Doyoung masih ingat dengan jelas kalau anak muridnya itu berada di rak komik saat dirinya sibuk dengan novel dan internet, tapi nyatanya yang ia lihat saat ini adalah kekosongan, tidak menemukan Haechan barang di sudut manapun di toko buku itu.
Ia panik, jelas saja. Lantas segera berlari ke luar toko dan mengitarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba mencari sosok Haechan yang mendadak hilang.
Tapi nihil, ia tidak bisa menemukan anak muridnya itu, sudah berlari ke sana ke mari, bahkan berkali-kali menelpon ponsel pemuda itu. Hingga akhirnya Doyoung teringat gang kecil di samping toko buku tadi, sedikit berpikiran negatif bahwa bisa saja Haechan saat ini tertawa terbahak-bahak sambil bersembunyi di sana.
Alhasil ia kembali ke titik awal, menatap sebentar gang itu lalu melangkah memasukinya. Hanya keheningan yang ia dapat, tidak ada suara tawa yang awalnya ia pikirkan. Menengok ke arah dua belokan itu dan sekali lagi mendapati kekosongan, berniat untuk menjelajah lebih dalam dua belokan itu sebelum akhirnya kakinya menginjak sesuatu.
"Pin sekolah?"
Itu pin sekolah milik Haechan yang berbentuk lingkaran, tergeletak di tanah dekat dengan genangan kecil darah, membuat perasaan Doyoung mendadak berdenyut tidak nyaman.
"Haechan?"
Pikiran negatif lain segera menggentayangi kepalanya, Haechan tidak memakai seragam sekolah tadi, untuk apa juga berseragam sekolah saat liburan, tapi anak itu membawa pin sekolah yang seharusnya ditempel di seragam dan menjatuhkannya di sebuah gang.
Itu artinya Haechan dalam bahaya, dan anak itu dengan sengaja menjatuhkan sesuatu miliknya agar Doyoung tahu keadaannya.
*
Taeil sedang dibantu Jeno membersihkan piring-piring yang baru saja dipakai untuk makan saat suara dering ponselnya berbunyi. Memperlihatkan nama Doyoung di layarnya.
"Sebentar ya, Jeno," ucapnya pada Jeno yang sedang mengeringkan tangan. Muridnya itu mengangguk, mempersilakan dirinya mengangkat telpon.
Ikon hijau digeser, setelahnya ia dekatkan ponselnya pada telinga kanan, menyambut panggilan Doyoung dengan pertanyaan basa-basi, tapi balasan Doyoung sontak membuatnya terkejut bukan main, mengundang tatapan heran dari Jeno yang kini sibuk memasukkan kue kering ke mulutnya.
"Kamu kembali dulu ke penginapan, akan saya laporkan pada polisi daerah," ujar Taeil sebelum memutus panggilan dari Doyoung, Jeno segera mendekat, memberi pertanyaan berupa ekspresi khawatir dan penasaran.
Taeil menepuk pelan kepala Jeno, mencoba menenangkan.
"Terjadi sesuatu sama Haechan?"
Kadang Taeil kagum dengan ikatan pertemanan Haechan dengan teman-temannya.
"Bapak jelaskan nanti, kamu kembali dulu ke kamar, bapak mau menemui guru-guru lain."
Jeno menyerah dengan rasa penasarannya, mengangguk dan pamit pada Taeil yang kini sedang mencoba menghubungi guru-guru lain yang entah berada di mana. Dalam hati berdoa semoga Haechan baik-baik saja.
"Ada apa, Jen?"
Baru saja dirinya masuk ke dalam kamar, sebuah pertanyaan sudah dilemparkan saja padanya oleh Renjun.
"Aku daritadi nyoba ngehubungin Haechan mau minta oleh-oleh tapi anaknya gak bisa dihubungin."
"Mukamu juga gak enak banget dilihat," sahut Yangyang, keluar dari selimut futonnya.
"Ya jangan dilihat," balas Lucas, berguling-guling di atas tatami.
Jeno menutup pintu geser kamar itu, duduk bersila di atas tatami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.