Haechan menutup mulutnya yang menguap lebar menggunakan tangan kanan, mengedipkan matanya beberapa kali demi mencoba mengusir kantuk yang mendadak menyerang karena bosan menunggu.
Jam penerbangan mereka diundur, itulah kenapa dirinya dan murid-murid kelas sebelas juga dua belas terkapar kebosanan di bandara.
Xiaojun sudah mengasingkan diri sejak awal di restoran bandara, Jeno dan Shotaro pergi ke toko buku sedangkan yang lain sedang berguling-guling di lantai bandara, mengabaikan teguran dari pak Taeil.
Haechan menghela napas, begitu jenuh tapi tidak punya ide apapun untuk dilakukan, hanya mengutak-atik ponsel tanpa ada tujuan.
Di tengah rasa bosan, mendadak ia teringat foto yang ia temukan seminggu yang lalu di ruang kerja ayahnya. Foto berisi ayahnya, Yuta dan seorang pria berumur yang bernama Na Bon Hwa. Haechan sudah melakukan pencarian hingga ke dasar-dasar laman pencaharian, tapi tak ada hal berarti yang bisa ia temukan kecuali berita bahwa Na Bon Hwa dinyatakan menghilang.
Ada satu hal yang bisa ia simpulkan dari foto tersebut. Na Bon Hwa adalah seorang laksamana, dan nampaknya pria itu adalah ayah dari Na Yuta, yang artinya kemungkinan besar Na Yuta juga merupakan seorang tentara.
"Tidak heran ia bisa tau tentang papa," Gumamnya.
Diliriknya Mark yang asik berbincang dengan Lucas sembari tertawa terbahak-bahak, ia mengernyit, tidak mengerti dengan topik obrolan dua temannya itu. Tapi mungkin ikut bergabung tidak ada salahnya juga.
Baru saja ia mendudukkan diri di lantai seperti Mark dan Lucas, sebuah ledakan terdengar begitu nyaring dari arah luar bandara, membuat semua orang terlonjak kaget termasuk dirinya.
"Ledakan apa tuh?" Ujar Lucas kebingungan. Ia berdiri, berniat berjalan menuju sumber suara namun Doyoung menghadangnya, menggeleng tegas padanya.
Suara teriakan panik orang-orang mulai terdengar, ledakan berasal dari parkiran yang jaraknya tak begitu jauh dari bandara. Sebuah mobil meledak, dan efeknya membuat beberapa mobil lainnya terbakar dan akhirnya juga ikut meledak.
Bandara mendadak ricuh, begitu pula teman-temannya, para guru pendamping mencoba menenangkan, bingung ingin tetap berada di dalam bandara atau turut melarikan diri seperti sebagian pengunjung.
Pergi ke luar bisa saja terjebak api atau ledakan lain, di dalam juga sepertinya berbahaya.
Di tengah kericuhan itu, Haechan menatap sekitar, mengedarkan pandangannya ke penjuru arah, mencoba menemukan orang yang sekiranya mencurigakan.
"Hm?"
Ia menemukannya, seorang pria yang baru saja keluar dari toilet dengan raut wajah ketakutan. Terlihat aneh, reaksi pria itu aneh, apa ada sesuatu dari dalam toilet?
Lantas Haechan memutuskan untuk pergi ke toilet, menjauh dari rombongan kelasnya. Melawan arus orang-orang yang berlarian, membuatnya menabrak berkali-kali.
"Haechan?!"
Teriakan Doyoung tak lagi bisa ia dengar akibat bisingnya bandara, ia terus mencoba mendekati toilet, masuk ke dalam dan mengecek satu persatu bilik di sana.
"Ah."
Sebuah mayat.
Haechan menemukan sebuah mayat.
Seorang pria ia temukan meninggal di bilik toilet ujung.
Apa-apaan ini? Batinnya. Pusing dengan rentetan kejadian yang ia alami dalam kurun waktu tak lebih dari sepuluh menit.
"Haechan? Sedang apa kamu di sini?!" Itu Doyoung, tampaknya menyusul Haechan. Yang ditanya tak acuh, memilih merogoh saku celana untuk mengambil sepasang sarung tangan yang memang selalu ia bawa ke mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.