Ketiganya kini dalam perjalanan menuju TKP, dengan Haechan yang duduk di kursi samping kemudi, mengabaikan Doyoung yang sibuk dengan kertas salinan teka-teki dan sebilah pulpen di tangan, mencoba memenuhi janji untuk menyelesaikan sudoku itu.
"Sudoku biasa saja sudah sulit, apalagi binary sudoku," celetuk Johnny, mencoba memecah keheningan karena ia merasa begitu canggung.
Haechan menoleh, tertawa kecil, "biarlah, om, dia sendiri yang bilang ingin memecahkan," lalu mengangkat bahu, menatap Johnny dengan raut jenaka.
Doyoung di belakang hanya bisa mendengus sebal, dua orang di depannya ini terang-terangan mengejeknya.
Sedetik kemudian Doyoung terdiam, mendadak penasaran akan satu hal.
"Haechan, apa kau pernah menyelidiki kasus pembunuhan berantai sebelumnya?"
Pundak Johnny mendadak tegang, melirik Doyoung yang berwajah penasaran melalui spion, ia berdehem ringan, lalu melirik Haechan yang tak lagi membaca berkas kasus di tangan.
"Haechan?"
"Pernah, beberapa kali," jawabnya singkat.
"Bagaimana kasusnya?"
"Ekhem," Johnny berdehem nyaring, "Doyoung, Haechan sedang sibuk membaca berkas,"
"Aku hanya bertanya, apa salahnya," Ditatapnya sengit Johnny, lalu kembali pada Haechan, "kau bisa menyelesaikannya?"
Haechan hanya diam, menatap datar jalanan di depan, menilik sekilas Doyoung lalu batuk untuk beberapa kali, "ada yang bisa, ada yang tidak."
"Tidak? Kenapa? Kasusnya ditutup?"
"EKHEM! Kita sudah sampai," Johnny bersuara tepat setelah Doyoung bertanya, tak memberi kesempatan agar Haechan tak perlu menjawab pertanyaan tersebut.
Pria itu lantas segera keluar, berkeliling dan membukakan pintu untuk Haechan yang rautnya mendadak tak enak dilihat.
Doyoung menaikkan sebelah alis, membuka pintu mobil dan berjalan cepat menyusul kedua lelaki yang sudah memasuki tempat tinggal korban.
"TKP ada di lantai empat, tepatnya di ruang kerja korban," ujar Johnny, menggiring Haechan menuju TKP.
Doyoung mengedarkan pandangannya, meneliti sebentar kondisi gedung apartemen hingga mereka berada di dalam unit milik korban, dirinya mendadak berhenti melangkah karena Haechan di depan juga berhenti melangkah.
Dibukanya berkas itu, membandingkan foto yang tertera dengan kondisi asli TKP.
Doyoung dan Johnny hanya memperhatikan, menonton Haechan yang sibuk memeriksa TKP. Pemuda itu berjalan mengelilingi ruangan, dan berhenti di tengah, dekat dengan tanda-tanda bekas korban.
"Korban ditemukan tewas telentang akibat luka tusukan sebanyak tujuh kali," diperhatikannya foto jasad korban dengan seksama, "tusukannya rapi sekali, beraturan,"
"Korban tewas setelah tusukan pertama," ujar Johnny, menambahi.
"Motifnya bukan dendam." Ia lalu mendongak, "di dekat dinding itu ditemukan sebuah cangkang keong?"
Johnny mengangguk, menunjuk foto dari cangkang keong tersebut, Haechan menaikkan alis, di TKP ada sebuah cangkang keong berwarna cerah dengan motif spiral yang letaknya tak jauh di atas kepala korban.
"Kepolisian menamai kasus ini sebagai kasus keong."
"Ditemukan sesuatu pada keong itu?"
Johnny menggeleng.
"Ruangannya rapi sekali, tapi walk in closetnya berantakan, pakaiannya juga tak tertata rapi."
"Kenapa ada walk in closet di ruang kerja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.