34

357 77 7
                                    

Pagi-pagi sekali Johnny membangunkan Haechan dan Doyoung. Awalnya pemuda itu mengeluh, bahkan mengomel pada Johnny saat matanya melirik jam di dinding. Berujar bahwa itu masih terlalu pagi untuk bangun. Sedangkan Doyoung duduk dengan kondisi setengah sadar. Kepalanya bergoyang-goyang karena berkali-kali hampir tertidur. Johnny mendengus, padahal keduanya juga yang semangat sekali menyelidiki kasus tadi malam.

Tadi malam, selepas mereka berhasil memecahkan binary sudoku, Haechan memutuskan untuk langsung mengistirahatkan diri, langsung terlelap begitu kepalanya menyentuh bantal, kondisinya yang belum pulih total menjadi sebab. Johnny dan Doyoung memilih menyelesaikan pekerjaan mereka yang lain dan memutuskan untuk menginap di kamar inap milik Haechan, tidur di sofa panjang di kamar inap tersebut.

Johnny sudah selesai membasuh diri saat Doyoung akhirnya berhasil mendapatkan kesadarannya secara penuh, menggoyang-goyangkan tubuh Haechan yang masih tertidur.

Johnny menepuk jidat, berkata pada Doyoung agar membersihkan diri terlebih dahulu, biar dirinya yang membangunkan Haechan.

"Haechan, bangun."

Haechan abai, ia mendengarnya tapi enggan membuka mata. Johnny menghela napas.

"Haechan, kemarin kau bahkan memaksa untuk memeriksa tkp. Jadi, ayo cepat bangun," ujar Johnny, menarik selimut milik Haechan.

Haechan masih abai, ia membalik badannya, memunggungi Johnny. Membuat pria itu menyerah dan akhirnya berniat untuk melakukan kejahilan. Ia berpindah tempat, berdiri di hadapan Haechan, lantas mengapit hidung pemuda itu dengan jarinya. Terkikik saat Haechan mulai bergerak gelisah.

"Om Jo!"

Johnny tertawa terbahak-bahak, ia mengapit hidung pemuda itu dengan kencang hingga memerah. Haechan menatapnya kesal, kembali bersiap merebahkan badan.

"Eit," Johnny dengan segera menarik bantal, membuat Haechan mengerang kesal. "Bangun, Haechan, katanya ingin memeriksa tkp." Haechan mendengus sebal, tapi memilih patuh pada perintah Johnny. Turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi ruang inapnya setelah Doyoung selesai.

Ketiganya lalu pergi meninggalkan kamar inap, mendapat teguran sebentar lalu pergi meninggalkan rumah sakit tanpa ada halangan lain. Haechan kembali sibuk membaca berkas kasus, sedangkan Doyoung memilih menatap jalanan yang terlewati dengan cepat.

"Bagaimana menurut kalian petunjuk kedua?"

"Maksudnya?" Doyoung menatap Johnny, tak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan.

Johnny melirik sebentar, "teka-teki itu petunjuk pertama, memberitahu kita siapa korban pertamanya. Apakah pelaku meninggalkan teka-teki juga di tkp?"

Haechan menggeleng, "aku yakin tidak sejelas sudoku itu, fakta bahwa kita belum menemukan hubungan di antara korban mempersulit kita untuk menemukan petunjuk kedua." Johnny dan Doyoung mengangguk. "Cangkang keong ini juga, benar-benar menggangguku. Apa maksudnya meletakkan cangkang keong di tkp?"

"Mungkin ia hanya ingin menandai dan memberi tahu kita semua kalau pembunuhan itu dilakukan olehnya," sahut Johnny.

"Tapi kenapa cangkang keong? Jika ia melukiskan darah di dinding, itu lebih masuk akal apabila alasannya hanya untuk mengklaim pembunuhan itu."

Haechan mengangguk, setuju dengan pendapat Doyoung. "Pasti ada maksud tersembunyi dari cangkang keong itu."

Johnny mengusap kasar wajahnya, "astaga, ini menyebalkan."

"Yah," Haechan melirik ke arah Johnny. "Orang-orang seperti ini memang selalu menyebalkan, juga mengesalkan."

*

Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang