Sejak malam itu, Faiza mendadak curiga dengan gelagat sang Ayah, Maulana sering jarang pulang ke rumah dan begitupun pulang kerumah Faiza selalu mendapati bau alkohol yang sama seperti malam itu.
Saat Faiza menanyakan Ayahnya pergi kemana? Jawabannya tetap sama yaitu 'kerja' kata itu saja yang selalu terlontar dari mulut Maulana.
Ternyata bukan Faiza saja yang menyadari keanehan Ayahnya itu, tapi Fahri pun demikian.
Rencananya Faiza akan pergi kekantor tempat Ayahnya bekerja, selepas kuliah nanti, hanya sekedar memastikan kecurigaannya.
Setelah pulang kuliah Faiza langsung berpamitan kepada ketiga sahabatnya, sahabatnya nampak mengiyakan.
"Aku duluan ya?"
Fadil sempat ingin mengajak Faiza untuk mengantarnya ke salah satu swalayan yang dekat dengan kampus tempat mereka belajar. Tapi, ia urungkan karena Faiza nampak terburu-buru.
"Iya, hati-hati ya, Za." petuah Aisyah begitupun dengan Sintiya.
"Fadil, Aku duluan ya?"
Fadil menganggukan kepalanya seraya tersenyum hangat "Iya,"
Faiza menyunggingkan senyumnya sebelum akhirnya pergi setelah mengucapkan salam.
Langkahnya nampak terburu-buru menuju gerbang dikampusnya. Kali ini Faiza tidak membawa motor seperti biasa, rencananya Faiza akan mengajak Fahri untuk menyelidiki Maulana bersama-sama. Tapi, kebetulan Fahri masih ada jadwal kelas setelah istirahat nanti. Mau tidak mau Faiza harus berangkat ke kantor Ayahnya seorang diri.
Faiza berdiri di pinggir jalan sambil menunggu Taxi yang lewat, lima menit berlalu akhirnya Taxi itu lewat.
Faiza melambaikan tangannya mengisyaratkan bahwa ia sedang membutuhkan kendaraan itu. Sedetik kemudian Faiza sudah masuk dan mendudukkan bokongnya dikursi belakang yang diperuntukan untuk penumpang. Sang supir sempat bertanya sebelum melajukan kendaraannya.
"Kemana, Mbak?"
"Ke PT. M&M Sejahtera, Pak." jawab Faiza spontan, sang supir nampak mengangguk lalu melajukan kendaraannya menuju alamat yang barusan diucapkan oleh penumpangnya.
PT. M&M Sejahtera diambil dari nama depan Maulana dan Mirna, Maulana sempat menceritakan asal usul dari nama perusahaan yang ia pimpin kepada putra putrinya. Dan untuk nama 'Sejahtera' sendiri adalah bentuk doa, supaya perusahaan yang ia kelola bisa sejahtera seperti dengan namanya.
Jalanan lumayan senggang, berbeda dengan biasanya. Sehingga Faiza bisa sampai jauh lebih cepat sebelum jam makan siang dimulai.
Ada rasa takut yang menjalar dihati Faiza, selama kepergian Bundanya, Maulana memang sering jarang pulang ke rumah. Memang saat Mirna masih hidup pun, Maulana memang selalu sibuk mengurusi pekerjaannya. Tapi berbeda dengan kali ini, dulu meski Maulana jarang pulang ke rumah tapi sikap ramah dan penyayangnya tidak berubah. Berbeda dengan sekarang sikapnya berubah cuek, seakan acuh tak acuh dengan kedua anaknya.
Setelah melewati jajaran bangunan yang lumayan banyak akhirnya Faiza sampai ditempat tujuannya, Faiza baru saja turun. Ia merapikan hijabnya yang sedikit berantakan. Setelah selesai Faiza melangkahkan kakinya untuk masuk kesebuah bagunan yang menjulang tinggi milik Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
Teen Fiction#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...