17

412 89 37
                                    

Doyoung memijat pelipisnya pelan, mencoba meredakan pening yang mendadak datang. Pikirannya begitu kacau akhir-akhir ini, disebabkan oleh hadirnya pria bernama Yuta beberapa hari sebelumnya.

"Doyoung?"

Ia mendongak, tersenyum tipis saat mendapati pak Taeil datang menghampiri dengan segelas kopi hangat. Kopi itu lalu diletakkan di atas mejanya.

"Sedang memikirkan sesuatu?"

Doyoung terkekeh pelan, sedikit malu kala menyadari kalau gelagatnya ketahuan, "iya, pak."

Pak Taeil tersenyum tipis, menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Doyoung, dibatasi oleh meja kerja.

"Minum dulu kopinya."

"Gak ada racunnya, kan ya, pak? hehe."

Yang ditanya terkekeh geli, menggeleng pelan dan tersenyum jenaka, "tentu saja tidak ada, Doy."

Keduanya lalu larut dalam keheningan, Doyoung masih menghirup pelan kopi yang ditawarkan, sedangkan pak Taeil hanya diam menatap dengan senyum tipis.

"Akhir-akhir ini kamu terlihat tidak tenang, mau sedikit bercerita?"

Doyoung merasa tersentuh, tapi ia menggeleng tanda menolak, berpikir bahwa bisa saja pak Taeil dalam bahaya jika ia menceritakan apa yang jadi sumber stresnya sekarang.

"Haechan tampaknya khawatir, loh."

"Dih? Mana mungkin." Taeil tergelak mendengarnya.

"Lalu, apa kamu setidaknya punya sesuatu untuk menyelesaikan stresmu?"

Doyoung terdiam sejenak, ragu ingin mengangguk atau menggeleng. Pak Taeil tersenyum maklum, mengerti bahwa permasalahan juniornya ini sepertinya tidak sesederhana yang ia kira sebelumnya. Lantas, yang lebih tua bangkit dari duduknya, menepuk ringan pundak Doyoung sebagai tanda menyemangati.

"Tidak usah terburu-buru."

Yang lebih muda mengangguk singkat, menghela napas saat seniornya tak lagi terlihat.

Doyoung membuka tasnya, mengeluarkan laptop dan menyalakannya. Serius ia mainkan jemarinya di atas keyboard, kebanyakan dengan kata kunci yang tak berbeda jauh. Selalu ada kata kasus militer dan Han Ara.

Keningnya mengernyit saat kedua maniknya masih terfokus dengan ratusan huruf di layar laptop, membuat jemarinya mendadak kembali sibuk mengetik dan memindah-mindah halaman.

Ada dua hasil yang didapatkan Doyoung. Gagal untuk kasus militer, dan aneh untuk Han Ara.

Tidak ada berita aneh atau apapun yang bertajuk kasus militer, itu membuat Doyoung bingung. Jelas-jelas Yuta menyebutkan kalau kakaknya tewas akibat kasus militer, tapi kenapa tidak ada apapun tentang hal itu?

Doyoung menyandarkan punggungnya pada kursi, mulai berpikir apakah Yuta menipunya atau apa, tapi akal sehat mendadak menyerang otaknya, ia tersadar kalau kematian kakaknya bahkan disembunyikan, itu artinya kasus yang jadi penyebab tewasnya Gongmyung juga pasti rahasia.

Ia menghela napas, itu artinya ia tidak punya petunjuk sama sekali mengenai kasus itu.

Kedua, Han Ara.

Saat mendengar nama itu diucapkan oleh bu Wendy, rasa penasaran terus menggentayangi hingga membuatnya memutuskan untuk pergi ke sekolah di mana ia dan kakaknya dulu bersekolah. Bernostalgia sedikit sebelum pergi ke perpustakaan untuk melihat album siswa.

Jemarinya menelurusi tiap halaman hanya untuk menemukan tiga nama yang familiar, Na Yuta, Kim Gongmyung, dan Han Ara. Doyoung memutuskan untuk berkunjung ke ruang guru, menyapa guru-gurunya semasa sekolah dan mencoba mencari informasi tentang ketiganya.

Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang