Doyoung mengernyitkan alisnya kala mendapati ponselnya berdering, mendapat pesan dari nomor tak dikenal dua kali, dari pengirim yang berbeda. Satu berisi ketikan tidak jelas, satu lagi mengajaknya bertemu di cafe dekat sekolah, ia ragu, tapi entah kenapa merasa tertarik untuk bertemu dengan si pengirim pesan.
Hari sudah menunjukkan pukul tiga lewat tiga puluh menit, setengah jam lagi bel pulang berbunyi. Ia berniat untuk piket perpustakaan dulu sebenarnya, tapi akhirnya urung. Di ujung koridor yang sedang ia susuri dilihatnya Haechan berjalan dengan ponsel di dekat telinga.
"Jangan menelpon sambil berjalan, Haechan, kau bisa saja menabrak orang-orang." Tegurnya saat berpapasan, tapi Haechan hanya memeletkan lidahnya lalu berjalan menjauh, ia menghela napas, mengelus dada mencoba sabar.
Ngomong-ngomong masalah Haechan, ia sudah mengkonfirmasi kalau anak itu memang benar-benar mengerjakan tugas di ruang guru.
"Iya tuh om Yuta, kita harus mengerjai om Jo, aku akan minta bantuan kak Jaehyun."
Ia berbalik, menatap Haechan yang masih menelpon seseorang.
Yuta?
Entah kenapa terdengar familiar.
*
Sepuluh menit. Ia sudah duduk di cafe itu selama sepuluh menit. Tidak terlalu lama, tapi cukup untuk membuatnya merasa bosan, berpikir apakah ia sedang dikerjai.
Ia akhirnya memutuskan untuk memesan seporsi kentang goreng sembari menunggu orang yang mengajaknya bertemu.
"Kim Doyoung?"
Doyoung menoleh, mengangkat wajah dari ponselnya dan termenung seketika.
Yuta.
Ah, ia ingat.
Na Yuta.
Mantan anggota badan Intelijen Militer.
"Sudah lama menunggu? Maaf, ada kecelakaan di jalan tadi, aku terpaksa mengambil jalan memutar."
Doyoung masih terdiam, tak berniat membalas, tatapannya kosong sejenak sebelum kilat marah menghiasi maniknya.
"Apa tujuanmu?"
Yuta menatapnya datar.
"Setelah sekian tahun kau bersembunyi di kepolisian selepas kejadian itu, apa tujuanmu menemuiku kembali?"
Yuta memilih bungkam.
"Berniat meminta maaf?" Suara Doyoung terkesan sarkas dan meremehkan.
"Tidak, aku tidak berniat meminta maaf," Doyoung berdesis geram mendengarnya.
"Aku hanya berniat memberi tahu sesuatu. Kau mungkin menyadarinya atau mungkin tidak, tapi kematian Gongmyung itu di sengaja dan di rencanakan. Aku tidak punya kekuatan sama sekali, bahkan hingga saat ini. Aku tidak tau apa yang membuatku ingin mengatakan ini, mendengar namamu dari Haechan membuatku merasa gelisah, mungkin rasa bersalah, entahlah."
Doyoung menukikkan alisnya tajam, "Apa maksudmu? Kakakku mati karena kesalahanmu, jangan mencari pembenaran."
Dilihatnya Yuta menghela napas.
"Secara tidak langsung, ya, aku tidak ingin membela diri dengan menyebut diri sendiri sebagai korban, kala itu aku boneka."
"Apa maksudmu?"
"Gongmyung memang tewas dalam penyelidikan, tapi bukan karena aku membiarkannya sendirian dalam sarang komplotan pelaku, aku memalsukannya, Gongmyung tewas dalam penyelidikan kasus militer sekian tahun silam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.