiliki case bening berstiker.
Doyoung segera menyambutnya, untungnya handphone satu itu tidak dikunci, mungkin sengaja dibiarkan begitu oleh Haechan.
Dengan buru-buru Doyoung melihat-lihat isi handphone tersebut. Sosial media, game, dan aplikasi-aplikasi bawaan lainnya. Tidak ada yang aneh sebenarnya.
"ikon kalkulatornya aneh," gumam Doyoung, dengan segera membuka aplikasi hitungan tersebut dan terkejut saat aplikasi itu malah mengiringnya ke aplikasi maps.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.