SUDAH DIREVISI
"Sen lo tau, gak? Kemarin gue ketemu sama siapa?" ucapnya sambil tersenyum.
Arsen mengernyitkan keningnya kemudian menggeleng. "Ya enggak lah." ucapnya malas.
"Gue kemarin ketemu sama bidadari." ucapnya dengan senyuman yang masih mengembang.
Arsen semakin bingung, alisnya terangkat. "Mana ada bidadari. Mimpi kali, lo!" ujarnya nampak tidak peduli dengan kicauan sahabatnya yang sedikit ngawur itu.
"Ck, itu loh cewek yang waktu itu kita bantuin karena motornya mogok." paparnya.
Keduanya sudah sampai di parkiran tempat motor dinasnya disimpan, keduanya memang sedang bertugas untuk berpatroli malam ini bersama timnya.
"Ouh...." jawab Arsen acuh, sementara dihatinya berdesir rasa tidak rela jika Fauzan menyukai Faiza. Ah, entahlah Arsen juga bingung dengan perasaannya.
Dengan wajah kaku dan dinginnya Arsen berhasil menyembunyikan ketidak relaannya.
"Lo kok jawabnya gitu doang, si? Tanya kek, namanya siapa gitu atau apa kek. Emang lo gak kepo apa?" cibirnya.
Arsen berdecak sebal. "Gue udah tau."
Fauzan membulatkan matanya. "Lo udah tau? Kok lo gak bilang-bilang, si?" ucapnya cerewet menandingi Ibu-Ibu komplek.
Arsen menghela nafasnya jengah, "Gak penting." ujarnya dingin.
Fauzan memberengut, Arsen sudah menaiki motornya dan sudah pula memakai helmnya. Kali ini timnya akan berpatroli didaerah yang kerap kali terjadi tindak kekerasan, mulai dari tawuran, jual beli minuman haram dan lain sebagainya. Semua berita itu berdasarkan laporan warga yang merasa resah akan tindakan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Terlebih kebanyakan dari mereka adalah para remaja.
Berprofesi sebagai seorang Polisi mengharuskannya untuk siap siaga setiap saat. Tapi Arsen harus mensyukurinya karena itu adalah impiannya.
Tapi bagaimana dengan kedua orang tuanya yang selalu memintanya resign kerja.
Padahal dari awal mereka sudah mendukung cita- cita anaknya, tapi setelah anaknya berhasil mereka memintanya untuk keluar begitu saja.
Ah, entahlah Arsen pun bingung. Mungkin maksud mereka untuk kebaikannya. Tapi Arsen juga tidak bisa keluar begitu saja, ada prosedur yang harus di jalani. Dan itu memerlukan waktu yang lama.
***
"Jadi kalian udah saling kenal?" ucap Maulana heran.
Faiza menggelengkan kepalanya, "Dia bukan perempuan yang baik, Yah." tuturnya, matanya terlihat berkaca kaca.
"Jangan asal ngomong kamu, dia itu wanita baik- baik." bela Maulana tidak terima karena wanitanya dihina.
Sementara Faiza tersenyum miring. "Dia udah punya kekasih, Yah." ungkapnya.
"Jangan sembarangan fitnah kamu." ujarnya sengit yang bernama Ajeng itu. Ia mengelak dari apa yang diucapkan Faiza tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
Teen Fiction#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...