"Kamu coba hubungi Arsen deh! Suruh dia milih mana cincin yang cocok. Kalau menurut Mas sih, mending yang ini." saran Gusman yang tentu saja disetujui oleh Maryam. Perhiasan di toko ini benar - benar cantik dan masalahnya adalah Maryam bingung harus memilih yang mana? Dan apa selera calon menantunya itu.
"Yaudah, aku hubungi dulu."
Tuttt....tuttt....
Berdering.....
Kata itu tertera dilayar ponsel Maryam, namun masih tak kunjung diangkat oleh si empu. Maryam mencobanya lagi, tapi masih sama. Arsen tidak kunjung mengangkat panggilannya.
Namun, tiba - tiba saja Maryam tak sengaja menyenggol benda mirip kaca tempat cincin yang Ia pegang, yang membuat benda itu jatuh. Namun untungnya tidak pecah.
"Kamu kenapa sayang?" Gusman panik sekali melihat wajah istrinya yang tiba - tiba pucat pasi.
Maryam mengambil benda itu kemudian berdiri kembali, "Gak tau, tiba - tiba perasaanku gak enak, Mas." ucapnya lesu.
"Mbak, kami izin untuk pergi sebentar. Nanti kami kesini lagi."
"Iya, Pak. Silahkan." jawab penjaga toko ramah.
"Sayang, Kita cari minum dulu ya?! Supaya kamu jauh lebih tenang." saran Gusman yang diangguki oleh Maryam.
***
Tiba - tiba...
BBUUMM!!!
Mobil meledak begitu saja, untungnya warga sudah berhasil menarik Arsen keluar. Meskipun kondisi fisik Arsen sangat memprihatinkan.
Proses evakusi sangat dramatis, warga sampai menyeret Arsen dengan terpaksa dan cepat sebelum mobil kembali meledak. Warga menghela napasnya seraya berucap hamdalah. Dengan cepat salah satu warga berinisiatif untuk menelpon ambulance karena keadaan Arsen juga sangat memperihatinkan dan harus segera diberi tindakan medis.
Salah satu warga yang sudah paruh baya berusaha membangunkan Arsen dengan menepuk - nepuk pipinya, tangannya meraba permukaan pergelangan tangan kanan Arsen. Berhenti sejenak, pria paruh baya itu beralih mengalihkan tangannya untuk menghalangi dua lubang hidung Arsen guna merasakan dan memastikan bahwa manusia yang sudah tergeletak itu masih bernyawa atau tidak.
"Ambulancenya mana?" tanyanya khawatir.
"Sebentar lagi, Pak." jawab salah satu warga yang tadi sempat menelpon ambulance.
Deru napas Arsen semakin melemah, denyut nadinya pun ikut melemah. Pacuan jantung yang berguna untuk memompa darah seperti sudah hampir berhenti. Dan jika itu terjadi kemungkinannya sangat tipis jika Arsen dapat di selamatkan.
Wiuww...wiuwww...wiuwwww.....
Jalanan lumayan macet, karena bukan Arsen saja yang menjadi korban, tapi sopir truk yang hampir menabrak Arsen juga mengalami hal sama. Tapi, lukanya tidak separah Arsen. Ia sudah dilarikan juga kerumah sakit oleh orang - orang yang membantunya. Keduanya sama - sama korban, Arsen korban karena membanting stir guna menghindari truk. Dan sopir truk juga tidak sepenuhnya salah. Karena ini memang murni kecelakaan karena rem mobil truk itu memang blong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
Teen Fiction#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...