"Yuta mau kemana sih?"
"Sabar om, kita ikutin aja terus."
Mengikuti ajakan Haechan saat makan siang tadi, akhirnya keduanya benar-benar mengikuti Yuta yang setelah selesai dengan segala pekerjaannya langsung pergi meski tadi sempat menyapa Johnny dan Haechan sebentar.
Keduanya mengikuti Yuta yang mengendarai mobil di depan sana, sudah cukup lama Yuta berkendara, sekitar lima belas menit lebih membuat Johnny begitu bingung.
"Pemakaman?"
Haechan dan Johnny terperangah, Yuta memarkirkan mobilnya dekat pemakaman.
"Yuta mau mengunjungi makam siapa?"
"Makamnya om John."
"Aku belum mati, hei!"
Haechan menulikan telinga, memerhatikan Yuta yang keluar dari mobil lalu ikut keluar dari mobil meninggalkan Johnny yang masih berwajah sebal.
Ia menerka-nerka, siapa kira-kira yang di kunjungi Yuta, masa Kim Gong Myung?
Diliriknya Johnny yang mengiringi di belakang, keduanya memerhatikan Yuta yang berdiri di depan sebuah batu nisan. Keduanya kepalang penasaran dengan nama di nisan itu.
"Makam siapa sih itu."
"Mana om tau, om kan gak tau."
Tak lama Yuta beranjak dari tempatnya, sontak Haechan dan Johnny melangkah mengendap-endap bak maling mendekati makam yang di singgahi oleh Yuta.
"Han Ara?"
"Siapa tuh?"
"Pacar kali ya."
"Hoi, kalian berdua ngapain?"
Haechan dan Johnny terlonjak kaget, lantas menoleh ke belakang dengan gerakan patah-patah, mendapati Yuta bersedekap tangan menatap datar mereka. Keduanya lantas menggaruk belakang kepala sembari tertawa canggung.
"Hehe, hai om Yuta."
"Hai Yut, cuacanya cerah, ya."
Yuta menatap tajam keduanya, membuat yang ditatap mendadak bersiul-siul tidak jelas.
Lalu menghela napas, "menguntitku?"
"Disuruh Haechan."
"HEI?!"
Haechan akhinya menyerah, jujur sajalah, "iya, habisnya om Yuta mencurigakan."
Yuta menaikkan alisnya.
"Sampai om Yuta cerita tentang kasus Kim Gong Myung, aku akan terus curiga sama om Yuta." Yuta mendengus kesal, bocah lelaki di hadapannya ini benar-benar keras kepala.
"Ngomong-ngomong Yut, makam pacarmu?"
Yuta menggeleng, melangkah menjauh diikuti Johnny dan Haechan. "Teman SMA."
"Temannya Kim Gong Myung juga?"
Yuta diam, Haechan berdecak, Johnny terkekeh.
Ketiganya lalu berjalan ke kedai yang berada tidak begitu jauh dari pemakaman, memesan beberapa makanan ringan dan minuman. Haechan terus-terusan memancing Yuta untuk bercerita, tapi Yuta selalu diam dan mengabaikan segala celotehan Haechan dan memilih untuk membalas cerita Johnny. Haechan kesal dibuatnya.
Lalu dering ponsel Haechan berbunyi, tertera nama kontak papa di layarnya. Haechan mendengus, "pasti bilang kalau harus pergi lagi." Lalu beranjak ke luar kedai untuk menjawab panggilan itu.
"Ayahnya bekerja sebagai apa?"
Johnny berpikir sejenak, "perwakilan negara di negara lain, semacam duta atau diplomat mungkin? Aku kurang tau. Yang jelas Taeyong biasanya baru pulang setelah beberapa bulan pergi."
Yuta mendadak terdiam, berhenti menyesap minumannya.
"Kenapa?"
"Taeyong yang kau maksud itu Lee Taeyong?"
Johnny mengangguk.
"Putra bungsu Lee Soo Man?"
Johnny mengangguk lagi, "makanya Haechan itu cerdas sekali, kakeknya saja detektif terkenal. Sejujurnya aku juga baru tau kalau ia cucu Lee Soo Man. Taeyong tidak pernah bercerita kalau detektif terkenal itu ayahnya."
"Lalu, dimana sekarang ia?"
"Siapa?"
"Lee Soo Man."
"Mana aku tau, tanya saja Haechan."
Disaat yang bersamaan, kebetulan Haechan sudah menyelesaikan urusannya dengan sang ayah, kembali masuk ke kedai dengan raut wajah sebal.
"Berkelana lagi, tinggal saja terus anak semata wayangnya ini." Lalu duduk dan meminum minumannya dengan rakus.
"Chan, Yuta nanya tentang ayah dan kakekmu, nih."
Haechan menaikkan alis, "apanya?"
Yuta mengabaikan, "tidak ada."
"Hah?"
"Om baru tau kalau ayahmu itu putra Lee Soo Man, ia tidak pernah bercerita, padahal kami ini kawan lama."
Haechan tertawa ringan, "jangan berharap untuk diceritakannya, dari awal ayah memang tidak pernah memberi tau siapapun tentangnya yang anak dari detektif terkenal. Makanya aku nyombong pun gak ada yang percaya."
Johnny memijat dagunya, "pantas saja, aku tidak tau kalau Lee Soo Man begitu tertutup mengenai keluarganya."
Haechan mengangguk-angguk, "Katanya supaya keluarganya gak terlibat masalah."
Keduanya manggut-manggut, tapi lalu Johnny terdiam, memandang Yuta dengan tatapan bingung.
"Apa?"
"Kalau gitu, kau kenapa bisa tau?"
*
"Pagi Ayah."
Pria tua itu menoleh, mendapati istri dari anaknya berjalan mendekatinya.
"Pagi, bagaimana kabarmu?"
"Baik, ayah sendiri?"
Ia tertawa pelan, "baik, baik. Kakak iparmu kadang mengunjungiku."
"Bagaimana dengan Taeyong?"
"Anak itu bahkan jarang menghubungiku."
Menantunya itu tertawa kecil. "Yah, Haechan bertanya tentangmu padaku beberapa hari yang lalu."
Lee Soo Man, si pria tua, mengernyitkan alisnya, "bertanya bagaimana?"
"Ia bilang sedang menyelidiki kasus yang mungkin ada kaitannya dengan ayah."
"Mungkin?"
"Ia tidak banyak bercerita, ia bilang ini kasus lama yang terjadi sebelum ayah pensiun."
Mantan detektif terkenal itu memandangi menantunya dengan raut wajah berpikir.
"Hanya itu yang Haechan katakan?"
Anggukan yang didapatnya.
Ia tersenyum kecil, "biarkan saja, mungkin besok nanti ia akan merengek pada ayahnya untuk menemuiku." Lalu berdiri mendekati perapian yang baru saja dimatikan, "aku tidak ingin ia terlibat, tapi dalam hatiku, aku ingin kasus itu diselesaikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentetan Cerita [Lee Haechan ft. Kim Doyoung]
FanfictionHaechan tidak mengerti kenapa wali kelasnya, pak Doyoung begitu tidak menyukai fakta bahwa ia adalah seorang detektif, maka dari itu ia memutuskan untuk menyelidiki riwayat hidup Doyoung, dan menemukan bahwa ternyata alasannya tidak sesederhana itu.