"Sen? motor cewek kemaren udah lo benerin?"
"Udah." jawabnya singkat, sedangkan yang bertanya hanya ber-oh-ria kemudian masuk begitu saja kedalam ruangan tempatnya bekerja. Kemudian disusul olehnya.
Dari kejauhan seorang gadis baru saja turun dari kendaraan beroda dua itu, ia menyodorkan selembar uang senilai dua puluh ribu.
"Makasih Mang," ujar seorang gadis sambil menyodorkan uang berwarna hijau, kemudian diterima oleh orang yang disebut 'Mang' itu.
Gadis itu berjalan dengan gontai menuju tempat yang lumayan banyak orang akan merasa takut jika memasukinya. Kantor polisi, yaps. Kantor polisi identik dengan penjahat, senjata, serta hal-hal yang menyeramkan sebagainya. Faiza sebenarnya takut harus datang ke tempat ini, tapi karena motornya ada disini Faiza mau tidak mau harus mengambilnya.
Faiza melapalkan basmalah dalam hatinya, mencoba mengatur deru napasnya, dirasa sudah siap. Faiza melangkahkan kakinya, sampai akhirnya Faiza sampai didepan sebuah bangunan.
Faiza celingak-celinguk mencari sosok polisi kemarin yang membawa motornya.
"Dek?" panggil seseorang, replek Faiza membalikan tubuhnya menghadap seseorang yang memanggilnya tadi.
Faiza memicingkan matanya,mengangkat satu alisnya. Ia rasa ia mengenal orang itu.
"Bapak yang kemarin bawa motor Saya?"tanyanya.
Orang itu mengangguk, "Ouhh...iya, motor Kamu ada di teman Saya. Mari Saya antar," ujarnya kemudian ia berjalan lebih dulu sedangkan Faiza membuntutinya dari belakang.
Faiza terus saja menunduk sambil memperhatikan langkah kakinya, agar tidak tersandung.
"Arsen, motor yang kemarin mana?"tanyanya saat mereka sudah sampai.
Arsen yang merasa terpanggil kemudian mendorong sebuah motor, yang sudah dipastikan bahwa motor itu adalah motor Faiza.
"Ini,"ujarnya saat sudah berhasil membawa motor itu kemudian ia menyerahkan kunci motor itu kepada pemiliknya, dengan sigap Faiza mengambil kunci motornya dan berterima kasih.
"Terima kasih Pak," Faiza merasa tidak enak sudah merepotkan dua polisi yang baik ini.
Arsen membalasnya hanya dengan senyuman tipis yang nyaris tak terlihat sedangkan rekan yang satunya nampak tersenyum ramah.
"Mmm...Pak, pasti biaya perbaikan motor Saya mahal ya? Saya jadi gak enak. Saya ganti uangnya ya Pak"ujar Faiza kemudian merogoh tas selempangnya.
"Eh, eh, gak usah Kita ikhlas kok, sudah menjadi tugas Kita untuk melayani Masyarakat,"cegah rekan Arsen yang tak lain bernama Fauzan.
Seketika Faiza menghentikan aktivitasnya kemudian beralih menatap pria yang barusan berucap. Faiza tidak mengindahkan perkataan polisi itu. Ia tetap mengambil uangnya dan memberikan kepada kedua polisi itu.
"Saya yang gak enak Pak, sudah merepotkan Kalian,"paksa Faiza.
Arsen yang melihat perdebatan antara rekannya dan gadis itu mencoba menengahi.
"Tidak usah, motor Kamu Saya yang benerin, jadi kita sama sekali tidak mengeluarkan biaya untuk memperbaiki motor Kamu."sela Arsen.
"Iya,udah simpan saja uangnya,"sanggah Fauzan.
Faiza akhirnya menurut kemudian memasukan kembali uangnya kedalam tas.
"Sekali lagi makasih banyak Pak."Faiza berterima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
Teen Fiction#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...