Angin berhembus dengan teraturnya, namun udaranya nampak sangat panas. Matahari mulai bergerak condong kebarat, sinarnya masih tetap sama. Panas. Bahkan semilir angin tidak mempengaruhi udara panas pada hari ini.
Dua orang pemuda nampak sedang berdiri disebuah bangunan yang masih dalam pembangunan.
"Ok, semuanya. Istirahat dulu ya?! Nanti lanjut lagi setelah ba'da ashar." intruksi seorang Pria dewasa kira - kira berumur empat puluh tahunan.
"Pak, Saya izin istirahat ya?" pintanya kepada seorang pemuda berpakaian rapi namun kemeja bajunya dilipat hingga kesiku.
"Iya, Pak. Silahkan." jawabnya.
"Han? Gue izin ke warung sebentar ya?" pintanya.
Raihan yang sedang bercengkrama dengan pegawainya pun lantas melirik Fahri.
"Iya." ujarnya.
Kemudian Fahri meninggalkannya guna pergi kewarung yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi.
Kini Raihan dan Fahri sedang berada dibogor untuk mengontrol sebuah pembangunan gedung swalayan yang rencananya akan dibuat disana.
Raihan menghapus peluh yang ada didahinya, "Hari ini 'kan acara wisudanya Aisyah?!" batinnya.
Raihan bisa tahu karena sebelum Ia dan Fahri berangkat ke bogor Ia tidak sengaja tahu berita itu dari Faiza. Awalnya Raihan akan mengajak dua keponakannya untuk ikut dengannya namun Faiza berhalangan karena Ia hendak menghadiri acara wisuda Kakak tingkatnya. Sebenarnya Fahri pun demikian, tapi Fahri memilih untuk ikut bersama Raihan karena Raihan yang memaksanya. Sebenarnya bukan memaksa tapi Fahri pun tidak merasa keberatan untuk ikut bersama Raihan.
"Gue kirim bunga aja kali ya? Sebagai ucapan selamat atas kelulusannya gitu." monolognya.
"Eh, tapi 'kan gue gak tahu alamat rumahnya, nomor handphonenya pun gue gak punya?! Apa tanya Fahri aja ya?" batinnya.
Lantas Raihan langsung merogoh saku celananya guna mengeluarkan benda pipih canggih itu, tangannya berselancar mencari nomor handphone Fahri disana.
Tuttt...
Berdering....
"Assalamu alaikum, ada apa?" tanya Fahri diseberang.
"Waalaikum salam. Mmm...Lo tau gak alamat rumahnya Aisyah?" tanya Raihan to the point.
"Hah? Buat apa?" heran Fahri.
"Nggak, Lo tinggal kasih tau aja." jawab Raihan mencoba biasa saja, kalau Fahri tahu dia menyukai Aisyah bisa diledek habis - habisan olehnya.
"Ah, gak percaya gue. Pasti, lo ada maunya 'kan? Atau jangan - jangan, lo suka ya sama Kak Aisyah?" tuding Fahri.
"Ng - nggak, lo cuman tinggal kasih tau aja dimana alamatnya. Gak usah kepo, bisa gak?!" elaknya.
"Gitu banget si, lo. Yaudah, .............. nah itu alamatnya. Gak ada pengulangan." geram Fahri.
"Ok, thanks. Assalamu alaikum."
Tuttt...
***
"Ya Allah...maafkan hamba karena sudah membuat-Mu cemburu, hamba sadar mungkin kenyataan ini adalah teguran untuk hamba. Karena hamba terlalu mencintai makhluk-Mu. Maafkan hamba Ya Allah. Ya Allah tolong sembuhkanlah rasa sakit ini, karena Engkau lah sang maha penyembuh. Aamiin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
Teen Fiction#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...