Keempatnya sudah berada di sisi lain bandara, berkumpul dengan orang-orang. Doyoung meminta maaf pada Taeil yang dilanda khawatir akibat hilangnya pasangan guru murid itu.
"Chan, kamu gak kenapa-napa, kan?" Jeno bertanya, menatap khawatir kawannya yang memasang raut tidak mengenakkan.
Haechan mengalihkan perhatiannya, menoleh pada Jeno yang menatapnya khawatir, di belakang pemuda itu ada Mark, Renjun dan Jaemin yang rautnya juga sama khawatirnya. Ia terkekeh pelan, menggelengkan kepala.
"Gak kenapa-napa, serius deh."
Ia lalu mengalihkan lagi perhatiannya, kini kepada Baekhyun yang sedang berbincang dengan seorang polisi, dilihatnya dua orang itu berdebat. Haechan lantas menaikkan sebelah alisnya, mendapati Baekhyun menghela napas dan menunjukkan sesuatu pada polisi itu, membuatnya mendadak memberi gestur hormat.
Hm?
Haechan memilih untuk mendekat, ingin tahu ini itu tentang kejadian hari ini, dan rupa-rupanya nada bicara polisi itu mendadak jadi kaku dan penuh hormat.
Jangan bilang orang ini tentara? Perasaanku aja atau emang akhir-akhir ini kata tentara muncul terus di pikiranku? Haechan membatin bingung.
"Di dalam salah satu mobil, terdapat sebuah transiver yang berhubungan langsung dengan ponsel, pelaku bisa meledakkannya dari jauh."
"Lalu, bagaimana dengan mayat di toilet?" Tanya Minseok.
"Semua hal yang anda katakan di awal tadi sudah mencakup semuanya." Haechan mengerutkan kening.
"Bagaimana dengan reaksi luminol?"
Polisi itu menoleh padanya, menatapnya bingung sebelum akhirnya menjawab dengan gelengan.
"Apa ada bekas etanol?"
Polisi itu kembali menggeleng, "tidak ditemukan apapun, korban justru terlihat seperti bunuh diri atau tewas tanpa disengaja."
Haechan, Baekhyun dan Minseok serentak memasang raut bingung. Bagaimana bisa TKP sebersih itu hingga tak bisa ditemukan petunjuk barang satu buah pun?
"Bagaimana dengan identitas korban?"
"Masih diselidiki."
Haechan berdecak kesal, tapi lalu ia mengalihkan pandangannya pada dua orang yang ia duga tentara.
"Bisa tolong jelaskan maksud nostalgia yang bapak tadi katakan?"
Baekhyun tertawa, menepuk-nepuk kepala Haechan.
"Jangan panggil bapak, tua banget tau kesannya, panggil kak saja."
Haechan mencebikkan bibirnya, namun mengangguk tanda setuju.
"Tidak ada, hanya saja dulu ada kejadian yang cukup mirip dengan kejadian hari ini," ujar Minseok padanya, membuat Haechan sekali lagi mengernyitkan alisnya bingung.
Baekhyun lalu mendadak tertawa, "ku tebak sih, kejadian kali ini akan di tutup tanpa kejelasan seperti yang sebelumnya." Minseok menampar bahu Baekhyun, tapi turut tertawa bersamanya.
Ia menatap keduanya dengan curiga, ingin bersuara lagi tapi tidak tahu apa yang harus ia katakan. Lantas ia menoleh pada Doyoung yang sudah selesai berbincang dengan pak Taeil. Pria itu duduk melamun dengan tatapan yang begitu kosong. Sekali lagi ia merasa ada yang aneh dengan gurunya itu.
Ah, jadi teringat teman SMAnya om Yuta, jurnalis juga kan ya.
Mendadak Haechan terpikir, sedikit ragu apakah kejadian sebelumnya yang dimaksud Baekhyun adalah tentang Han Ara atau bukan. Haechan belum mencari tahu penyebab kematian jurnalis muda itu, hanya sempat membaca artikel-artikel buatan Han Ara dan beberapa rumor miring mengenainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.