Haechan melangkan kakinya dengan pelan di perjalanan pulang sekolah. Ayahnya, Taeyong berkata tidak bisa menjemput, teman-temannya yang lain menolak untuk ditebengi -ingatkan Haechan untuk menjadikan mereka kambing hitam kalau ada kasus aneh aneh lagi di sekolah-, perjalanan sekolah ke rumah biasanya memakan waktu perjalanan 10-15 menit berhubung rumahnya memang cukup jauh.
Hal menyebalkan lain yang Haechan alami adalah ia lupa membawa kartu busnya, alhasil jalan kaki lah ia sampai ke rumah. Rasanya Haechan ingin segera teleport saja saking malasnya.
Ngomong-ngomong, pikiran Haechan masih terputar di permasalahan pak Doyoung. Ia ingat hari itu ketika ia pulang diantar om Johnny dan om Yuta, tengah malamnya om Johnny menelponnya untuk bercerita bahwa Yuta menanyakan cukup banyak hal tentang Doyoung, yang tentu saja menurut Haechan dan Johnny aneh.
Langkah kakinya terhenti sejenak, sejak awal bertemu Yuta, Haechan sudah menaruh kecurigaan pada pria itu. Kecerdasannya, kepiawaiannya, dan auranya tidak menunjukkan bahwa pria itu adalah seorang anggota polisi biasa.
"Om Yuta itu siapa sih sebenarnya?" Ia bergumam.
Belum lagi kasus teror guru di sekolah belum ia selesaikan, Haechan pusing bukan kepalang. Ia kelewat penasaran dengan Yuta dan Doyoung tapi ada masalah darurat yang harus segera ia selesaikan.
Lamunannya terputus ketika ponselnya berdering, tanda panggilan masuk, tertera kontak mama di layar. Haechan auto sumringah, berdehem sejenak lalu mengangkat panggilan.
"Hai, ma."
"Haechan anak mama!! Gimana kabarnya??"
"Yah sama seperti biasa, luntang lantung sebatang kara."
"Heh, gak boleh gitu ngomongnya."
"Ya, kan aku cuma jawab jujur."
Sang ibu tertawa di seberang sana.
"Papa bilang kamu kayaknya lagi ada masalah, masalah apa?"
"Masalah hidup, kapan ya mama papa pulang trus kumpul bareng."
"Duh susah itu nak, hehe, kecuali kamu mau ikut mama ke Amerika."
"Nah kalau itu sih akunya yang gak mau ma, hehe."
Haechan cemberut, memasang wajah sejulid mungkin.
"Kasus teror sama kasus err apa ya pokoknya kasus lama."
Orang di seberang sana diam, Haechan memutuskan untuk kembali melangkah karena awan mulai menggelap.
"Jangan melakukan hal-hal yang berbahaya, ya?"
Haechan mengernyitkan alisnya, tapi memilih untuk tak membalas.
"Ntah kenapa feeling mama gak enak, kamu tau kan kalau kasus lama begitu biasanya berbahaya."
Ia terdiam, pikirannya kacau seketika, ada beberapa hipotesa yang muncul di kepalanya, tapi masalahnya adalah ia sama sekali tidak yakin.
"Ma, aku ingin bertanya tentang kakek, boleh?"
*
Yuta baru saja terbangun dari tidurnya saat jam dinding terarah pada angka tiga dan dua belas, hampir sore, mungkin gara-gara ia tidak karuan tidur tadi malam. Sekalinya berhasil tidur pun mimpinya mengganggu sekali, membuatnya terbangun sekitar dua kali.
Ia menghela napas, menggaruk kepala dan mengacak-acak rambutnya yang sejak awal sudah berantakan, dilihatnya diri di cermin, menyadari kalau rambutnya sudah mulai panjang.
"Doyoung, ya."
Perasaannya kembali tidak nyaman, tapi ia mencoba abai dan memutuskan untuk pergi mandi, mungkin berdiam diri di bawah guyuran shower bisa membantu menenangkan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.