35

343 67 8
                                    

Doyoung bertanya-tanya dalam kepalanya mengenai dua kemungkinan pekerjaan yang sayangnya tidak Haechan katakan, pemuda itu memilih untuk bungkam sebelum satu dua hal bisa ia pastikan. Ia sebal sejenak, ia kan penasaran, Johnny bahkan tidak memaksa pemuda itu untuk mengungkapkan deduksinya, padahal itu bisa membantu penyelidikan.

Saat ini ketiganya sedang dalam perjalanan menuju tkp kedua, sebuah toko bunga, tempat sang korban kedua bekerja. Johnny fokus dengan kemudinya sedangkan Haechan terlihat sibuk mencari sesuatu di  internet menggunakan laptop Johnny. Doyoung ingin mengintip, tapi ia takut mengganggu.

Johnny melirik Haechan sekilas, pemuda itu sibuk mencocokkan sesuatu dari berkas kasus dan berita di internet. Johnny tidak mengerti apa yang pemuda itu cocokkan.

"Kau melakukan apa?"

"Mencari pelakunya."

Doyoung mengernyit, begitu pula Johnny, mereka baru saja selesai menyelidiki satu tkp, baru mendapat setidaknya dua petunjuk, bagaimana caranya Haechan mencari pelakunya?

"Kita masih punya pr lain." Haechan berujar tiba-tiba, masih fokus dengan laptop di pangkuannya.

"Ya, kau punya pr matematika yang belum dikumpulkan."

Haechan segera berbalik, menatap Doyoung dengan tajam, membuat Johnny terkekeh geli. Doyoung membuang muka saat Haechan menatapnya.

"Bukan pr itu," sanggahnya, Johnny melirik sekali lagi. "Kita masih belum menemukan kaitan antara korban."

"Mereka saling kenal?"

Johnny menggeleng, menjawab pertanyaan Doyoung.

"Pernah bertemu?"

Johnny menggeleng lagi.

"Pernah melakukan sesuatu bersama-sama?"

"Kalau mereka bahkan tidak pernah bertemu bagaimana caranya mereka melakukan sesuatu bersama-sama?" Haechan menoleh ke belakang, menatap Doyoung dengan tatapan sebal, Doyoung nyengir mendengarnya.

Haechan menyandarkan bahunya, "apa yang terlintas di pikiran kalian saat mendengar ini," Johnny dan Doyoung memperhatikan. "binary, keong, halaman."

Keheningan menguasai, Johnny dan Doyoung serentak berpikir mengenai tiga kata yang disebutkan Haechan, sayangnya, tidak ada apapun yang terlintas di pikiran mereka, hanya rasa bingung yang menguasai.

"Selain itu, tusukan di perut korban, yang entah itu tujuh atau satu koma enam juga masih mengganjal." Haechan mematikan laptopnya, melihat navigasi yang menunjukkan kalau tkp kedua sudah dekat. "Lalu, kenapa harus seri kedua dari serial novel itu yang tidak ada?"

"Tentu saja supaya susunan hurufnya menjadi nama korban kedua, ya kan?" Tanya Doyoung.

Haechan menghembuskan napasnya perlahan, "itu benar, tapi entahlah, jumlah halaman di seri kedua itu menggangguku."

"Tiga ratus lima puluh delapan, ya," gumam Johnny, menepikan mobilnya ke parkiran terdekat. "Kita pikirkan itu lain kali, tkp kedua sudah menanti, kita harus memecahkan petunjuk ketiga sebelum korban lain ditemukan."

Ketiganya melangkah memasuki toko bunga, tempat korban kedua tewas, tkp kedua. Menemukan berbagai tanda polisi yang disebarkan di toko tersebut. Toko tersebut cukup luas menurut Haechan, mungkin ukurannya 5 x 8 meter.

Lima dan delapan lagi, batinnya, dua angka itu sudah keluar dua kali hari ini.

"Korban kedua tewas akibat pukulan benda tumpul di belakang kepalanya," Johnny melangkah mendekati garis polisi yang menunjukkan keadaan korban saat tewas, berjongkok di dekatnya. "Lalu kau lihat foto korban, kan?" Ia menoleh pada Haechan, "ada banyak gambar bunga di tubuh korban, dibuat tak lama setelah korban tewas."

Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang