Bukti kembali

203 32 37
                                    

SUDAH DIREVISI


"Makasih Kak Raihan," ucapnya berterima kasih seraya tersenyum hangat. Raihan pun nampak menganggukan kepalanya.

Ia tidak bisa mampir kali ini, sebab banyak sekali pekerjaan yang harus Ia selesaikan. Setelah mengantar Faiza sampai kerumahnya dengan selamat, Raihan memutuskan untuk pulang kerumahnya dan setelah itu Ia hendak pergi ke salah satu kedai di Bandung peninggalan kedua orang tuanya, yang kini sudah sah menjadi miliknya.

Faiza memasuki rumahnya, rumah yang sangat besar yang hanya dihuni kurang dari sepuluh orang itu nampak selalu sepi saat disiang hari. Faiza beranjak masuk dan mencari keberadaan Bi Inah didapur.

Matanya menyelisik ke setiap sudut ruangan yang sangat rapi juga bersih berkat Bi Inah. Faiza tersenyum kala mendapati Bi Inah yang sedang fokus mencuci piring di wastafel sampai- sampai Ia tidak menghiraukan panggilannya sedari tadi.

Faiza berjalan mengendap mencoba untuk mengkageti Bi Inah, pergerakannya sangat amat lambat tapi pasti. Kini Faiza sudah berada tepat dibelakang Bi Inah, niat jahilnya sudah minta dikeluarkan segera.

Dengan cepat Faiza menepuk pundak Bi Inah, Bi Inah kaget lantas Ia mengekspresikan keterkejutannya dengan latah.

"Ayam....ayam...ayam...." kejutnya.

Faiza terbahak, "Ya Allah Bi, masa Iza disamain kaya ayam, si?" ujarnya sambil terkekeh.

Bi Inah masih mengelus dadanya halus, "Lagian si Non, ngapain coba pake ngagetin Bibi segala? Untung Bibi gak jantungan Non." paparnya.

Faiza mengelus pundak Bi Inah seraya menghentikan kekehannya, "Maaf Bi,"

Bi Inah kemudian mengangguk, "Iya Bibi maafin Non, tapi lain kali kalau mau ngagetin itu bilang-bilang dulu ya Non." titahnya.

Faiza mengerutkan keningnya heran kemudian terkekeh, "Ya gak seru dong Bi."

"Ya 'kan kalau bilang-bilang dulu Bibi bisa antisi- sapi buat gak latah Non." terangnya yang membuat Faiza tergelak seketika.

"ANTISIPASI Bi, hadeuhh....." ujarnya seraya menggeplak keningnya prustasi.

Bi Inah terkekeh, "Salah ya, Non?" tanyanya.

Faiza mengangguk, "Iya Bi,"

Bi Inah mengernyit heran, "Kapan gantinya Non? Kok Bibi gak tau ya?" ujarnya.

Faiza menggeplak keningnya lagi,

"Hadeuhhh sejak kapan diganti si Bi?" gumamnya dalam hati.

"Eummm...anu...udah dari Zaman kerbau beranak kudanil, Bi." ujarnya asal.

"Ah, si Non mah suka bercanda. Masa kerbau beranak kudanil si, Non?" tanyanya tak percaya.

Faiza terkekeh, didalam hati Ia terus menggerutu sambil mencoba menahan rasa kesalnya terhadap pembantunya yang memang kadang- kadang suka lola (Loading lama).

"Nah itu Bibi tau."

"Yaudah, Bi. Iza pamit keatas dulu ya? Gerah banget pengen mandi." pamitnya kemudian Bi Inah mengangguk.

Setelah itu Faiza mulai membawa langkahnya untuk meninggalkan dapur dan beranjak menuju kamarnya guna membersihkan diri.

Tapi suara Bi Inah membuatnya berhenti, "Inget ya Non, kalau mau ngagetin Bibi bilang-bilang dulu."

Faiza mengangguk pasrah, "Iya nanti Iza japri, Bi. Atau nanti Iza koar-koar di speaker mesjid sekalian." lalu Ia melanjutkan langkahnya kembali.

***

Izinkan Aku Bercadar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang