Sadar

229 33 38
                                    



Maulana baru saja keluar dari sebuah toilet, Ia melangkahkan kakinya menuju tempat dimana tadi Ia meninggalkan Ajeng sendiri disana.

Dari jarak jauh Maulana melihat Ajeng sedang merapikan barangnya. Lantas Maulana langsung saja mendekat.

"Ajeng mau kemana?" batinnya. Perlahan Ia mulai mendekat.

"Sayang?"

Maulana melihat raut wajah Ajeng yang nampak sangat gelisah. Maulana dibuat sangat bingung, ada apa dengan calon istrinya itu?

"Kamu mau kemana?" tanyanya lagi sambil ikut berdiri disamping Ajeng.

"Mmm...anu...Mas...eumm..Aku ada urusan," ucapnya tergagap.

"Yaudah, Saya yang antar ya?" tawarnya.

Lantas Ajeng menggeleng dengan cepat, "Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri kok."

Maulana mengangkat satu alisnya serta keningnya juga nampak berlipat, "Kamu kok kaya gelisah gitu? Ada apa?"

"'Kan tadi Aku udah bilang Mas, Aku ada urusan jadi Aku duluan ya. Bye Mas." ucap Ajeng kemudian berlalu begitu saja. Maulana dibuat bertanda tanya. Lantas mana mungkin Ia membiarkan wanitanya pulang seorang diri sedangkan ini sudah malam, Ia tidak mungkin bisa tenang jika tidak melihat belahan jiwanya sebelum berada  dirumahnya dengan selamat.

Maulana mengejar Ajeng yang terus saja berlari, langkahnya semakin menjauh sampai akhirnya Ajeng terlihat memberhentikan sebuah taxi dan kemudian memasukinya. Lepas itu Ajeng menghilang bersama dengan taxi yang Ia tumpangi yang melaju cukup cepat.

"Hoshhh....hosshhh...Kamu kenapa si Sayang?" lirih Maulana karena Ia sudah tak sanggup lagi mengejar Ajeng.

Namun tiba - tiba Ia teringat, Ia belum membayar pesanannya tadi, Ia bergegas kembali kedalam restaurant untuk membayar pesanannya dan juga mengambil handphonenya yang tertinggal disana.

Saat sudah sampai, tepatnya di meja yang didudukinya tadi, untungnya belum ada pengunjung yang duduk disana. Jadi bisa dipastikan handphone itu seharusnya masih bertengger disana.

Maulana mengambil handphonenya, namun tiba - tiba.

Tring...

Ayah dimana? Faiza lagi kritis Yah...

Jlebb..

Bagai tersambar petir dimalam hari, "Apa?" Maulana bermonolog sendiri.

Tanpa membalas pesan Fahri Maulana segera bergegas menuju rumah sakit, perasaannya sangat kacau terlebih disatu sisi Ia memikirkan Ajeng yang pergi begitu saja dan disisi lain Ia juga memikirkan bagaimana keadaan anak Gadisnya.

Setelah membayar pesanan, Maulana langsung bergegas menuju rumah sakit. Ia menambah kecepatan laju kendaraannya. Namun Ia harus berhenti karena ada lampu merah disana yang mengharuskan setiap kendaraan menghentikan kendaraannya.

"Ya Allah..lindungilah Anakku..." lirihnya.

***

Seorang dokter baru saja keluar dari sebuah ruangan IGD, raut wajahnya nampak kebingungan. Juga terlihat sangat lusuh.

Izinkan Aku Bercadar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang