Dua minggu sudah selepas Arsen siuman, keadaan Arsen sekarang sudah jauh lebih baik. Bahkan sekarang Arsen sudah resmi keluar dari rumah sakit. Rasanya bahagia sekali bisa menghirup udara segar di Bandung.
Gusman sekeluarga sudah membincangkan perihal acara khitbah sang anak yang akan diberlangsungkan satu minggu kedepan.
Rencananya Gusman akan membuat konsep sehari khitbah dan besoknya langsung akad, dan tentu saja sudah dikonfirmasi langsung oleh sang anak. Tanggapan Arsen apa? Ia hanya bilang 'lebih cepat lebih baik' katanya.
Singkat cerita, seminggu sudah berlalu. Semua properti yang dibutuhkan sudah siap. Acara khitbah pagi ini hanya dihadiri oleh keluarga Arsen dan keluarga Faiza saja.
Esok baru semua kerabat akan datang untuk menyaksikan acara prosesi ikrar janji suci diantara keduanya.
Faiza bersyukur sekali bahkan Ia seperti tidak percaya akan segera menikah diusianya yang masih terbilang muda. Ya, mau menginjak kepala dua.
Sebelumnya Faiza tidak pernah membayangkan akan menikah muda. Ternyata takdir berkata lain jodohnya sudah menjemputnya diusia muda.
Pagi hari yang indah sekaligus membuat jantung Faiza berdegup secara abnormal sekarang. Keluarga Arsen sebentar lagi datang untuk mengkhitbahnya. Faiza sudah siap memakai gamis lebar serta kerudung lebarnya dan dipolesi oleh make up tipis sebisanya.
Suara deru mobil sudah mulai terdengar ditelinganya, Ia semakin ketar - ketir, jantungnya semakin berdetak abnormal. Keringat dingin sudah bercucuran disamping dahi dan kedua telapak tangannya, tangannya Ia tautkan dipangkuan. Ia sedang berada tepat didepan cermin. Namun tiba - tiba....
Tok
Tok
"Masuk"
Krrekkkk
"Masyaallah, Za. Kamu cantik banget." ujar Fadil heboh saat sudah masuk, Ia ditugaskan oleh Kakak dari sahabatnya itu untuk menjemput Faiza dari kamarnya karena keluarga Arsen sudah menunggunya diruang tamu.
"Ah, jangan bikin Aku malu." ujar Faiza sambil menunduk karena pipinya pasti sudah memerah.
"Ayok turun tuan putri! Pangeran berkudamu sudah menunggu." ujar Fadil alay sekali. Faiza menggeplak tangan Fadil kasar.
"Awss....udah mau nikah masih galak aja, ntar Pak Arsen kabur, loh." guraunya diakhiri ancaman yang membuat Faiza mematung seketika, melihat ekspresi sahabatnya yang seperti itu justru membuatnya cekikikan.
"Apa an si?" jengahnya.
"Uluhh..., ngambek!" guraunya sambil mencolek dagu Faiza.
Faiza berdecak dan kemudian mengelap dagunya yang sempat dicolek - colek.
"Tuan putri kalo salting serem ya?" guraunya lagi masih tak menghiraukan jika kesabaran Faiza pagi ini mungkin sudah terkuras oleh seorang Fadila Zahira. Sahabatnya yang super menyebalkan.
"Tau, ah. Ayo turun." final Faiza dari pada Ia dibuat dongkol oleh sahabatnya itu.
Fadil malah terkekeh, "Ciee..., yang mau ketemu pangeran berkudanya." godanya lagi masih belum puas.
"Ck, kebanyakan nonton drama si? Mana ada Pak Arsen bawa kuda." okelah Faiza mulai dongkol sekarang, bisa - bisa acara bahagianya bisa hancur hanya karena berdebat dengan sahabat konyolnya itu.
"Ciee..., tau aja." ledeknya lagi.
Faiza menggembungkan pipinya sebal dan menyilangkan tangannya didada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
Fiksi Remaja#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...